Halaqah 46: Beriman dengan Mizan (Timbangan) (Bagian 2)
Halaqah yang ke-46 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah tentang beriman dengan mizan (timbangan) bagian 2.
Beliau mengatakan rahimahullah
Akan ditimbang seorang hamba di hari kiamat diantara yang akan ditimbang dari kiamat adalah orangnya, karena disini beliau mengatakan akan ditimbang orangnya (yaitu hamba tersebut) di hari kiamat
ternyata timbangannya tidak sampai satu sayap seekor nyamuk.
Kita tahu bahwasanya nyamuknya saja itu kalau ditimbang ini tidak terasa apalagi hanya satu sayap, ternyata akan ada di hari kiamat orang yang ditimbang dan timbangannya tidak sampai satu sayap dari seekor nyamuk, dan ini menunjukkan betapa sedikitnya dia berbekal.
Disebutkan dalam sebuah hadits
Akan didatangkan seseorang yang gemuk (besar) di hari kiamat ternyata dia tidak sampai di sisi Allah subhanahu wata'ala beratnya seberat satu sayap server nyamuk, padahal dia di dunia adalah seorang yang memiliki badan yang besar.
Allah subhanahu wata'ala mengatakan
Maka kami tidak akan menegakkan untuk mereka di hari kiamat berat, yaitu tidak akan menegakkan berat karena mereka amalannya batal, ini menunjukkan tentang bahwasanya di antara hal yang ditimbang di hari kiamat adalah orangnya.
Dalam hadits yang lain dari Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu ta’ala ‘anhu bahwasanya beliau dulu adalah orang yang kecil betisnya, maka ada sebagian orang yang tertawa ketika melihat kecilnya betis Abdullah ibn Mas’ud, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan
Kenapa kalian tertawa, mereka mengatakan
Wahai Nabi Allah, kami tertawa karena melihat kecilnya dua betis Abdullah ibn Mas’ud
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan ‘Sungguh demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya sungguh kedua betis tadi lebih berat timbangannya daripada gunung Uhud.
Ini menunjukkan tentang keutamaan Abdullah bin Mas’ud dan menunjukkan bahwasanya diantara yang ditimbang di hari kiamat adalah orangnya yaitu orang yang beramal.
Dan akan ditimbang amalan-amalan para hamba sebagaimana datang dalam hadits (dalil).
Jadi diantara yang akan ditimbang adalah amalan berdasarkan hadits
Dua kalimat yang berat timbangannya di sisi Allah subhanahu wata'ala adalah subhanallahi wa bihamdih subhanallahil ‘adzhim, menunjukkan bahwa diantara hal yang akan ditimbang di hari kiamat adalah amalan.
Kemudian di sana ada sesuatu yang ketiga yaitu akan ditimbang bukunya, buku yang digunakan untuk menulis amalan, ini berdasarkan sebuah hadits yang masyhur yang dinamakan dengan haditsul bithaqah (hadits tentang masalah kartu) dimana Allah subhanahu wata'ala akan mendatangkan seseorang dari umat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian dipanggil diantara manusia dan disodorkan di hadapannya 99 sijil (buku besar), masing-masing dari sijil tadi sejauh mata memandang, kemudian setelah itu dikatakan kepadanya
Apakah ada sesuatu yang engkau ingkari (yang salah)
Apakah malaikat-malaikat-Ku telah mendzalimi, yaitu engkau tidak melakukan sesuatu tapi di sini ditulis atau engkau melakukan sesuatu tapi di sini tidak ditulis
Maka laki-laki tadi mengatakan tidak ya Allah subhanahu wata'ala, artinya malaikat semuanya telah ditulis dan tidak ada yang ditinggalkan
Kemudian ditanya lagi apakah engkau memiliki udzur? dia mengatakan tidak ya Allah subhanahu wata'ala, kemudian Allah subhanahu wata'ala mengatakan ‘Iya bahkan engkau memiliki kebaikan maka tidak akan didzhalimi seorangpun hari ini’. Akhirnya dikeluarkanlah sebuah kartu yang di dalamnya bertuliskan
Kemudian dikatakan kepadanya
Datangkan timbanganmu
Maka dia mengatakan Ya Allah apa faedah dari satu kartu ini dibandingkan 99 sijillat, kemudian dikatakan kepadanya engkau tidak akan didzhalimi dan ditaruhlah 99 sijillat tadi di satu daun timbangan dan yang lain yaitu berupa kartu tadi di timbangan yang lain akhirnya menjadi beratlah bithaqah tadi dan
Tidak ada sesuatu yang berat bersama nama Allah subhanahu wata'ala, artinya kalau sudah ada nama Allah subhanahu wata'ala maka tidak ada yang bisa mendampingi yang demikian.
