Halaqah 196: Ahlus Sunnah Melarang dari Berbangga-bangga dan Kesombongan

Halaqah yang ke-196 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah beliau mengatakan,

وَيَنْهَوْنَ عَنْ الْفَخْرِ وَالْخُيَلَاءِ

Dan mereka melarang untuk Berbangga-banggaan dan sombong.

Mereka melarang! Ini sikap yang harus kita pegang sebagai seorang Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Mereka melarang dari berbangga-banggaan.

Yakni bangga dengan apa yang kita miliki meskipun yang diucapkan benar tapi dia tafakhur (تَفَاخُر). Dia merasa bangga dengan anaknya atau bangga dengan harta yang dia miliki, saling berbangga-banggaan satu dengan yang lain. Ini tercela apalagi dalam Al-Qur’an Allah subhanahu wata'ala mencela yang demikian.

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍۢ

“Allah subhanahu wata'ala tidak cinta kepada setiap orang yang dia sombong lagi membanggakan dirinya.” (QS. Luqman: 18)

Hati-hati dengan Fakhr (فخر) bersyukur saja kepada Allah subhanahu wata'ala dan jangan kita tafakhur (تَفَاخُر) saling membanggakan satu dengan yang lain, saling menyombongkan satu dengan yang lain.

وَالْخُيَلَاء

Dan Allah subhanahu wata'ala melarang dari
Khuyala’ (خُيَلاَء) yaitu sombong.

Dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan,

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ‏

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya masih ada kesombongan مِثْقَالُ ذَرَّةٍ meskipun hanya sebesar dzarrah (semut kecil).”

(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 91).

Ini menunjukkan bahaya kesombongan, yaitu orang yang sombong maka tidak akan masuk ke dalam surga.

Kemudian setelahnya,

وَالْبَغْيِ

Dan mereka juga melarang untuk الْبَغْي (melakukan kedzhaliman).”

Melarang dari melakukan kedzhaliman.

Karena Allah subhanahu wata'ala mengatakan,

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّىَ ٱلْفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَٱلْإِثْمَ وَٱلْبَغْىَ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ

Engkau berlebih-lebihan tanpa hak.

Ini juga terlarang dalam agama Islam, sampai mendzhalimi orang lain dalam hartanya dalam fisiknya.

وَالِاسْتِطَالَةِ عَلَى الْخَلْقِ بِحَقِّ أَوْ بِغَيْرِ حَقٍّ.

Dan istithalah (اسْتِطَالَةِ).

Istithalah (اسْتِطَالَةِ) ini maknanya hampir sama dengan sombong.

وَالِاسْتِطَالَةِ عَلَى الْخَلْقِ

Merasa sombong kepada makhluk yang lain.

Ini dilarang juga oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah, mereka berusaha untuk tawadhu’. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan,

من توضأ علي لله رفع

“Barangsiapa tawadhu untuk Allah subhanahu wata'ala maka Allah subhanahu wata'ala akan mengangkatnya.”

إنَّ الله أوحى إليَّ أن تواضعوا، حتى لا يبغي أحدٌ على أحدٍ، ولا يفخر أحدٌ على أحدٍ

“Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala telah mewahyukan kepadaku supaya kalian saling bertawadhu, sehingga salah seorang di antara kalian tidak mendzhalimi yang lain dan tidak membanggakan seseorang di antara kalian kepada yang lain.”

Jadi di sini dilarang untuk Fakhr (فخر).

Di sini dilarang untuk Baghyu (بغي) atau melakukan kezhaliman dan dilarang untuk Tafakhur (تَفَاخُر) yaitu saling berbangga-banggaan satu dengan yang lain.

وَالِاسْتِطَالَةِ عَلَى الْخَلْقِ

Sombong kepada makhluk yang lain.

بِحَقِّ أَوْ بِغَيْرِ حَقٍّ

Baik dengan alasan yang benar atau tanpa alasan yang benar.

Ini tidak boleh!

Kalau misalnya kesombongan dia kepada orang lain memang benar بِحَقِّ dia punya, yang lain adalah memang miskin misalnya, maka meskipun adalah sebuah kebenaran tapi dia terjatuh ke dalam Fakhr (فخر) jatuh ke dalam pamer atau bangga.

Padahal Allah subhanahu wata'ala mengatakan, إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍۢ Adapun kalau بِغَيْرِ حَقٍّ kesombongan tadi adalah tanpa hak maka inilah yang dinamakan dengan takabur.

Jadi ada orang yang sombong dan itu benar tapi di sana ada orang yang sombong dan ternyata dia bohong dalam kesombongannya. Dia tidak melakukan yang demikian atau tidak memiliki sesuatu yang disombongkan sehingga dalam hal ini beliau mengatakan بِحَقِّ أَوْ بِغَيْرِ حَقٍّ dengan benar ataupun tidak benar.

Jadi sombong kepada orang lain dengan benar, memang kita ini punya. Misalnya kita punya mobil, kita punya harta dan seterusnya ataupun بِغَيْرِ حَقٍّ kita bohong apalagi, ini juga tidak diperbolehkan.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url