Dimana Allah?
Bagaimana jika suatu saat ada anak kecil bertanya kepada kita, "Dimana Allah?". Bagaimana kita menjawabnya? sudahkah kita mengetahui ilmunya?. Pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan simpel dan sederhana namun jawabannya tidak boleh salah. Mengapa? karena jawaban yang diberikan akan mnejadi tolok ukur dari akidah kita dan akidah dari penanya di kemudian hari.
Maka dari itu sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, alangkah baiknya jika kita mengetahui ilmunya terlebih dahulu.
Berdasarkan sebuah hadis yanag sudah mashur atau populer sudah sangat jelas disana diberikan jawaban tentang dimana Allah. Hadis yang saya maksud adalah hadis tentang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang bertanya kepada seorang budak,
“Di manakah Allah?”
Lalu budak tersebut menjawab,
“Di atas langit”
Perhatikan teks lengkap haditsnya berikut,
Perhatikan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’awiyah bin Al-Hakam agar memerdekakan budak tersebut, karena budak tersebut beriman dan tanda keimanannya adalah dengan tepat menjawab pertanyaan “di mana kah Allah” dan jawabannya tepat yaitu “di atas langit”.
Dalam riwayat Ahmad, Mu’awiyah bin Al-Hakam meminta nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pertanyaan ujian kepada budak wanita tersebut, untuk membuktikan apakah ia beriman atau tidak, jika budak itu beriman maka ia akan merdekakan, ia berkata,
“Wahai Rasulullah, saya punya budak yang mukmin, jika engkau mengetahui (tanda-tanda) ia beriman, maka aku akan bebaskan ia”
Sehingga untuk menjawab pertanyaan “di mana kah Allah”, maka jawabannya sebagaimana hadits tersebut. Sangat jelas dan sesuai dengan zhahir hadits serta tidak perlu ditakwil (dicari-cari arti lainnya) karena sangat banyak dalil yang menjelaskan Allah berada di atas langit.
Sebagaimana dalam firman Allah,
“Apakah kalian merasa aman dari Rabb yang berada di atas langit, bahwa kalian akan dijungkirbalikkan dengan dibalikkannya bumi, sehingga dengan tiba-tiba bumi terguncang?” (Qs. al-Mulk: 16).
Ibnu Abdil Barr rahimahullah menjelaskan makna ayat ini, bahwa Allah berada di atas langit, beliau berkata
“Maknanya adalah Rabb yang berada di atas langit yaitu di atas ‘Arsy.”[At Tamhid 7/130]
Begitu juga dengan beberapa hadits yang sangat jelas mengatakan Allah berada di atas langit, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam,
“Tidakkah kalian mau percaya kepadaku, padahal aku adalah kepercayaan dari Rabb yang ada di langit? ”[HR. Bukhari no 4351 dan Muslim no. 1064]
Begitu juga dengan ijma’ ulama bahwa Allah berada di atas langit/di atas ‘Arsy
Al-Auza’i rahimahullah berkata,
“Dahulu ketika para tabi’in masih banyak, kami mengatakan bahwa Allah ‘azza wa jalla berada di atas ‘arsy-Nya dan kami mengimani sifat Allah sesuai apa yang terdapat dalam Sunnah.”[Muktasar Al 'Uluw Adz Dzahabi 137, Fathul Bari 13/417]
Adz-Dzahabi rahimahullah berkata,
“Ini perkataan para imam Islam, Sunnah, dan Jama’ah yaitu: kami mengetahui Rabb kami di atas langit yang ketujuh di atas ‘arsy-Nya, sebagaimana Allah Jalla Jalaaluhu berfirman (yang artinya) : Ar-Rahmaan di atas ‘arsy beristiwa”[Al 'Uluw li Al 'Aliy Al Adziim 2/1103]
Syaikhul Islam berkata,
“Mayoritas ulama syafi’iyah mengatakan bahwa dalam Al-Quran terdapat 1000 dalil atau lebih yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala maha tinggi dan berada di atas makhluk dan hamba-Nya. Beberapa ulama lain mengatakan ada 300 dalil yang menunjukkan hal tersebut. [Majmu al Fatawa].
Dari hadis dan penjelasan para ulama di atas maka sudah jelaslah jawaban apa yang akan kita sampaikan yaitu bahwa Allah ada di atas langit. Janganlah kita menjawab dengan Allah ada dimana-mana karena itu bisa bermakna Allah itu banyak padahal Allah itu Esa (hanya satu). Jawaban Allah ada dimana-mana bisa memunculkan pertanyaan baru berarti Allah ada di WC dan tempat-tempat kotor lainnya?padahal Allah itu Maha Suci.
Jangan pula menjawab Allah ada di hati kita, ini juga termasuk jawaban yang masih menimbulkan pertanyaan. Maka dari itu sudahlah cukup dengan menjawab sesuai fitrah kita sebagai manusia bahwa Allah itu ada di atas langit. Sebagaimana ketika kita berkata, "Kita serahkan kepada yang di atas", "itu sudah kehendak yang di atas" atau ketika kita berisyarat dengan menunjuk ke atas atau menengadahkan tangan ke atas saat berdoa. Itu semua adalah fitrah manusia yang sudah Allah berikan secara alamiah.
Demikian semoga yang sedikit ini bermanfaat.. Barokallahu fiik