Halaqah 191: Ahlus Sunnah Meyakini Sabda Rasulullah bahwa Mukmin Satu dengan yang lain ialah seperti Bangunan
Halaqah yang ke-191 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Beliau mengatakan,
وَيَعْتَقِدُونَ مَعْنَى قَوْلِهِ shallallahu 'alaihi wasallam : المُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالبُنْيَانِ ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Dan mereka meyakini makna dari sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Mereka yaitu Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini makna yang terkandung di dalam ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Orang yang beriman bagi orang yang beriman lain seperti bangunan”.
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan المُؤْمِنُ dan yang dimaksud di sini adalah Al-Mu’minul Kamil (الْمُؤْمِنُ الكَــامِلُ) orang yang beriman dan sempurna keimanannya. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berbicara tentang sifat orang yang sempurna keimanannya.
Seorang yang sempurna keimanannya dengan (لِلْمُؤْمِنِ) orang lain yang sempurna keimanannya (كَالبُنْيَانِ) seperti bangunan. Kenapa bisa seperti bangunan? Kenapa disamakan oleh Beliau shallallahu 'alaihi wasallam dengan bangunan?
يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Karena yang namanya bangunan itu saling menguatkan satu dengan yang lain.
Untuk terbangun sebuah bangunan yang kokoh yang kuat maka komponen yang ada dibangunan tersebut saling menguatkan satu dengan yang lain, tiangnya, temboknya, pondasinya. Sehingga terbangun bangunan yang kokoh.
Demikian pula seorang yang beriman dengan orang yang beriman yang lain keadaan mereka demikian, saling menguatkan satu dengan yang lain. Kalau mereka sendiri maka tidak akan terjadi dan tidak akan terbangun sebuah bangunan.
Kalau hanya tiang saja bagaimana akan menjadi rumah? Kalau hanya pondasi saja bagaimana bisa menjadi rumah? Kalau sekedar tembok saja bagaimana bisa menjadi rumah? Harus sebagian menjadi tiang, sebagian menjadi atap, orang yang beriman juga demikian. Saling menguatkan satu dengan yang lain.
وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ shallallahu 'alaihi wasallam.
Dan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menggabungkan di antara jari jemari Beliau shallallahu 'alaihi wasallam.
Seperti inilah kurang lebih, وَشَبَّكَ memasukkan antara jari jemarinya demikian.
شَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
Kenapa Beliau shallallahu 'alaihi wasallam sampai seperti ini? Ini kuat! Jari kalau kita sendiri saja maka lemah tapi ketika saling dijalin seperti ini, maka dia akan kuat. Demikian permisalan orang yang beriman, satu dengan yang lain mereka saling menguatkan.
Ini yang diyakini oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, mereka sangat mengikuti sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Maka Antum lihat Ahlus Sunnah wal Jama’ah, di mana-mana mereka adalah orang yang sangat perhatian terhadap kaum muslimin. Memang mereka dicela, mereka dikucilkan tapi lihat bagaimana ketika terjadi musibah terjadi gempa atau banjir.
Bagaimana perhatian mereka terdapat kaum muslimin? Berapa uang yang mereka kumpulkan dan berapa masjid dan rumah yang mereka bangun, padahal mereka dicela dan dicaci karena mereka mendakwahkan kepada Tauhid dan Sunnah.
Sebagian Ahlul Bida tidak ada kepedulian terhadap kaum muslimin yang lain, karena ini bukan termasuk alirannya untuk apa saya membantu dia? Atau bahkan ada di antara mereka yang memang sudah menganggap orang selain mereka adalah kafir, untuk apa dia membantu orang-orang kafir?
Justru biarkan mereka terkena gempa, terkena banjir. Untuk apa kita membantu dia mengumpulkan donasi.
Berbeda dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Salafi) justru mereka menjadi orang yang terdepan dalam membantu saudara-saudara mereka dan tidak ada pamrih membantu dengan maksud meringankan dan mereka usahakan bisa mendakwahkan dakwah Tauhid dan Sunnah ini kepada saudara-saudara kita tadi.
Jadi dunianya mereka berusaha untuk menyampaikan kepada mereka bantuan dan agama juga mereka berusaha untuk mengajak orang-orang yang terkena musibah tadi untuk kembali kepada Allah subhanahu wata'ala.
Hadīts ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan juga Muslim dan di sini adalah kabar berupa berita tapi maknanya adalah perintah jadi beritanya di sini orang yang beriman dengan orang beriman yang lain seperti bangunan saling menguatkan satu dengan yang lain.
Tadi kita katakan orang yang beriman yang sempurna, karena kalau imannya kurang maka kurang bermakna. Ketika dia imannya kurang maka dia tidak merasakan kecintaan kepada saudaranya seiman.
Makanya tadi kita katakan orang yang beriman dan sempurna keimanannya dia akan merasakan كَالبُنْيَانِ dia dengan saudaranya ini seperti bangunan yang saling menguatkan satu dengan yang lain. Jadi ini adalah berita (khabar) yang fungsinya adalah perintah atau maknanya adalah perintah.
Dan di antara faedah yang bisa kita ambil dari hadīts ini, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam terkadang ketika Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memberikan pengajaran, Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memberikan permisalan dan ini adalah cara supaya orang yang kita ajak bicara paham. Permisalannya Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mempraktikkan seperti ini.
Terkadang dalam taklim (pengajaran) kita perlu untuk mempraktikkan supaya ini lebih diingat oleh orang-orang yang mendengar penjelasan dari kita.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah]