Halaqah 52: Landasan Ke Tiga Ma’rifatu Nabiyyikum Muhammad: Silsilah Nasab Nabi Muhammad
Materi HSI pada halaqah ke-52 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah adalah tentang landasan ketiga ma'rifatul nabiyyikum Muhammadin: silsilah nasab nabi Muhammad.
Beliau mengatakan,
وهو محمد بن عبد الله بن عبد المطلب بن هاشم
Dia adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim.
وهاشم من قريش
Hasyim ini adalah dari Quraisy.
Abdullah bapaknya Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang sangat disayangi oleh Abdul Muthalib. Abdul Muthalib kalau tidak salah namanya Syaibah, dia dikenal dengan Abdul Muthalib. Al-Muthalib ini adalah saudaranya Hasyim. Karena saat itu dia berada di Madinah yang saat itu bernama dengan Yatsrib diantara keluarga ibunya. Karena Hasyim memiliki beberapa istri diantaranya ada yang di Makkah dan ada diantaranya yang berada di Madinah.
Saat itu Syaibah ini yaitu bapaknya Abdullah yang kemudian dikenal Abdul Muthalib dia berada di Makkah. Hasyim meninggal di Madinah, akhirnya pamannya yaitu Mutholib mendengar bahwasanya Hasyim punya anak di Madinah. Akhirnya Al-Muthalib datang ke kota Madinah meminta kepada saudara saudara dari ibunya untuk membawa Syaibah. Mengabarkan kepada mereka ini anaknya Hasyim, Hasyim ini orang yang terkemuka di Makkah.
Setelah sebelumnya keluarganya berat untuk melepas Syaibah, dibawalah oleh Al-Muthalib ke Makkah dan ketika sampai ke Makkah orang menyangka Syaibah ini adalah seorang budak, karena belum pernah melihat sebelumnya. Budaknya Al-Muthalib sehingga orang memanggilnya dengan Abdul Muthalib, ini adalah budaknya Al-Muthalib dan sampai besar pun dikenal dengan Abdul Muthalib.
Adapun Hasyim sudah meninggal dunia sebelumnya. Abdul Muthalib ini juga seorang pemuka, kita tahu kisahnya bagaimana dia ketika datang Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah kemudian Abrahah mengambil 200 onta milik Abdul Muthalib. Kemudian datanglah Abdul Muthalib, dan Abrahah ketika melihat Abdul Muthalib datang akhirnya dia turun dari singgasananya duduk bersama dengan Abdul Mutholib. Kemudian bertanya apa yang kau inginkan, dia mengatakan aku ingin engkau mengembalikan 200 unta yang kau ambil.
Kemudian Abrahah menyebutkan, “Ana menyangka bahwasanya Antum akan meminta Ana lebih dari ini. Ana datang ke sini untuk menghancurkan rumah tersebut yang merupakan agamamu dan juga agama nenek moyangmu. Ana kira Antum akan datang dan mengatakan Tolong jangan engkau hancurkan rumah ini, tapi justru engkau datang ke sini hanya mengatakan saya pengen unta. Sebelumnya saya sangat menghormati dirimu setelah mendengar ucapan ini kedudukan engkau menjadi jatuh di mataku. Seharusnya engkau sebagai seorang pemuka bertanggung jawab terhadap agama, orang-orang yang ada di bawahmu yang Antum minta seharusnya kepada saya adalah tolong jangan engkau hancurkan rumah ini. Itu yang saya sangka sebelumnya.”
Tapi ternyata Abdul Muthalib lebih cerdas dari apa yang disangka oleh Abrahah.
Dia mengatakan, “Aku ini adalah pemilik dari onta onta tadi, 200 onta tadi adalah aku pemiliknya maka aku meminta sesuai dengan hakku karena aku adalah pemiliknya dan aku yang bertanggung jawab terhadap onta onta tadi. Adapun rumah yang akan kau hancurkan ini bukan milikku itu punya Rabb dan Dia-lah yang akan menjaga rumah tadi. Jadi tanggung jawab saya adalah onta onta tadi adapun rumah yang akan kalian hancurkan, itu memiliki Rabb yang akan menjaga rumah tadi dari serangan kalian.”
