Halaqah 79: Mendengar dan Taat kepada Pemerintah (Bagian 4)

Halaqah yang ke-79 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah tentang mendengar dan taat kepada pemerintah bagian 4.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan,

إِنَّهَا سَتَكُونُ بَعْدِي أَثَرَةٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا

_sesungguhnya ada setelahku mengambil hak,_

Kejadian yang isinya mengambil hak.
_Dan perkara² yang kalian ingkari,_

Akan ada pemerintah yang akan mengambil hak manusia secara dholim, ini telah dikabarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam _dan perkara² yang kalian ingkari_ mungkin dia lakukan kefasiqan kemaksiatan wahai orang-orang Islam. Ini Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengabarkan tentang adanya penguasa/ pemerintah yang memiliki sifat seperti itu. Hadits ini shahih diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan selainnya.

Mereka mengatakan _wahai Rasulullah apa yang engkau perintahkan kepada kami? Menemui zaman seperti itu, menemui penguasa yang seperti itu keadaannya_

قَالَ

Maka Nabi mengatakan dan inilah sebaik² petunjuk

Kalian hendaknya melaksanakan kewajiban yang telah diwajibkan atas kalian. Laksanakan kewajiban kalian kalau menemui keadaan seperti itu laksanakan kewajiban kalian, apa kewajiban sebagai rakyat? Mendengar dan taat. Ini adalah hak kewajiban kita semuanya sebagai rakyat yaitu mendengar dan taat.

Kemudian bagaimana hak kita yang diambil oleh penguasa, mungkin mereka mengambil tanah, uang kita,

وَتَسْأَلُونَ اللَّهَ الَّذِي لَكُمْ

Dan kalian meminta kepada Allah apa yang menjadi hak kalian.

Kita berdoa kepada Allah, Ya Allah kembalikanlah hartaku/hak ku. Mungkin diterima oleh seseorang didunia dikembalikan oleh Allah diterima/diijabahi doa tersebut oleh Allah dan dikembalikan oleh Allah didunia kalau tidak didunia maka oleh Allah akan dikembalikan di akhirat tidak akan Allah biarkan kedholiman selesai begitu saja didunia, kedholiman apapun/sekecil apapun akan Allah tegakkan keadilan di akhirat termasuk apa yang diambil oleh penguasa, kita tidak akan dapatkan didunia (misalnya) maka kita akan dapatkan itu secara utuh diakhirat.

Ini adalah petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tetap jangan sampai kefasiqan/kedholiman yang kita lihat yang terjadi pada penguasa kemudian menjadikan kita tidak melaksanakan kewajiban kita sebagai seorang rakyat. Nabi mengatakan

تُؤَدُّونَ الْحَقَّ الَّذِي عَلَيْكُمْ

Kerjakan/tunaikan kewajibanmu sebagai seorang rakyat.

Inilah yang dilakukan oleh Ahlu Sunnah wal jama’ah.

Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin As-samit beliau mengatakan

بَايَعْنَا رسول الله shallallahu 'alaihi wasallam على السَّمع والطَّاعَة في العُسْر واليُسْر، والمَنْشَطِ والمَكْرَه، وعلَى أَثَرَةٍ عَلَينا،

Kami telah membaiat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk mendengar dan taat .

Baiat itu janji/sumpah, apa isi sumpahnya para shahabat terhadap Rasulullah? Untuk mendengar dan taat, yaitu mendengar dan taat kepada penguasa baik penguasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat itu ataupun kepada penguasa kaum muslimin setelah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Kita semuanya pra shahabat berjanji/bersumpah kalau kita memiliki penguasa/ pemerintah kami akan mendengar dan taat. Ini termasuk baiat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bukankah ini menunjukkan tentang pentingnya mendengar dan taat kepada penguasa,

العُسْر واليُسْر،

Baik dalam keadaan susah maupun dalam keadaan mudah

Mungkin kita dalam keadaan susah keuangan tetap kita harus mendengar dan taat kepada penguasa, dalam keadaan mudah kita kita harus mendengar dan taat kepada penguasa, jangan ketika susah tidak mau taat ketika mudah baru taat dan ini tentunya sesuai dengan kemampuan

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

Allah subhanahu wata'ala tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.

