Halaqah 18: Menjauhi Pertengkaran atau Perdebatan (Bagian 2)
Halaqah yang ke-18 dari pembukaan Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah tentang menjauhi pertengkaran atau perdebatan bagian 2.
Bahwasanya Ahlu bid’ah diantara ciri mereka sebagaimana Ahlu Sunnah adalah orang yang sangat menjauhi yang dinamakan pertengkaran yang tidak syar’i yang membawa kenifaqan yang membawa kepada penyakit hati maka sebaiknya Ahlu bid’ah diantara ciri mereka adalah senang untuk berdebat.
Didalam sebuah hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan,
Tidaklah kaum tersesat setelah sebelumnya dia mendapatkan petunjuk kecuali dia diberikan Al Jadad.
Yaitu diberikan berdebat bahwasanya itu adalah menjadi orang yang senang berdebat.
Maka ini yang harus kita pahami bersama bahwasanya termasuk ciri utama Ahlu bid’ah yang membedakan antara mereka dengan ahli Sunnah adalah mereka senang berdebat didalam agama Allah. Kerjaan mereka adalah mempersiapkan diri bagaimana mereka bisa mendebat Ahlu Sunnah, meneliti mencari dalil yang bisa menguatkan kebidahan/kesesatan/penyimpangan mereka kemudian mereka membenturkan antara dalil satu dengan dalil yang lain. Ini adalah amalan dan pekerjaan Ahlu bid’ah berbeda dengan Ahlu Sunnah wal jama’ah yang mereka memiliki istislam penyerahan kepada Allah dan siap untuk menerima Al Haq mengikuti kebenaran menjadikan Al Qur’an dan hadits imam mereka, Kalau memang itu benar mereka ikuti dan siap mereka meninggalkan kesalahan mereka. Jadi mereka berdalil dahulu melihat dalil dahulu kemudian mereka beraqidah dan berkeyakinan adapun Ahlu bid’ah sudah memiliki keyakinan terlebih dahulu mengamalkan amalan yang bid’ah atau berkeyakinan yang keyakinan menyimpang kemudian ketika mereka mendengar Ahlu Sunnah ternyata berbeda dengan mereka akhirnya mereka berusaha untuk mencari dalil apa yang kira² bisa menguatkan bid’ah dan juga keyakinan mereka kemudian saling membenturkan satu dengan yang lain ini adalah amalan ahlu bid’ah.
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau mengatakan ucapan beliau tadi bahwa tidaklah sebuah kaum tersesat setelah mendapatkan petunjuk kecuali diberikan perdebatan maka beliau membaca firman Allah,
Tidaklah mereka membuat permisalan tersebut untukmu kecuali ingin berdebat saja.
Bukan kebenaran yang mereka inginkan tapi hanya ingin berdebat/bertengkar dengan Ahlu Sunnah wal jama’ah sebagaimana orang² Musyrikin ketika mereka mengatakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu ketika Allah menyebutkan bahwasanya kalian dan apa yang kalian sembah akan berada didalam Jahanam kemudian mereka berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berarti Isa Ibnu Maryam di Jahanam karena beliau disembah oleh orang² Nashoro, apakah dia berada di Jahanam padahal dia adalah seorang Nabi, mereka membuat perumpamaan dan permisalan seperti ini bukan ingin kebenaran mereka hanya ingin sekedar mendebat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
Bahkan mereka ini kaum yang memang senang berdebat.
Semakin menyimpang semakin senang berdebat demikian keadaan Ahlu bid’ah diantara ciri mereka adalah senang melakukan perbedebatan mengarang buku tentang bagaimana berdebat Ahlu Sunnah, buku pintar untuk berdebat dengan ahli Sunnah, membuat team untuk mendebat Ahlu Sunnah wal jama’ah mendebat Salafiyiin, mengumpulkan maraji² dan maraji /referensi mereka mengambil dari Syaikh yang juga sesat mereka siapkan jika datang ustadz Fulan Fulan ucapan mereka adalah cara untuk mendebatnya menantang Ahlu Sunnah wal jama’ah untuk berdebat secara terbuka dilihat oleh seluruhnya kita harus sadar bahwasanya ini memang termasuk tanda² dan ciri² Ahlu bid’ah mereka senang untuk berdebat.
