Halaqah 12: Aliran Sesat yang Menyimpang di Dalam Masalah Takdir
Materi HSI pada halaqah ke-12 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy adalah tentang aliran sesat yang menyimpang di dalam masalah takdir.
Diantara aliran sesat yang menyimpang di dalam masalah takdir adalah aliran Al Majusiyah, yaitu aliran yang mengikuti jalan orang-orang Majusi.
Mereka adalah orang-orang yang beriman dengan syari’at, akan tetapi mendustakan takdir Allah.
Ada diantara mereka yang mengingkari ilmu Allah dan mengatakan bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu kecuali setelah terjadinya.
Dan ada diantara mereka yang mengingkari keumuman Masyiah Allah dan penciptaan-Nya. Mereka berkata,
“Allah yang mencipta manusia dan manusialah yang menciptakan amalannya sendiri.”
Dan mereka berkata,
“Bahwa amalan manusia adalah dengan kehendak manusia semata dan tidak ada hubungan sama sekali dengan kehendak Allah.”
Sehingga mereka dinamakan dengan Al-Majusiyah karena orang-orang Majusi meyakini bahwa pencipta ada dua:
⑴ Pencipta kebaikan
⑵ Pencipta keburukan
Dan diantara aliran yang sesat di dalam masalah takdir adalah aliran Al Musyrikiyah yaitu aliran yang mengikuti jalan orang-orang Musyrikin.
Mereka mengakui takdir Allah tetapi mengingkari syari’at Allah dan tidak mengikutinya.
Dinamakan Al Musyrikiyah karena orang-orang Musyrikin mengakui takdir Allah dan tidak mau mengikuti syari’at Allah yang intinya adalah Tauhid.
Allah berfirman tentang mereka,
سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ ۚ…
[Surat Al-An’am 148]
“Akan berkata (orang-orang Musyrikin) seandainya Allah menghendaki niscaya kita tidak akan berbuat syirik, demikian pula bapak-bapak kami, dan tentunya kami tidak akan mengharamkan sesuatu.”
Demikianlah ucapan orang-orang Musyrikin ketika mereka diajak oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk bertauhid, mereka menolak tauhid dan beralasan bahwa kesyirikan mereka adalah dengan takdir Allah.
Maka setiap orang yang berdalil dengan takdir dalam membolehkan kemaksiatan, pada hakikatnya dia telah mengikuti jalan orang-orang Musyrikin.
Adapun Ahlus Sunnah maka seperti yang sudah berlalu, mereka beriman dengan takdir dan beriman dengan syari’at.