Ini menjadi dalil bahwasanya diantara yang akan ditimbang di hari kiamat adalah buku catatan.
Apakah di antara dalil-dalilnya ada pertentangan? Tidak. Kita katakan bahwasanya yang akan ditimbang di hari kiamat adalah 3 perkara tadi yaitu amalan kemudian catatan amal dan juga orang yang mengamalkan, dan semuanya kalau kita perhatikan kembali kepada amalan itu sendiri, orang yang beramal kalau amalannya baik maka akan berat demikian pula buku yang berkaitan dengan buku catatan orang yang beramal kalau amalan yang baik maka buku catatannya akan baik juga, jadi intinya di sini adalah kalau kita ingin berat timbangan di hari kiamat hendaklah kita memperbaiki amalan.
Kemudian beliau mengatakan
Kewajiban kita adalah beriman dengannya
Dan membenarkannya, karena Allah subhanahu wata'ala menyuruh kita untuk beriman dan ini adalah sifat orang yang beriman yaitu beriman dengan perkara-perkara yang ghaib
dan berpaling dari orang yang membantah yang demikian, kalau ada di sana orang yang membantah adanya Mizan di hari kiamat maka kita berpaling, kita bukan orang yang ragu sehingga tidak perlu kita melayani orang-orang yang membantah adanya Mizan di hari kiamat
dan kita juga meninggalkan berdebat dengan orang-orang tersebut.
Jadi kita imani Mizan sebagaimana datangnya tanpa kita melakukan perdebatan yang berkepanjangan dengan mereka, hendaklah kita berpaling dari orang yang mereka menolak adanya Mizan di hari kiamat.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]
Beliau mengatakan rahimahullah
يُوزَنُ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ
Akan ditimbang seorang hamba di hari kiamat diantara yang akan ditimbang dari kiamat adalah orangnya, karena disini beliau mengatakan akan ditimbang orangnya (yaitu hamba tersebut) di hari kiamat
فَلا يَزِنُ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ
ternyata timbangannya tidak sampai satu sayap seekor nyamuk.
Kita tahu bahwasanya nyamuknya saja itu kalau ditimbang ini tidak terasa apalagi hanya satu sayap, ternyata akan ada di hari kiamat orang yang ditimbang dan timbangannya tidak sampai satu sayap dari seekor nyamuk, dan ini menunjukkan betapa sedikitnya dia berbekal.
Disebutkan dalam sebuah hadits
إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيْمُ السَّمِيْنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ
Akan didatangkan seseorang yang gemuk (besar) di hari kiamat ternyata dia tidak sampai di sisi Allah subhanahu wata'ala beratnya seberat satu sayap server nyamuk, padahal dia di dunia adalah seorang yang memiliki badan yang besar.
Allah subhanahu wata'ala mengatakan
فَلَا نُقِيمُ لَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَزۡنٗا ١٠٥
[Al-Kahfi]Maka kami tidak akan menegakkan untuk mereka di hari kiamat berat, yaitu tidak akan menegakkan berat karena mereka amalannya batal, ini menunjukkan tentang bahwasanya di antara hal yang ditimbang di hari kiamat adalah orangnya.
Dalam hadits yang lain dari Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu ta’ala ‘anhu bahwasanya beliau dulu adalah orang yang kecil betisnya, maka ada sebagian orang yang tertawa ketika melihat kecilnya betis Abdullah ibn Mas’ud, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan
مم تضحكون
Kenapa kalian tertawa, mereka mengatakan
يا نبي الله من دقة ساقيه
Wahai Nabi Allah, kami tertawa karena melihat kecilnya dua betis Abdullah ibn Mas’ud
فقال : ” والذي نفسي بيده لهما أثقل في الميزان من أحد
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan ‘Sungguh demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya sungguh kedua betis tadi lebih berat timbangannya daripada gunung Uhud.
Ini menunjukkan tentang keutamaan Abdullah bin Mas’ud dan menunjukkan bahwasanya diantara yang ditimbang di hari kiamat adalah orangnya yaitu orang yang beramal.
وَتُوزَنُ أَعْمَالُ العِبَادِ كَمَا جَاءَ في الأَثَرِ
Dan akan ditimbang amalan-amalan para hamba sebagaimana datang dalam hadits (dalil).
Jadi diantara yang akan ditimbang adalah amalan berdasarkan hadits
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ
Dua kalimat yang berat timbangannya di sisi Allah subhanahu wata'ala adalah subhanallahi wa bihamdih subhanallahil ‘adzhim, menunjukkan bahwa diantara hal yang akan ditimbang di hari kiamat adalah amalan.