Qotadah Ibnu Diamah as Sadusi (seorang Tabiin) ketika menafsirkan firman Allah
Diantara manusia ada yang berdebat tentang Allah tanpa ilmu (mungkin berbicara tentang Nama dan juga sifat Allah)
Dan dia mengikuti setiap syaitan yang ingin menjauhkan dari Allah/agama Allah,
Berkata Qotadah ketika menafsirkan ayat ini
Seorang ahlu bid’ah yang dia mengajak kepada kebidahannya .
Beliau menafsirkan orang yang suka berdebat tentang Allah maka yang dimaksud adalah shahibul bid’ah seorang ahlu bid’ah yang mengajak kepada kebidahannya.
Dari Amr bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya,
Ada beberapa orang yang sedang duduk didepan pintu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian mereka saling berdebat didalam masalah takdir maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar menuju orang² tersebut yang sedang berdebat setelah mendengar mereka kemudian beliau terlihat dalam keadaan marah mendengar perdebatan mereka maka terlihat dari wajah beliau kemarahan yang sangat terhadap mereka ini,
kemudian beliau mengatakan apakah dengan seperti ini kalian diperintahkan/saling bertengkar agama itu adalah samina wa athona dalam masalah takdir atau beliau mengatakan apakah dengan sebab ini kalian dibangkitkan/dimunculkan di antara manusia, kalian menabrakan Al Qur’an sebagian dengan sebagian yang lain
Sungguh umat² sebelum kalian itu hancur dan binasa adalah sebabnya karena seperti ini, karena jidal/pertengkaran didalam masalah agama
Maka hendaklah kalian diam apa yang diperintahkan kepada kalian kerjakan, sederhana didalam agama ini. Dan lihatlah apa yang dilarang maka hendaklah kalian tinggalkan. Artinya jangan memperbanyak pertengkaran dan perdebatan menabrakan satu ayat dengan ayat yang lain karena ini adalah termasuk ciri Ahlu bid’ah orang² yang menyimpang.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]
Bahwasanya Ahlu bid’ah diantara ciri mereka sebagaimana Ahlu Sunnah adalah orang yang sangat menjauhi yang dinamakan pertengkaran yang tidak syar’i yang membawa kenifaqan yang membawa kepada penyakit hati maka sebaiknya Ahlu bid’ah diantara ciri mereka adalah senang untuk berdebat.
Didalam sebuah hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan,
ما ضَلَّ قومٌ بعدَ هُدًى كانوا عليهِ إلَّا أوتوا الجدَلَ
Tidaklah kaum tersesat setelah sebelumnya dia mendapatkan petunjuk kecuali dia diberikan Al Jadad.
Yaitu diberikan berdebat bahwasanya itu adalah menjadi orang yang senang berdebat.
Maka ini yang harus kita pahami bersama bahwasanya termasuk ciri utama Ahlu bid’ah yang membedakan antara mereka dengan ahli Sunnah adalah mereka senang berdebat didalam agama Allah. Kerjaan mereka adalah mempersiapkan diri bagaimana mereka bisa mendebat Ahlu Sunnah, meneliti mencari dalil yang bisa menguatkan kebidahan/kesesatan/penyimpangan mereka kemudian mereka membenturkan antara dalil satu dengan dalil yang lain. Ini adalah amalan dan pekerjaan Ahlu bid’ah berbeda dengan Ahlu Sunnah wal jama’ah yang mereka memiliki istislam penyerahan kepada Allah dan siap untuk menerima Al Haq mengikuti kebenaran menjadikan Al Qur’an dan hadits imam mereka, Kalau memang itu benar mereka ikuti dan siap mereka meninggalkan kesalahan mereka. Jadi mereka berdalil dahulu melihat dalil dahulu kemudian mereka beraqidah dan berkeyakinan adapun Ahlu bid’ah sudah memiliki keyakinan terlebih dahulu mengamalkan amalan yang bid’ah atau berkeyakinan yang keyakinan menyimpang kemudian ketika mereka mendengar Ahlu Sunnah ternyata berbeda dengan mereka akhirnya mereka berusaha untuk mencari dalil apa yang kira² bisa menguatkan bid’ah dan juga keyakinan mereka kemudian saling membenturkan satu dengan yang lain ini adalah amalan ahlu bid’ah.
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau mengatakan ucapan beliau tadi bahwa tidaklah sebuah kaum tersesat setelah mendapatkan petunjuk kecuali diberikan perdebatan maka beliau membaca firman Allah,
مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًۢا ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ
[QS Az Zukhruf 58]Tidaklah mereka membuat permisalan tersebut untukmu kecuali ingin berdebat saja.
Bukan kebenaran yang mereka inginkan tapi hanya ingin berdebat/bertengkar dengan Ahlu Sunnah wal jama’ah sebagaimana orang² Musyrikin ketika mereka mengatakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu ketika Allah menyebutkan bahwasanya kalian dan apa yang kalian sembah akan berada didalam Jahanam kemudian mereka berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berarti Isa Ibnu Maryam di Jahanam karena beliau disembah oleh orang² Nashoro, apakah dia berada di Jahanam padahal dia adalah seorang Nabi, mereka membuat perumpamaan dan permisalan seperti ini bukan ingin kebenaran mereka hanya ingin sekedar mendebat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ
Bahkan mereka ini kaum yang memang senang berdebat.
Semakin menyimpang semakin senang berdebat demikian keadaan Ahlu bid’ah diantara ciri mereka adalah senang melakukan perbedebatan mengarang buku tentang bagaimana berdebat Ahlu Sunnah, buku pintar untuk berdebat dengan ahli Sunnah, membuat team untuk mendebat Ahlu Sunnah wal jama’ah mendebat Salafiyiin, mengumpulkan maraji² dan maraji /referensi mereka mengambil dari Syaikh yang juga sesat mereka siapkan jika datang ustadz Fulan Fulan ucapan mereka adalah cara untuk mendebatnya menantang Ahlu Sunnah wal jama’ah untuk berdebat secara terbuka dilihat oleh seluruhnya kita harus sadar bahwasanya ini memang termasuk tanda² dan ciri² Ahlu bid’ah mereka senang untuk berdebat.
Qotadah Ibnu Diamah as Sadusi (seorang Tabiin) ketika menafsirkan firman Allah
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّجَادِلُ فِى اللّٰهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّيَتَّبِعُ كُلَّ شَيْطٰنٍ مَّرِيْدٍ ۙ ﴿الحج : ۳﴾
Diantara manusia ada yang berdebat tentang Allah tanpa ilmu (mungkin berbicara tentang Nama dan juga sifat Allah)
وَّيَتَّبِعُ كُلَّ شَيْطٰنٍ مَّرِيْدٍ ۙ
Dan dia mengikuti setiap syaitan yang ingin menjauhkan dari Allah/agama Allah,
Berkata Qotadah ketika menafsirkan ayat ini
صاحب بدعة يدعو إلى بدعته
Seorang ahlu bid’ah yang dia mengajak kepada kebidahannya .
Beliau menafsirkan orang yang suka berdebat tentang Allah maka yang dimaksud adalah shahibul bid’ah seorang ahlu bid’ah yang mengajak kepada kebidahannya.
Dari Amr bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya,
Ada beberapa orang yang sedang duduk didepan pintu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian mereka saling berdebat didalam masalah takdir maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar menuju orang² tersebut yang sedang berdebat setelah mendengar mereka kemudian beliau terlihat dalam keadaan marah mendengar perdebatan mereka maka terlihat dari wajah beliau kemarahan yang sangat terhadap mereka ini,
فَقَالَ
kemudian beliau mengatakan apakah dengan seperti ini kalian diperintahkan/saling bertengkar agama itu adalah samina wa athona dalam masalah takdir atau beliau mengatakan apakah dengan sebab ini kalian dibangkitkan/dimunculkan di antara manusia, kalian menabrakan Al Qur’an sebagian dengan sebagian yang lain
إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حِينَ تَنَازَعُوا فِي هَذَا
Sungguh umat² sebelum kalian itu hancur dan binasa adalah sebabnya karena seperti ini, karena jidal/pertengkaran didalam masalah agama
Maka hendaklah kalian diam apa yang diperintahkan kepada kalian kerjakan, sederhana didalam agama ini. Dan lihatlah apa yang dilarang maka hendaklah kalian tinggalkan. Artinya jangan memperbanyak pertengkaran dan perdebatan menabrakan satu ayat dengan ayat yang lain karena ini adalah termasuk ciri Ahlu bid’ah orang² yang menyimpang.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]