Halaqah 36: Al-Qur’an adalah Kalamullah Bukan Makhluk (Bagian 4)

Halaqah yang ke-36 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah tentang Al-quran adalah kalamullah bukan makhluk bagian 4.

Diantara dalil bahwasanya Al-Qur’an bukan makhluk, Allah subhanahu wata'ala mengatakan di dalam Al-Qur’an

أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ
[Al-A’raf:54]

Ketahuilah bahwasanya milik Allah subhanahu wata'ala al-khalqu wal amr. Al-khalqu artinya adalah ciptaan, ciptaan semuanya milik Allah subhanahu wata'ala, langit bumi ‘arsy kursi apa yang ada di antara langit dan bumi itu adalah al-khalqu.

Dan bagi Allah subhanahu wata'ala al-amr, dan yang dimaksud dengan al-amr di sini adalah ucapan Allah subhanahu wata'ala

إِنَّمَآ أَمۡرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيۡ‍ًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٨٢
[Ya Sīn]

Ucapan Allah subhanahu wata'ala, perkara Allah subhanahu wata'ala di sini adalah ucapan Allah subhanahu wata'ala.

Bagi Allah subhanahu wata'ala al-khalqu wal amr, bagi Allah subhanahu wata'ala penciptaan dan juga ciptaan dan juga kalam-Nya, berarti Allah subhanahu wata'ala disini membedakan antara ciptaan-Nya dan juga ucapan-Nya. Dan asal dari و adalah menunjukkan adanya al-mughayarah (perbedaan) antara sebelum و dengan setelah و.

Seandainya Al-Qur’an ini adalah makhluk berarti apa fungsi dari و disini karena asal dari و di sini adalah adanya perbedaan, berarti beda antara kalamullah dengan khalq, adapun langit bumi dan seterusnya maka ini adalah makhluk, dan kalamullah adalah bukan makhluk tapi dia adalah sifat Allah subhanahu wata'ala.

Ini dijadikan dalil oleh para ulama ahlussunnah bahwasanya Al-Qur’an bukan makhluk karena Allah subhanahu wata'ala membedakan antara al-khalqu wal amr dan al-amr disini adalah kalamullah.

Dalam sebuah hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan

مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ

Barangsiapa yang singgah ke sebuah tempat kemudian dia mengatakan aku berlindung kepada Allah subhanahu wata'ala dengan kalimat-kalimatnya yang sempurna dari kejelekan apa yang dia ciptakan, barangsiapa yang mengucapkan doa ini maka tidak akan termudharati oleh sesuatu apapun sampai dia meninggalkan tempat tersebut.

Kalau dia singgah di tempat yang lain dia baca doa itu, syahidnya di sini orang yang singgah di sebuah tempat dianjurkan dia untuk berlindung kepada Allah subhanahu wata'ala dengan kalimat-kalimat yang sempurna, kalimat Allah subhanahu wata'ala adalah kalamullah (apa yang Allah subhanahu wata'ala ucapkan), kita tidak boleh berlindung (istiadzah) dengan makhluk menunjukkan bahwasanya kalimat-kalimat Allah subhanahu wata'ala itu bukan makhluk buktinya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menganjurkan kita untuk mengatakan

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ

Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah subhanahu wata'ala, karena istiadzah dengan makhluk ini syirik dan tidak mungkin Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kita kesyirikan, justru Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengajak kita untuk mentahuidkan Allah subhanahu wata'ala dan memerangi kesyirikan dengan jiwa raga Beliau shallallahu 'alaihi wasallam, ini juga menjadi dalil bahwasanya Al-Qur’an adalah bukan makhluk.

Maka ini harus kita kuatkan di dalam diri kita menjadi aqidah kita bahwasanya Al-Qur’an ini adalah kalamullah dan dia bukan makhluk, dari sini akan timbul ta’dzhim terhadap Al-Qur’an, kita memiliki mushaf dan kita membacanya dan kita ingat bahwasanya, Ya Allah subhanahu wata'ala ini adalah ucapanmu Ya Allah subhanahu wata'ala Engkau yang pertama kali mengucapkan ini, sehingga kita berhati-hati tidak sembarangan dalam meletakkan Al-Qur’an dan kita memiliki semangat yang besar untuk menghafal kalamullah, kita ingin memiliki kemuliaan dan kehormatan dengan menghafal kalamullah di dalam dada-dada kita.

Alhamdulillah Allah subhanahu wata'ala memberikan kesempatan bagi kita dan untuk dada kita menghafal kalamullah, ini adalah sebuah kehormatan maka sungguh berbahagia saudara-saudara kita yang mereka diberikan karunia oleh Allah subhanahu wata'ala menghafal kalamullah dari awal sampai akhir dadanya menghafal kalamullah.

Dan orang yang sudah memiliki hafalan Al-Qur’an maka ketika dia menyadari itu adalah kalamullah dan itu adalah sesuatu yang sangat berharga karena keutamaan kalamullah di atas ucapan manusia itu seperti keutamaan Allah subhanahu wata'ala di atas makhluk semuanya, dan bisa dibandingkan orang yang memiliki hafalan Al-Qur’an maka dia berusaha untuk menjaga mengulang memuraja’ah tidak menyia-nyiakan Al-Qur’an, ini kalau dia menyadari bahwa apa yang dia hafal selama ini adalah kalamullah bukan makhluk.

Kemudian beliau mengatakan

وَلا يَضْعُفُ أَنْ يَقُولَ: لَيْسَ بِمَخْلُوقٍ

Dan jangan dia lemah, coba perhatikan dalam mengartikan ucapan beliau ini kalau kita tidak salah, وَلا يَضْعُفُ maksudnya adalah dan dia tidak lemah, jangan dia ragu-ragu, jangan dia lemah dalam mengartikan dalam mengatakan لَيْسَ بِمَخْلُوقٍ jangan dia lemah untuk mengatakan Al-Qur’an itu bukan makhluk, seperti masih ada keraguan di dalam hatinya, harus nasyid (kencang) harus yakin dengan seyakin-yakinnya bahwasanya Al-Qur’an adalah kalamullah dan dia bukan makhluk, tidak boleh ada keraguan di dalam diri kita harus ada keyakinan di dalam diri kita kalau memang itulah yang kita dapatkan di dalam Al-Qur’an, siapa yang lebih benar ucapannya daripada Allah subhanahu wata'ala.

فإنَّ كَلامَ اللهِ مِنْهُ وَلَيْسَ بِبَائِنٍ مِنْهُ

Perhatikan makna dari بِبَائِنٍ مِنْهُ ini bukan jelas, ba’in di sini maksudnya adalah munfasil yaitu terpisah, karena sesungguhnya ucapan Allah subhanahu wata'ala (kalamullah) itu bukan terpisah dari diri Allah subhanahu wata'ala.

Berbeda dengan makhluk, kita adalah makhluk langit dan bumi adalah makhluk berpisah dari Allah subhanahu wata'ala Al-Khaliq, kita tidak berada di dalam diri Allah subhanahu wata'ala atau tidak bersatu dengan diri Allah subhanahu wata'ala, Maha Suci Allah subhanahu wata'ala dari apa yang diucapkan oleh orang-orang yang menyimpang, makhluk ini berpisah dari diri Allah subhanahu wata'ala maka kalamullah juga demikian

لَيْسَ بِبَائِنٍ مِنْهُ

Ucapan Allah subhanahu wata'ala ini bukan terpisah dari diri Allah subhanahu wata'ala, minhu di sini kembali kepada Allah subhanahu wata'ala.

Sifat-sifat Allah subhanahu wata'ala tidak berpisah dari diri Allah subhanahu wata'ala, Allah subhanahu wata'ala Dialah Al-Khaliq dengan pendengaran-Nya dengan penglihatan-Nya dengan ucapan-Nya dengan ilmu-Nya Dialah Al-Khaliq, sifat-sifat Allah subhanahu wata'ala tidak terpisah dari diri Allah subhanahu wata'ala demikian pula kalamullah tidak berpisah dari diri Allah subhanahu wata'ala, ini keyakinan Ahlussunnah Wal Jamaah.

وَلَيْسَ مِنْهُ شَيءٌ مَخْلُوقٌ

Dan tidak ada dari Allah subhanahu wata'ala, minhu di sini kembali kepada Allah subhanahu wata'ala maksudnya diantara sifat-sifat Allah subhanahu wata'ala, sesuatu yang makhluk, semua sifat Allah subhanahu wata'ala ini bukan makhluk, sifat Dzatiyah sifat Fi’liyah ini bukan makhluk, Allah subhanahu wata'ala Dialah Al-Khaliq dengan seluruh sifat-sifat tadi dan nama-nama-Nya dan juga Dzat-Nya.

Tidak ada dari Allah subhanahu wata'ala sesuatu yang makhluk, tidak ada sifat-sifat Allah subhanahu wata'ala sesuatu yang makhluk, maka ini harus kita pahami dari ucapan Al Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk dan jangan kita lemah untuk mengatakan bahwasanya dia bukan makhluk karena sesungguhnya kalamullah dan seluruh sifat-sifat Allah subhanahu wata'ala ini tidak berpisah dari diri Allah subhanahu wata'ala, dia adalah sifat Allah subhanahu wata'ala dan tidak ada diantara sifat-sifat Allah subhanahu wata'ala yang makhluk.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url