Kemudian di sana ada sesuatu yang ketiga yaitu akan ditimbang bukunya, buku yang digunakan untuk menulis amalan, ini berdasarkan sebuah hadits yang masyhur yang dinamakan dengan haditsul bithaqah (hadits tentang masalah kartu) dimana Allah subhanahu wata'ala akan mendatangkan seseorang dari umat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian dipanggil diantara manusia dan disodorkan di hadapannya 99 sijil (buku besar), masing-masing dari sijil tadi sejauh mata memandang, kemudian setelah itu dikatakan kepadanya
هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا
Apakah ada sesuatu yang engkau ingkari (yang salah)
أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِى الْحَافِظُونَ
Apakah malaikat-malaikat-Ku telah mendzalimi, yaitu engkau tidak melakukan sesuatu tapi di sini ditulis atau engkau melakukan sesuatu tapi di sini tidak ditulis
فَيَقُولُ لاَ يَا رَبِّ
Maka laki-laki tadi mengatakan tidak ya Allah subhanahu wata'ala, artinya malaikat semuanya telah ditulis dan tidak ada yang ditinggalkan
Kemudian ditanya lagi apakah engkau memiliki udzur? dia mengatakan tidak ya Allah subhanahu wata'ala, kemudian Allah subhanahu wata'ala mengatakan ‘Iya bahkan engkau memiliki kebaikan maka tidak akan didzhalimi seorangpun hari ini’. Akhirnya dikeluarkanlah sebuah kartu yang di dalamnya bertuliskan
أشهدُ أن لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ ، وأشهدُ أنَّ محمَّدًا عبدُهُ ورسولُهُ
Kemudian dikatakan kepadanya
احضُر وزنَكَ
Datangkan timbanganmu
يقولُ يا ربِّ ، ما هذِهِ البطاقةُ مع هذِهِ السِّجلَّاتِ ؟
Maka dia mengatakan Ya Allah apa faedah dari satu kartu ini dibandingkan 99 sijillat, kemudian dikatakan kepadanya engkau tidak akan didzhalimi dan ditaruhlah 99 sijillat tadi di satu daun timbangan dan yang lain yaitu berupa kartu tadi di timbangan yang lain akhirnya menjadi beratlah bithaqah tadi dan
لا يثقلُ معَ اسمِ اللَّهِ شيءٌ
Tidak ada sesuatu yang berat bersama nama Allah subhanahu wata'ala, artinya kalau sudah ada nama Allah subhanahu wata'ala maka tidak ada yang bisa mendampingi yang demikian.
Ini menjadi dalil bahwasanya diantara yang akan ditimbang di hari kiamat adalah buku catatan.
Apakah di antara dalil-dalilnya ada pertentangan? Tidak. Kita katakan bahwasanya yang akan ditimbang di hari kiamat adalah 3 perkara tadi yaitu amalan kemudian catatan amal dan juga orang yang mengamalkan, dan semuanya kalau kita perhatikan kembali kepada amalan itu sendiri, orang yang beramal kalau amalannya baik maka akan berat demikian pula buku yang berkaitan dengan buku catatan orang yang beramal kalau amalan yang baik maka buku catatannya akan baik juga, jadi intinya di sini adalah kalau kita ingin berat timbangan di hari kiamat hendaklah kita memperbaiki amalan.
Kemudian beliau mengatakan
والإيمَانُ بِهِ
Kewajiban kita adalah beriman dengannya
والتَّصْدِيقُ [بِهِ]
Dan membenarkannya, karena Allah subhanahu wata'ala menyuruh kita untuk beriman dan ini adalah sifat orang yang beriman yaitu beriman dengan perkara-perkara yang ghaib
وَالإعْرَاضُ عَنْ مَنْ رَدَّ ذَلِكَ
dan berpaling dari orang yang membantah yang demikian, kalau ada di sana orang yang membantah adanya Mizan di hari kiamat maka kita berpaling, kita bukan orang yang ragu sehingga tidak perlu kita melayani orang-orang yang membantah adanya Mizan di hari kiamat
وَتَرْكُ مُجَادَلَتِهِ
dan kita juga meninggalkan berdebat dengan orang-orang tersebut.
Jadi kita imani Mizan sebagaimana datangnya tanpa kita melakukan perdebatan yang berkepanjangan dengan mereka, hendaklah kita berpaling dari orang yang mereka menolak adanya Mizan di hari kiamat.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]