Halaqah 24: Sunnah Berfungsi Mentafsirkan dan Menunjukkan Makna Al-Qur’an

Halaqah yang ke-24 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah tentang sunnah berfungsi menafsirkan dan menunjukkan makna Al-Qur'an.

Beliau mengatakan

والسنة تفسر القرآن

Dan Sunnah itu menafsirkan Al-Qur’an.

Menafsirkan maksudnya dalam menjelaskan, menjelaskan apa yang ada di dalam Al-Qur’an.

Berdasarkan sebuah ayat di mana Allah subhanahu wata'ala menurunkan Al-Qur’an dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliaulah yang menjelaskan apa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an Allah mengatakan,

إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ ۚ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا۝.
[QS An Nisa 105]

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Qur’an dengan hak supaya engkau menghukumi diantara manusia.

Kami menurunkan Al-Qur’an di antara manusia supaya menghukumi diantara mereka

بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ

dengan apa yang Allah tampakkan kepadamu.

Berarti itu hadits² Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang Allah nampakkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam m berupa hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا

Dan janganlah engkau membela orang² yang berkhianat.

Ini satu ayat, kemudian ayat yang lain Allah mengatakan,

…وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ اِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ ۝
[QS An Nahl 44]

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an,

Ad Dzikr disini adalah Al-Qur’an supaya engkau menjelaskan untuk manusia apa yang diturunkan kepada mereka berarti tugas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah menjelaskan apa yang Allah turunkan berupa Al-Qur’an penjelasan beliau itulah hadits², terkadang didalam Al-Qur’an misalnya disebutkan kewajiban untuk shalat waktu

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ

Hendaklah kalian mendirikan Shalat.

Kita enggak akan mendapatkan di dalam Al-Qur’an tentang kewajiban untuk takbir misalnya atau doa iftiftah, atau dzikir ketika ruku dan sujud bagaimana cara yang benar dalam tasyahud enggak akan kita dapatkan di dalam Al-Qur’an, siapa yang menjelaskan tentang kaifiyat tata cara salat terperinci, yang menjelaskan adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam didalam Sunnah² /hadits² beliau penjelasan tentang waktunya apa yang harus dilakukan bagaimana gerakan yang benar apa yang harus dibaca maka itu kita dapatkan didalam hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Kemudian didalam ayat yang lain Allah mengatakan

وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ ۙ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ۝
[QS An Nahl 46]

Dan tidaklah kami menurunkan kepadamu kitab yaitu Al-Qur’an kecuali supaya engkau menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Ini semua menunjukkan kepada kita bahwasanya hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di antara fungsinya adalah menjelaskan apa yang ada di dalam Al-Qur’an misalnya Anda perkara yang mujmal perkara yang global yang disebutkan dalam Al-Qur’an diperinci oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata Yahya Ibnu Abi Katsir seorang salaf,

السنة قاضية على الكتاب، وليس الكتاب بقاضٍ على السنة

Beliau mengatakan bahwasanya sunnah yaitu hadits ² Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ini adalah sebagai penjelas terhadap apa yang ada di dalam Al-Qur’an dan bukanlah Alquran sebagai penjelas.

Ya bukanlah Al-Qur’an sebagai penjelas terhadap hadits tapi hadits lah yang menjelaskan apa yang ada di dalam Al-Qur’an ini maksud ucapan beliau.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah beliau menyebutkan didalam sebagian tulisan beliau bahwasa diantara cara Untuk menafsirkan Al-Qur’an selain menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an yaitu menafsirkan ayat dengan ayat yang lain seperti misalnya,

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۝

Tunjukilah kami jalan yang lurus,

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ۝

Jalan yang engkau berikan nikmat,

Siapakah orang yang Allah berikan nikmat disebutkan dalam ayat firman Allah

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا ۝
[QS An Nisa 69]

Siapa yang taat kepada Allah dan RasulNya Maka mereka bersama orang-orang yang Allah berikan nikmat kepada mereka,

Siapa mereka dari kalangan para Nabi, Shidiqin, syhudaha dan juga orang² yang shaleh, ini menunjukkan siapa mereka orang-orang yang Allah berikan nikmat dan dari sini kita tahu bahwasanya Nikmat yang dimaksud adalah nikmat Hidayah karena disebutkan disitu para nabi, Shidiqin, syhudaha orang-orang yang sholeh.

