Halaqah 20: Penjelasan Kaidah Ke Dua Kitab Al Qawa’idul Arba’ (Bagian 9)
Materi HSI pada halaqah ke-20 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Qawaidul Arba adalah tentang penjelasan kaidah kedua kitab Qawaidul Arba' bagian 9. Kemudian beliau mengatakan :
والمشفوع له: من رضيَ اللهُ قوله وعمله بعد الإذن كما قال تعالى: (مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ)[البقرة:255]
Siapakah yang berhak untuk mendapatkan syafa’at di hari kiamat, mereka adalah (kata beliau) :
من رضيَ اللهُ قوله وعمله
“orang yang Allah ridhoi amalannya & juga ucapannya”
✓ Inilah orang yang mendapatkan syafa’at di hari kiamat, adapun orang yang tidak Allah ridhoi ucapannya yang tidak Allah ridhoi amalannya, maka Allah tidak akan mengizinkan siapapun untuk memberikan syafa’at kepada dirinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhoi dari kita Tauhid & Allah tidak ridho kesyirikan, artinya orang yang akan mendapatkan syafa’at di hari kiamat adalah orang yang berTauhid yang meng-Esa-kan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ibadahnya tidak menyerahkan ibadah sedikitpun kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Inilah orang yang akan mendapatkan ridho Allah & mereka lah yang berhak untuk mendapatkan syafa’at.
Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah di tanya oleh Abu Hurairah radiallahu anhu, bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang siapa yang paling bahagia mendapatkan syafa’at dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dihari kiamat.
Abu Hurairah berkata :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ … أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
[HR Bukhari, no.99].
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Ya Rasulullah siapa orang yang paling berbahagia dengan syafa’at mu (yaitu pada hari kiamat) ”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan :
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
” Barangsiapa yang mengatakan – لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ – ikhlas dari hatinya ”
Orang yang yang mengatakan – لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ – berarti dia telah ber ikrar
” Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah ”
dan diamalkan di dalam kehidupan dia. – خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ – ikhlas dari hati nya. Bukan karena dipaksa bukan karena sebagai orang yang munafik yang hanya mengucapkan – لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ – dilisannya bukan dengan hati nya. Dia mengucapkan – لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ – ikhlas dari hati nya dan diamalkan dikehidupan dia sehari-hari, tidak berdoa kecuali kepada Allah, tidak menyembelih kecuali hanya untuk Allah, tidak bernadzar kecuali untuk Allah, tidak beristighosah, istiadah, beristianah kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan seluruh ibadah, satupun ibadah tidak ada yang diserahkan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala
Inilah orang yang akan berbahagia dengan syafa’at nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam hadits yang lain beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan :
لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفَاعَةً لِأُمَّتِي وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“sesungguhnya setiap Nabi memiliki Dakwah yang mustajab /memiliki doa yang mustajab (dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala) & masing-masing dari Nabi telah menyegerakan dari doa nya (yaitu di dunia, mereka sudah menyegerakan doanya didunia ini), dan sesungguhnya aku telah menyembunyikan doa ku / mengakhirkan doa ku pada hari kiamat sebagai syafa’at dariku untuk umatku “.
Ini doa mustajab dari beliau miliki, yang Allah karuniakan kepada beliau beliau simpan dan ditunda sampai hari kiamat dengan maksud sebagai syafa’at bagi umat nya pada hari kiamat.
Kemudian beliau mengatakan :
وَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
“dan syafa’at ini (syafa’at ku) akan di terima insyaAllah oleh setiap yang meninggal diantara umatku yang dia meninggal tanpa menyekutukan Allah sedikit pun”
Menunjukkan bahwasanya orang yang berhak untuk mendapatkan syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan juga syafa’at para Malaikat & juga syafa’at yang lain adalah orang yang tidak menyekutukan Allah, orang yang di ridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Beliau mengatakan :
“Setelah diizinkan Allah Subhanahu wa Ta’ala”.
Para Nabi, para Malaikat, para syuhada, orang-orang yang beriman mereka tidak akan bisa memberikan syafa’at kepada orang lain kecuali setelah di izinkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika Allah mengizinkan maka mereka memberikan syafa’at, tapi jika Allah tidak mengizinkan, maka mereka tidak bisa memberikan syafa’at. Tidak mungkin mereka bisa memberikan syafa’at kecuali setelah di izinkan & dibolehkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagaimana kata beliau :
كم قال الله تعالى :
( مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ)[البقرة:255]
“dan tidak ada yang memberikan syafa’at disisi Nya (yaitu disisi Allah), kecuali dengan izin dari Allah Subhanahu wa Ta’ala”.
Menunjukkan bahwasanya syafa’at dihari kiamat berbeda dengan syafa’at di dunia. Di Hari kiamat seorang Nabi tidak mungkin memberikan syafa’at kecuali setelah diizinkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَىٰ
“berapa banyak Malaikat di langit yang tidak akan bermanfaat syafa’at mereka disisi Allah – إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ – kecuali setelah diizinkan orang Allah Subhanahu wa Ta’ala ”[Surat An-Najm 26]
Menunjukkan bahwasanya Malaikat pun tidak bisa memberikan syafa’at kecuali setelah diizinkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itu sekali lagi seorang muslim apabila ingin mendapatkan syafa’at di hari kiamat maka hendaklah ia meminta kepada Allah, Dzat akan mengiizinkan syafa’at tersebut. Dan Dialah yang memiliki syafa’at tersebut.
Hendaklah dia menghindari cara mendapatkan syafa’at yang tidak dibenarkan dan ini adalah cara orang-orang musyrikin yang ada di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, demikian pula cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin di zaman Nabi Nuh alaihi wa sallam, yaitu mereka mencari syafa’at dengan cara meminta kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala