Halaqah 08: Berpegang Teguh Kepada Ajaran Sahabat & Meneladani Mereka (Bagian 2)

Halaqah yang ke-8 dari pembukaan Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah tentang berpegang teguh kepada ajaran sahabat dan meneladani mereka bagian 2

Dahulu para Shahabat radiallahu Ta’ala anhum mereka berpegang teguh dengan Al Quran, mereka jika belajar Al Quran berusaha untuk memahami & berusaha untuk mengamalkan tidak berpindah kepada ayat yang lain sebelum mereka memahami & mengamalkan.

Abu Abdurahman as Sulami beliau mengatakan

حدثنا من كانوا يقرئوننا من أصحاب الرسول الله  أنهم كانوا إذا تعلموا عشر آيات من النبي 
لم يجاوزوها حتى يعلموا ما فيها من العلم والعمل،

Telah mengabarkan kepada kami para orang² yg mereka mengajarkan kepada kami Al Quran dari kalangan Shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwasanya mereka (para Shahabat) ketika mereka mempelajari 10 ayat (misalnya ini bukan pembatasan) dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maka mereka tidak berpindah kepada ayat yang lain kecuali setelah mereka memahami isinya & mengamalkannya.

Karena mereka tahu bahwasanya didalam Al Quran itu ada jalan yang lurus yang akan membimbing mereka kepada Allah, kepada SurgaNya, bukan hanya sekedar membaca Al Quran & tidak berusaha untuk memahami maknanya tapi mereka membaca Al Qur’an & berusaha untuk memahami maknanya & mengamalkan isinya.

• Apakah kita sudah demikian?
• Apakah semi kita memperlakukan Al Quran sebagaimana dahulu para Shahabat radiallahu taala anhum bersikap terhadap Al Qur’an?
• Ataukah yang kita lakukan hanya sebatas membaca? (itu jika membaca, sebagian kita tidak membaca Al Qur’an kecuali jarang sekali lebih banyak membaca WA, Fb atau menonton video yg tidak bermanfaat, untuk membaca Al Qur’an ini mungkin bukan sepekan sekali bahkan ada yg sebulan sekali, kalau kita memang benar² ingin menjadi seorang Ahlu Sunnah maka pengagungan terhadap Al Qur’an maka harus terus diperbarui, kita harus berpegang teguh dengan apa yang berada diatasnya (para Shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam), memiliki perhatian yang besar terhadap Al Qur’an, petunjuk bukan hanya ketika kita mendengarkan di majlis Ilmu, ketika kita dirumah membaca Al Qur’an maka kita berusaha untuk memahami apa yg kita baca (yg bisa bahasa Arab) yang belum maka disana ada terjemahan yg bisa dipercaya dengan nya kita bisa memahami Kalamullah, kita bersikap bagaimana dahulu para Shahabat radiallahu taala anhum bersikap, kita berpegang teguh dengan apa yang berpegang teguh dengannya para Shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ini adalah perbedaan antara kita dengan ahlu bida

التمسك بما كان عليه أصحاب رسول الله 

Dan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menunjukkan kepada jalan yang lurus sebagaimana Al Quran juga menunjukkan kepada jalan yang lurus, keduanya Al Quran & juga hadits ini menunjukkan kepada jalan yang lurus, Allah subhanahu wata'ala Mengatakan,

…إِنَّكَ لَتَهْدِىٓ إِلَىٰ صِرَٰطٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ
[QS Asy-Syurǻ : 52]

Sungguh² engkau menunjukkan jalan yang lurus

Engkau disini adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, , siapa yang mengabarkan?(Allah), mengabarkan bahwasanya Nabi-Nya yang beliau tunjukkan adalah jalan yang lurus sebagaimana Al Quran menunjukkan kepada jalan yang lurus, Sunnah shallallahu 'alaihi wasallam juga menunjukkan kepada jalan yang lurus.

Sehingga para Shahabat radiallahu taala anhum dahulu mereka memiliki perhatian yang besar terhadap Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kalau mereka mendengar sebuah hadits mereka melihat perilaku Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maka mereka menyadari dengan sesadar²nya ini adalah jalan yang lurus & petunjuk beliau adalah petunjuk yang paling baik mereka merasa ini adalah rezeki yang besar yang Allah berikan kepada mereka, ketika mereka diberikan kesempatan oleh Allah untuk mendengar hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, sesuatu yg tidak mereka sia²kan selama telinga mereka dimuliakan oleh Allah untuk mendengar langsung/ mendengar dari sahabat yang lain hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maka mereka memahaminya & berusaha untuk mengamalkan dan tidak sedikit atsar dari para Shahabat radiallahu taala anhum dimana mereka ketika sudah mendengar hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maka mereka mengamalkan Hadits tersebut sampai mereka meninggal dunia

Sudahkah kita demikian bersikap terhadap Sunnah & hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ?

Sudahkah kita menyadari & menganggap itu sebagai petunjuk yang menunjukkan kepada kita jalan yang lurus?

Ataukah keadaan kita seperti seseorang yang membaca hadits hanya sekedar baca sementara tidak ada didalam diri kita keinginan yang kuat untuk memahami makna & mengamalkan isinya.

Ummu Habibah radiallahu taala anha (Istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) Ummul mukminin, seorang wanita mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan tentang keutamaan Shalat rawatib yang disebutkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam _barangsiapa yang melakukan Shalat 12 rakaat selama sehari semalam maka Allah subhanahu wata'ala akan membangunkan baginya rumah didalam Surga_ didengar oleh Ummu Habibah jika Shalat 12 rakaat (rawatib) maka akan dibangunkan oleh Allah rumah didalam Surga. Ummu Habibah setelah mendengar hadits ini dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengamalkan Hadits ini & tidak pernah meninggalkan Shalat 12 rakaat setiap hari, ketika beliau menceritakan hadits ini kepada muridnya yaitu seorang tabi’in yang mendengar hadits ini dari ummu Habibah maka ummu Habibah menceritakan & maksud beliau ingin memberikan semangat kepada muridnya untuk beramal , disampaikan hadits ini kepada muridnya supaya diamalkan bukan hanya sekedar dihafal saja (itu maksud beliau bukan riya, sum’ah), beliau katakan kepada muridnya

ما تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِن رسول الله 
_aku tidak pernah meninggalkan 12 rakaat semenjak aku mendengarnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam_

Seorang wanita tapi beliau memiliki keinginan yang kuat untuk mengamalkan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Bandingkan dengan keadaan sebagian kita yang bermalas²an atau ketika membaca ini hukum nya apa? Sunnah, kalau Sunnah berarti tidak apa² ditinggalkan, kalau para salaf ketika mereka bertanya ini hukumnya apa ? Sunnah, kalau Sunnah berarti harus dikerjakannya. Berbeda dengan dizaman sekarang, mereka bertanya apakah ini Sunnah Nabi iya ini Sunnah Nabi mereka lakukan, Kalau ini dianjurkan maka akan dilakukan, berbeda dengan sebagian kita. Ini contoh dari shahabiyyah.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url