Halaqah 04: Pengantar Al Ushulu Ats Tsalatsah Bagian 4 Empat Perkara yang Wajib Dipelajari (2)
Materi HSI pada halaqah ke-4 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah adalah tentang pengantar Al Ushulu Ats Tsalatsah bagian 4 empat perkara yang wajib dipelajari.
Kemudian beliau mengatakan,
الرابعة: الصبر على الأذى فيه
“Yang ke empat adalah bersabar di dalam menghadapi gangguan, yaitu ketika berilmu, ketika beramal, dan juga ketika berdakwah.”
Orang yang mau belajar ini harus bersabar karena orang yang belajar harus mengorbankan waktunya yang biasa dia gunakan untuk melakukan aktivitas yang dia senangi, baik berupa dunia maupun aktivitas yang lain. Kemudian dia sisihkan dan dia jadikan waktu tersebut untuk menuntut Ilmu agama dan ini perlu kesabaran.
Dan terkadang orang yang belajar harus datang/harus pergi ke tempat yang jauh berpisah dengan orang tuanya, berpisah dengan anaknya, berpisah dengan keluarganya, bukan hanya 1 minggu, bukan hanya 1 bulan, bahkan terkadang 1 atau 3 atau 4 tahun berpisah dari keluarga yang dia cintai untuk mendalami dan menuntut ilmu agama, dan ini perlu kesabaran.
Dan terkadang memerlukan uang yang tidak sedikit. Uang yang mungkin bisa digunakan untuk menyalurkan apa yang dia inginkan berupa dunia, digunakan untuk menuntut ilmu agama. Dan ini juga perlu kesabaran.
Dan terkadang ketika seseorang mempelajari ilmu di hadapan para ulama bersama teman-teman yang lain juga banyak rintangan, banyak gangguan, kesulitan di dalam belajar, masalah bersama teman yang lain, terkadang ada ucapan yang tidak baik dari seorang guru, perilaku yang tidak baik dari seorang guru, yang ini semua membutuhkan kesabaran bagi seseorang.
Oleh karena itu beliau mengatakan,
الصبر على الأذى فيه
“Bersabar di dalam menghadapi rintangan di dalamnya.”
Termasuk diantaranya ketika menuntut ilmu agama dan berusaha melawan syaithan yang senantiasa berusaha untuk menjauhkan manusia dari majelis-majelis ilmu.
Dan juga bersabar di dalam beramal.
Seseorang ketika mengetahui Al-Haq, maka dia diminta untuk bersabar mengamalkan kebenaran tersebut. Ketika dia mempelajari di dalam majelis ilmu bahwasanya melihat sesuatu yang haram adalah diharamkan di dalam agama ini, maka perlu diamalkan. Dan untuk mengamalkan ilmu ini perlu kesabaran dengan banyaknya fitnah, dengan banyaknya ujian di zaman sekarang, dan dia berusaha untuk menjaga matanya dari perkara yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengamalkan ilmu ini perlu kesabaran.
Demikian pula bersabar ketika berdakwah, karena orang yang berdakwah kepada jalan Allah ini kebanyakan melawan arus. Ketika manusia atau kebanyakan manusia ingin mengikuti hawa nafsunya atau mengikuti syahwatnya atau mengikuti kerancuan-kerancuan, maka seorang da’i ingin membenarkan kerancuan ini melawan syahwat, melawan hawa nafsunya. Oleh karena itu, orang yang berdakwah harus mempersiapkan diri, mempersiapkan kesabaran.
Orang yang berdakwah kepada jalan Allah maka dia akan mendapatkan rintangan, mendapatkan gangguan, sebagaimana para Nabi dan Rasul yang mereka mengajak kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, didustakan oleh kaumnya, diganggu oleh kaumnya. Apa yang mereka lakukan? Mereka bersabar.
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَىٰ مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّىٰ أَتَاهُمْ نَصْرُنَا ۚ وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِن نَّبَإِ الْمُرْسَلِينَ
"Dan sungguh telah didustakan Rasul-Rasul sebelummu (telah didustakan Nabi Nuh ‘alaihissalam, Nabi Luth’ alaihissalam, Nabi Hud ‘alaihissalam, Nabi Sholeh ‘alaihissalam, Nabi Ibrahim, dan juga Nabi-Nabi yang lain), kemudian mereka bersabar atas pendustaan yang dilakukan oleh kaumnya.” [QS Al-An’am 34]
Seorang Nabi dan seorang Rasul dikatakan sebagai seorang yang pendusta. Apabila ada orang yang mengatakan kita adalah pembohong, maka ini adalah sesuatu yang menyakitkan. Padahal kita tidak mengatakan kecuali yang benar. Bagaimana ini dikatakan kepada seorang Rasul, seorang yang mulia, utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahkan dikenal di kalangan kaumnya sebagai seorang yang jujur, yang terhormat, kemudian ketika dia mengajak kepada Allah, mengajak beriman, dikatakan sebagai seorang yang pendusta.
فَصَبَرُوا عَلَىٰ مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّىٰ أَتَاهُمْ نَصْرُنَا
Dan mereka diganggu bahkan diusir dari kampungnya namun mereka bersabar
حَتَّىٰ أَتَاهُمْ نَصْرُنَا
“Sampai datang pertolongan dari Allah Subhānahu wa Ta’āla.”
Berilmu, beramal dan juga berdakwah memerlukan kesabaran.