Kemudian,

والمَنْشَطِ والمَكْرَه،

Baik dalam keadaan semangat maupun kita dalam keadaan tidak semangat.

Dalam keadaan semangat atau tidak tetap yang namanya mendengar dan taat kepada penguasa ini adalah sebuah kewajiban,

وعلَى أَثَرَةٍ عَلَينا،

Dan termasuk ketika kami didholimi.

Ketika mereka mengambil hak sebagian memberontak karena merasa dirinya didholimi kemudian alasannya adalah melawan pemerintah yang dholim yang mengambil hak kita dan seterusnya, para shahabat mengatakan

وعلَى أَثَرَةٍ عَلَينا

Meskipun mereka mengambil hak kita.

Karena kalau kita memberontak kepada penguasa karena kedholiman tadi akan terjadi kerusakan yang lebih besar. Misalnya ada orang yang didholimi pemerintah secara fisik (dipenjara/dipukul atau bahkan dibunuh) kemudian ada sebagian orang yang ingin membalas dendam dan mengatakan ini adalah sebuah kedholiman kita harus memberontak kepada penguasa akhirnya mereka pun memberontak dan penguasa juga berusaha untuk memadamkan pemberontakan tadi terjadilah peperangan berjatuhan korban yang sebelumnya meninggal 1 orang setelah pemberontakan tadi kelompok kecil melawan pasukan yang besar akhirnya 100 orang meninggal dunia atau bahkan lebih, atau bukan hanya kelompok itu saja banyak masyarakat yang dicurigai akhirnya juga menjadi korban, apakah hanya korban nyawa saja terkadang rumah hancur karena sebab peperangan tadi mungkin ada orang² yang tidak berdosa wanita, anak² yang tidak berdosa akhirnya mendapat imbas dari pemberontakan dan berpengaruh terhadap berbagai kegiatan masyarakat dan kalau terjadi peperangan apakah masyarakat tetap bisa seperti biasanya (pergi/pulang ke pasar, pegawai bisa bekerja) tidak akan bisa kita lihat jika keadaan seperti itu karena kacau dan tidak aman, itu yang akan terjadi. Karena satu orang yang didholimi kemudian karena kita tidak mengikuti petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam akhirnya terjadi kerusakan yang lebih besar.

Oleh karenanya isi baiat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat itu adalah meskipun kita didholimi, perintah Nabi laksanakan, jika kamu didholimi/diambil hakmu mintalah kepada Allah , kalau kita tidak dapatkan hak tersebut didunia maka kita dapatkan diakhirat, kita harus yakin sebenar²nya hal yang demikian.

Kemudian

وعلَى أَنْ لا نُنَازِعَ الأمْرَ أَهْلَهُ،

Dan kami juga berbaiat untuk tidak mengambil kekuasaan dari yang memiliki, atau tidak memberontak kepada penguasa yang sah.

و أَنْ نَقُولَ بالحَقِّ أَيْنَما كُنَّا،

Dan supaya kami mengucapkan ucapan yang benar dimana pun kami berada

لا نَخَافُ في اللهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ.

Kami tidak takut dijalan Allah celana orang yang mencela.

Beramal ma’ruf nahi mungkar, bukan berarti disini tidak mengikuti kaidah beramal ma’ruf nahi mungkar silahkan antum berani beramal ma’ruf nahi mungkar tapi tetap harus melihat aturan² lain, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam misalnya dalam sebuah hadits

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ

Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemungkaran maka cegahlah dia dengan tangannya (dengan kekuasaannya) kalau dia tidak mampu maka dengan lisannya, kalau dia tidak mampu maka dengan hatinya dan yang demikian adalah iman yang paling lemah.

Ada urutannya.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url