Diantara cara Untuk menafsirkan Al-Qur’an adalah menafsirkan Alquran dengan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di sana ada ayat yang di sana Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Misalnya didalam Al-Qur’an Allah mengatakan,

لِّلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ … ۝

Bagi orang-orang yang berbuat Ihsan di dunia maka dia mendapatkan surga dan dia mendapatkan ziadah/ mendapatkan tambahan.

Dijelaskan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan sebuah hadis di mana Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan kepada orang-orang yang sudah masuk ke dalam surga para penduduk surga mereka sudah merasakan nikmat yang banyak kemudian dikatakan kepadanya Allah subhanahu wa ta’ala ingin memenuhi janjinya kepada kami kemudian mereka mengatakan bukankah Allah sudah memasukkan kami ke dalam surga menyelamatkan kami dari neraka dan memutihkan wajah-wajah kami mereka sudah merasa mendapatkan kenikmatan yang luar biasa didalam Surga sudah tidak tersisa lagi ternyata masih ada tambahan ternyata yang dimaksud dengan tambahan tadi adalah Allah subhanahu wa ta’ala menampakkan kepada mereka wajahNya sehingga mereka orang-orang yang beriman para penduduk surga melihat wajah Allah, kemudian beliau membaca firman Allah (diatas) bagi orang-orang yang berihsan yaitu merasa diawasi oleh Allah beriman dan juga beramal shaleh maka mereka akan mendapatkan Husna yaitu surga dan juga mendapatkan tambahannya yaitu dengan ruyatullah melihat Allah,

Ini menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an dijelaskan oleh Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari orang yang mencukupkan diri dengan ayat saja dalam beragama maka dia akan tersesat l, mungkin dia akan menghalalkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah mengatakan kan tidak ada di dalam Al-Qur’an bahwasa itu adalah hak, bahwasanya misalnya anjing itu haramkan tidak disebutkan dalam Al-Qur’an itu tidak disebutkan, sehingga anjing menurut mereka halal meskipun mereka mungkin tidak terang-terangan mengatakan kepada di luar kelompoknya bahwasanya anjing adalah haram bagi orang yang sudah mengikuti kemudian mereka tahu bahwasanya mereka menghalalkan , maka ini keyakinan yang berbahaya yang demikian.

Kalau kita tidak kembali kepada Hadits lalu bagaimana kita bisa shalat dengan cara seperti itu, bagaimana kita berpuasa dengan baik kalau kita tidak kembali kepada hadits karena didalam Al-Qur’an hanya disebutkan tentang misalnya kewajiban,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ۝
[QS Al-Baqarah 186]

Memang disebutkan beberapa hukum namun tidak semuanya, kalau kita tidak kembali kepada hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu bagaimana kita bisa melakukan Ibadah-ibadah tersebut dengan baik.

Jadi sunnah diantara fungsinya adalah menafsirkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an

وهي دلائل القرآن

Dan Sunnah ini adalah petunjuk Al-Qur’an.

Baik menunjukkan Alquran yang maksudnya sama yaitu menafsirkan dan menjelaskan menunjukkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an.

Untinya beliau ingin mengajak kita sebagai seorang ahlussunnah untuk berpegang teguh dengan keduanya bukan hanya berpegang teguh dengan Al-Qur’an saja kemudian meninggalkan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam .

Dan termasuk berpegang teguh dengan Al-Qur’an sebenarnya adalah berpegang teguh dengan sunnah kalau mereka jujur orang-orang yang mengingkari sunnah atau Quraniyun kalau mereka benar-benar jujur dalam Alquran harusnya mereka berpegang teguh dengan hadits, coba kalau mereka membaca satu persatu ayat yang ada dalam Al-Qur’an bukankah di sana ada ayat-ayat yang isinya kita disuruh untuk mentaati Rasul,

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ

Apa yang diberikan oleh Rasul ambillah dan apa yang beliau larang maka tinggalkanlah.

Bukankah ini adalah kewajiban untuk mengikuti beliau,di dalamnya ada firman Allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman Taatlah kepada Allah dan taat kepada Rasul dan Ulil kalian,

Dan Allah mengatakan,

مَّن يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

Barangsiapa yang taat kepada Rasul sungguh dia telah taat kepada Allah.

Dikemanakan ayat-ayat tersebut kalau mereka benar-benar berpegang untuk mendengar Al-Qur’an harusnya mereka juga menjadi orang yang berpegang teguh dengan Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url