Halaqah 22: Aliran yang Menyimpang di Dalam Masalah Hidayatut Taufiq dan Penyesatan
Materi HSI pada halaqah ke-22 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy adalah tentang aliran yang menyimpang di dalam masalah hidayatut taufiq dan penyesatan.
Telah menyimpang di dalam masalah ini dua aliran: Al Qodariyyah dan Al Jabriyyah.
Adapun Al Qodariyyah, maka mereka meyakini bahwa Allah bukanlah yang memberikan hidayah taufiq dan Allah bukanlah yang menyesatkan.
Dan mereka mengatakan bahwa makna Allah memberikan hidayah yang datang di dalam dalil seperti dalam firman Allah,
… وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ…
[QS Al-Qashash 56]
“Akan tetapi Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki.”
Adalah penamaan orang tersebut dengan orang yang mendapatkan hidayah.
Dan mereka mengatakan bahwa maksud Allah menyesatkan seperti yang datang di dalam firman Allah azza wajalla,
… ۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ… ۚ
[QS Al-Muddatstsir 31]
“Demikianlah Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki.”
Adalah penamaan orang tersebut dengan orang yang sesat.
Dan ini tentunya bertentangan dengan dalil-dalil yang telah berlalu yang menunjukkan bahwa Allah, Dia-lah yang memberikan hidayah taufiq dan Dialah yang menyesatkan.
Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan hidayah yang Allah berikan kepada seorang hamba sebagai sebuah karunia dan anugerah, sebagaimana firman Allah,
… ۖ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ..
[QS Al-Hujurat 17]
“Akan tetapi Allah memberikan anugerah kepada kalian dengan memberikan hidayah kepada keimanan.”
Seandainya maksud Allah memberikan hidayah adalah hanya penamaan pelakunya dengan orang yang mendapatkan hidayah maka ini tidak dinamakan dengan karunia dan anugerah karena seandainya ini adalah karunia atau anugerah, maka kita sebagai makhluk juga memberikan karunia dan anugerah sebab kita pun sebagai makhluk juga menamakan orang tersebut sebagai orang yang mendapatkan hidayah.
Adapun Al Jabriyyah maka mereka meyakini bahwa Allah memaksa mereka, tidak memberikan mereka kehendak, tidak memberikan mereka kemampuan, menghalangi mereka dari sebab-sebab mendapatkan petunjuk.
Dan ini juga bertentangan dengan dalil-dalil yang telah berlalu yang menunjukkan bahwa seorang hamba diberi kehendak dan kemampuan, diberi kesempatan memilih dan ditunjukkan kepadanya jalan yang lurus.