Halaqah 54: Landasan Ketiga Ma’rifatul Nabiyyikum Muhammadin – Kerasulan Nabi Muhammad
Materi HSI pada halaqah ke-54 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah adalah tentang landasan ketiga ma'rifatul nabiyyikum Muhammadin: kerasulan nabi Muhammad.
Beliau mengatakan
وأرسل بالمدثر
dan beliau menjadi seorang Rosul, أرسل maksudnya adalah resmi menjadi seorang Rasul dengan المدثر yaitu turunnya ayat yang pertama sampai ayat yang ketujuh dari surat Al Mudatsir. Dengannya beliau resmi menjadi seorang Rasul setelah sebelumnya ketika turun ٱقۡرَأۡ beliau menjadi seorang Nabi, turun dari gunung pergi ke rumah dalam keadaan statusnya masih menjadi seorang Nabi yaitu orang yang diwahyukan orang yang dikabarkan.
Adapun Rosul, baru beliau resmi menjadi seorang Rosul ketika diturunkan
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ ١ قُمۡ فَأَنذِرۡ ٢
sampai ayat yang ke-7. Dinamakan Rosul karena ia diutus kepada kaum yang menyelisihi. Kepada kaum yang menyelisihi Rosul tersebut di dalam masalah tauhid. Adapun Rasul maka diutus kepada kaum yang menyelisihi didalam tauhid, sehingga Nabi Adam ‘Alaihissalam Nabi karena beliau diutus kepada kaum yang mereka Muwahhidin. Adapun Nuh ‘Alaihissalam maka ketika beliau diutus kepada orang-orang yang menyelisihi di dalam masalah tauhid sehingga beliau adalah Rasul. Nabi yang pertama adalah Nabi Adam, Rasul yang pertama adalah Nuh ‘Alaihissalam karena beliau diutus kepada kaum yang menyelisihi di dalam masalah tauhid. Kaumnya itulah yang pertama kali menyimpang dari Tauhid, terjerumus dalam kesyirikan. Ini adalah pendapat yang lebih dekat tentang perbedaan antara Nabi dan juga Rasul.
Adapun yang mengatakan dan ini banyak di kalangan para ulama Ahlussunnah bahwasanya Nabi diwahyukan tetapi tidak diperintahkan untuk menyampaikan, adapun Rasul maka dia diwahyukan dan diperintahkan untuk menyampaikan maka ini adalah meskipun dia adalah pendapat jumhur banyak diantara ulama yang berpendapat demikian, tapi pendapat yang lebih kuat wallahu ta’ala a’lam bahwasanya baik Nabi maupun Rosul ini dua duanya diutus dan diperintahkan untuk berdakwah. Dalil yang menunjukkan bahwasanya Nabi juga diutus dan diperintahkan untuk berdakwah yaitu firman Allah Azza wa Jalla
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٖ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّآ إِذَا تَمَنَّىٰٓ أَلۡقَى ٱلشَّيۡطَٰنُ فِيٓ أُمۡنِيَّتِهِۦ فَيَنسَخُ ٱللَّهُ مَا يُلۡقِي ٱلشَّيۡطَٰنُ ثُمَّ يُحۡكِمُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٞ ٥٢ الحج:52
Dan tidaklah kami mengutus sebelummu seorang Rasul dan tidak pula Nabi.
Menunjukkan bahwasanya baik Rosul maupun Nabi dua duanya adalah diutus oleh Allah diutus kepada manusia. Kalau diutus kepada manusia keduanya Mursal
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٖ وَلَا نَبِيٍّ
berarti kedua-duanya Mursal kedua-duanya diutus dan yang namanya utusan tentunya dia akan menyampaikan bukan hanya sekedar datang kemudian kembali tetapi dia akan datang kemudian dia akan menyampaikan. Ketika dia menyampaikan itulah, dakwah kedua-duanya diperintahkan untuk tabligh untuk menyampaikan.
Menunjukkan bahwasanya pertama ayat ini menunjukkan perbedaan antara Rasul dan Nabi, kemudian menunjukkan bahwasanya Rosul dan Nabi kedua-duanya diperintahkan untuk menyampaikan.
Didalam sebuah hadits beliau shallallahu 'alaihi wasallam pernah dinampakkan ketika Mi’raj umat-umat dan juga para Nabinya
Dinampakkan kepadaku ummat beserta Nabinya yaitu ketika Mi’raj, aku melihat seorang Nabi dan bersamanya beberapa orang dan mereka ini adalah umatnya. Dan aku melihat seorang Nabi bersamanya seorang laki-laki dan dua orang. Jadi ada seorang Nabi yang hanya memiliki satu pengikut dan ada seorang Nabi yang memiliki dua pengikut. Dan ada seorang Nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali.
Beliau mengatakan Annabiya dan ternyata disana ada pengikutnya meskipun hanya satu atau dua atau beberapa orang, ini menunjukkan bahwasanya Nabi tersebut mereka berdakwah mereka menyampaikan. Buktinya ada pengikutnya meskipun satu atau dua tapi yang jelas mereka menyampaikan, maka ini juga dalil bahwasanya para Nabi mereka juga diperintahkan untuk tabligh menyampaikan wahyu.
Diantara yang menguatkan bahwasanya Nabi diutus untuk kaum yang sama di dalam masalah tauhid, ketika Allah ta'ala menyebutkan tentang Bani Israil atau Anbiya Bani Israil
إِنَّآ أَنزَلۡنَا ٱلتَّوۡرَىٰةَ فِيهَا هُدٗى وَنُورٞۚ يَحۡكُمُ بِهَا ٱلنَّبِيُّونَ ٱلَّذِينَ أَسۡلَمُواْ لِلَّذِينَ هَادُواْ
[Al Ma”idah:44]
Sesungguhnya kami telah menurunkan Taurat didalamnya ada petunjuk dan cahaya, para Nabi berhukum dengan Taurat tersebut yaitu para nabi yang mereka أَسۡلَمُواْ menyerahkan diri yang beragama islam mereka berhukum dengan Taurat لِلَّذِينَ هَادُواْ untuk orang orang yahudi.
Mereka berhukum dengan Taurat, Taurat diturunkan kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam, Anbiya’u Bani Israil mereka berhukum dengan taurat tersebut untuk orang-orang Yahudi. Dari sisi tauhid mereka sama dengan para Nabi tersebut akan tetapi mereka memiliki penyimpangan-penyimpangan yang lain. Dari aslu tauhid ada tapi mereka memiliki penyimpangan-penyimpangan yang lain.
Kalau kita lihat di dalam Al-Mudatsir disitu mulai ada perintah untuk berdakwah kepada kaum yang menyelisihi didalam masalah tauhid
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ ١ قُمۡ فَأَنذِرۡ
Tegaklah, ingatkanlah mereka dari kesyirikan, dakwahkanlah kepada Tauhid, di dalamnya ada dakwah kepada tauhid di dalamnya ada mendakwahi orang-orang yang menyelisihi Nabi tersebut didalam masalah tauhid. Di utus kepada kaum yang menyelisihi didalam masalah Tauhid karena didalam kalimat
قُمۡ فَأَنذِرۡ
dan juga didalam
وَرَبَّكَ فَكَبِّرۡ ٣ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرۡ ٤
semuanya adalah dakwah kepada Tauhid, karena diutus kepada kaum yang menyelisihi di dalam masalah Tauhid maka resmilah beliau menjadi seorang Rasul, sehingga ketika beliau mengatakan
وأرسل بالمدثر
beliau resmi menjadi seorang Rasul ketika diturunkan kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam surat Al-Mudatsir ayat yang pertama sampai ayat yang ketujuh.