Halaqah 18: Penjelasan Pokok Kelima Kitab Ushulussittah (Bagian 1)
Materi HSI pada halaqah ke-18 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab kitab Ushulussittah adalah tentang penjelasan pokok kelima kitab Ushulussittah bagian 1. Beliau rahimahullah mengatakan:
اَلْأَصْلُ الْخَامِسُ :
بَيَانُ اللهِ سُبْحَانَهُ لِأَوْلِيَاءِ اللهِ وَتَفْرِيْقُهُ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْمُتَشَبِّهِيْنَ بِهِمْ مِنْ أَعْدَاءِ اللهِ وَالْمُنَافِقِيْنَ وَالْفُجَّارِ
• Pokok yang kelima :
Penjelasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang wali-wali Allah dan pembedaan Allah antara wali-wali Allah dengan orang-orang yang menyerupai mereka dari musuh-musuh Allah baik dari kalangan orang-orang munafiq maupun dari orang-orang fujjar.
Ini adalah perkara yang kelima yang sangat penting yang hendaknya diketahui oleh seorang muslim.
Yaitu tentang penjelasan Allah tentang siapa wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan apa perbedaan antara wali-wali Allah dengan wali-wali syaithan yang mereka menyerupai atau berusaha untuk serupa dengan wali-wali Allah baik dari kalangan orang-orang munafiq maupun orang-orang yang fajir.
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala didalam Al Qur’an demikian pula di dalam sunnah Nabi Nya telah menjelaskan sifat-sifat wali-wali Allah.
Yang barangsiapa bersifat atau memiliki sifat tersebut maka dia termasuk wali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun yang tidak memiliki sifat tersebut dan bertentangan dengan sifat tersebut maka dia bukan termasuk wali Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala didalam Al Qur’an dan telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam didalam hadits-hadits yang shahih, namun ternyata masih banyak dikalangan kaum muslimin yang samar baginya perkara ini sehingga tidak bisa membedakan antara wali Allah dengan wali syaithan.
Terkadang wali Allah mereka anggap sebagai wali syaithan dan sebaliknya wali syaithan di anggap sebagai wali Allah.
Sebagian berkeyakinan bahwasanya wali Allah harus memiliki kemampuan yang luar biasanya, memiliki kesaktian, memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia yang lain, bisa menghilang bisa terbang bisa berjalan diatas air bisa bergerak dengan cepat dari satu tempat ketempat yang lain, kebal dari senjata tajam dan sebagian meyakini bahwasanya wali Allah mereka harus berasal dari keturunan tertentu dan sebagian meyakini bahwasanya yang dinamakan dengan wali Allah harus memiliki pakaian tertentu, yang berbeda pakaian tersebut dari yang lain.
Dan sebagian mempercayai bahwasanya yang dinamakan dengan wali adalah orang yang tidak berkewajiban untuk melakukan syar’iat, tidak perlu shalat, tidak perlu puasa, tidak perlu berhaji dan sebagian meyakini bahwasanya seorang wali berarti dia boleh untuk melakukan segala perkara yang dilarang.
Boleh berzina, boleh minum khamr, boleh berdusta ini adalah keyakinan sebagian saudara kita yang dinamakan dengan wali adalah demikian atau berkeyakinan bahwasanya seorang wali adalah seseorang yang kuburannya dibangun diatasnya bangunan, dibuat kubah yang besar dibuat rumah dikunjungi oleh orang banyak maka ini dinamakan dengan wali diantara wali-wali Allah.
Demikianlah kenyataannya ukuran manusia didalam menilai wali, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala didalam Al Qur’an, demikian pula Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam telah menyebutkan sifat-sifat wali Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itu disini pengarang menyebutkan beberapa ayat Al Qur’an yang berisi tentang sifat-sifat wali Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Beliau mengatakan:
وَيَكْفِيْ فِيْ هَذَا آيَةٌ فِيْ آلِ عُمْرَانَ وَهِيَ قَوْلُهُ: {قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّهُ …}
Dan cukup didalam masalah ini, sebuah ayat didalam surat Ali Imran yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya:
“Katakanlah jika kalian benar-benar menyintai Allah maka hendaklah kalian mengikuti aku niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyintai kalian”(QS Ali Imran: 31)
Tanda bahwasanya seseorang menyintai Allah adalah menyintai Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan mengikuti beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Orang yang menyintai Allah, maka dia akan mengucapkan, akan mengamalkan apa yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau kita mengaku menyintai Allah, maka kita tidak akan melakukan perbuatan, tidak akan mengucapkan ucapan yang akan membuat marah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena kita mengaku menyintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita sebagai seorang makhluk apabila menyintai makhluk yang lain tentunya kita tidak ingin keluar dari diri kita ucapan atau perbuatan yang akan membuat marah makhluk tersebut.
Demikian pula seorang muslim yang mengaku menyintai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia ingin mengucapkan segala ucapan yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala supaya Allah ridha dengannya dan dia ingin mengamalkan segala amalan yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga dia mendapatkan kecintaaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Darimana kita tahu bahwasanya ucapan dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bahwasanya perbuatan dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?
Tidak ada jalan untuk mengetahui bahwasanya ucapan atau perbuatan dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali dengan melihat bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Kalau kita ingin mencari ucapan yang dicintai oleh Allah, akhlaq yang dicintai Allah, ibadah yang dicintai oleh Allah maka kita melihat bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam berucap, beramal dan beribadah.
Maka kita akan dapatkan disana sebagai ucapan yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala berbagai ibadah dan amalan yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Mengikuti syar’iatku yang isinya tentang ‘aqidah, tentang akhlaq, tentang ibadah, janganlah menyelisihi aku karena yang dibawa oleh beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam semuanya dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mendapatkan kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala caranya adalah dengan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ
“Dan Allah akan mengampuni dosa kalian
Ini adalah balasan, ganjaran dan juga pahala bagi orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Ini adalah salah satu diantara ciri-ciri wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwasanya dia mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam didalam aqidahnya didalam tauhidnya, didalam dakwahnya, didalam ibadahnya, didalam akhlaqnya, didalam muamalahnya.
Adapun orang yang tidak mengikuti sunnah beliau, beramal dengan amalan yang diada-adakan, mengajak kepada kesyirikan, beribadah dengan ibadah yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam maka yang demikian tidak dinamakan dengan wali Allah.