Keyakinan Abdul Muthalib bahwasanya rumah Allah akan dijaga. Akhirnya dikembalikan ontanya dan dia terus melaksanakan apa yang menjadi rencananya ternyata tidak seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Satu gajah dia bawa dari Yaman untuk menghancurkan Baitullah tadi Ka’bah ternyata dia tidak mau bergerak menuju ke Ka’bah. Setiap kali dia disuruh untuk berdiri ke arah Ka’bah dia tidak mau tapi kalau menghadap ke arah keluar berkebalikan dengan Ka’bah dia segera berlari. Bukan karena sakit tapi ada sesuatu yang dia takuti ada yang menghalangi, sehingga kalau mengarah keluar Ka’bah dia segera berlari.
Ini kejadian yang luar biasa menunjukkan tentang bagaimana kakek Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan orang-orang Quraisy di zamannya, demikian pula Hasyim bapaknya Abdul Muthalib ini juga termasuk orang yang memiliki kedudukan yang tinggi dikenal oleh mereka. Hasyim inilah yang pertama kali mencanangkan program
رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ
Jikalau musim panas mereka datang ke Syam jikalau musim dingin mereka datang ke Yaman, karena kalau musim panas di Syam ini dalam keadaan dingin dan kalau musim dingin di Makkah maka di Yaman ini dalam keadaan tidak dingin, sambil mereka menghindari musim dingin yang keterlaluan di Makkah mereka Ke Yaman sambil berdagang di sana.
Demikian pula Abdullah bapaknya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang sangat disayangi oleh Abdul Muthalib termasuk anak emasnya yang sangat disayangi, sehingga pernah Abdul Muthalib dia bernazar apabila sudah memiliki 10 anak laki-laki maka dia akan menyembelih salah satunya.
Kemudian pakai undian. Setiap kali diundi yang keluar adalah nama Abdullah, padahal ini adalah anak yang sangat dia sayangi. Dan dia sebagai seorang pemuka, ucapannya dilihat orang. Kalau dia tidak laksanakan malu nanti bagaimana dengan yang ada di bawahnya tidak melaksanakan juga akhirnya. Karena dia sangat sayang dengan Abdullah dan tidak ingin kehilangan dia, dia ganti dengan onta. Jadi diulang lagi sampai keluar yang lain atau selain Abdullah sesuai dengan jumlahnya tadi diulang lagi dan seterusnya sampai keluar yang dia inginkan berapa kalinya dilemparkan tadi dihitung. Jumlah yang keluar itulah jumlah onta yang harus dia sembelihanku. Jadi dilempar lagi, dilempar lagi, yang penting bagaimana bukan Abdullah meskipun dia harus kehilangan mungkin ratusan onta demi menyelamatkan Abdullah.
Jadi mereka adalah silsilah orang orang yang mulia, anaknya adalah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, jadi nasab Beliau adalah nasab yang mulia. Orang-orang yang terkemuka dikenal nasabnya oleh orang-orang Quraisy bukan orang yang bawahan atau orang yang tidak dikenal. Nasab Beliau adalah nasab yang ma’ruf, nenek moyangnya adalah nenek moyang yang dikenal keutamaanya di antara orang-orang Quraisy. Dan Hasyim ini adalah termasuk Quraisy dan Quraisy adalah bangsa Arab yang paling mulia, sudah dikenal sejak zaman dahulu keutamaan orang-orang Quraisy di antara kabilah-kabilah yang lain.
وقريش من العرب
dan Quraisy adalah termasuk bangsa Arab
والعرب من ذرية إسماعيل بن إبراهيم الخليل
Dan bangsa Arab adalah termasuk keturunan Ismail Bin Ibrahim Al Khalil