Halaqah 06: Muqoddimah #06 Penjelasan Umum Tentang Kitab Aqidah Wasithiyyah (Bagian 2)
Halaqah yang ke-6 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Para ulama dan juga para penuntut ilmu agama mereka memperhatikan kitab ini, memiliki perhatian yang besar terhadap kitab Al aqidah Al Wasithiyyah ini baik dengan menghafalnya ataupun mengajarkannya atau mempelajarinya sehingga banyak diantara ulama yang mensyarah yaitu menjelaskan tentang kitab ini, yang akan kita sebutkan bahwasanya disana ada sebagian ulama yang ringkas didalam mensyarahnya, ada yang diantara mereka yang panjang didalam syarahnya berbeda-beda. Ada diantara mereka yang mensyarah kitab Al aqidah Wasithiyyah dengan ucapan syaikhul Islam juga, mu’alifnya yaitu di dalam kitab-kitab yang lain.
Saya sebutkan disini beberapa syarah yang mungkin bisa kita ambil faedahnya yang telah ditulis oleh para ulama kita diantaranya adalah Syarah Al aqidah Wasithiyyah yang ditulis oleh Haras, beliau adalah Muhammad Khalil Haras, kelebihannya adalah syarah beliau ringkas dan jelas, tidak bertele-tele namun ketika kita melihat, beliau meringkas dan bagus tapi ketika di akhir-akhir sangat ringkas sehingga sebagian dari ucapan syaikhul Islam ini bahkan di lewati artinya mungkin beliau memandang itu adalah perkara yang sangat jelas sehingga tidak perlu di syarah secara panjang lebar. Wallahu ta’ala a’lam.
Kemudian di antara Syarah aqidah Wasithiyyah adalah Tanbihat Al Lathifah fī ma ihtawat ‘alaihi al wasithiyah minal mabahit al manīfah, ini ditulis oleh Syaikh As sa’di. kemudian juga Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin beliau juga punya syarah Al Aqidah Wasithiya dan kita mengetahui bagaimana kedudukan Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin, bagaimana penjelasan beliau yang sangat mudah dipahami, tidak menggunakan kata-kata yang sulit, dan banyak faedah-faedah yang bisa kita ambil selain dari pembahasan utama yang disebutkan oleh mu’allif. Disana ada yang menjadikan soal dan jawab, pertanyaan dan juga jawaban tentang hal yang berkaitan dengan Al aqidah Al Wasithiyyah. Syaikh shalih Al Fauzan juga memiliki syarah terhadap aqidah Wasithiyyah, kemudian di sana ada Ar-Raudah An-Nadiyah yang ditulis oleh Zaid bin Abdil Aziz bin Fayyadh dan dia adalah syarah yang luas.
Kesimpulannya disini banyak yang telah mensyarah kitab Al aqidah Al Wasithiyyah ini, ada yang sedang ada yang ringkas ada yang panjang lebar, maka seorang thalabul ‘ilm mengambil faedah dari apa yang dijelaskan oleh para ulama dan saya mendorong bagi yang memiliki kemampuan untuk bisa menghafal, antum yang hafal Quran itu lebih mudah InsyaAllāh, kan syaikhul Islam banyak menyebutkan ayat, maka ini kesempatan bagi antum di waktu yang pas sebisa mungkin antum menghafal apa yang disebutkan oleh beliau, dan kalau kita punya keinginan ada waktu luang dan kalau bisa di sana ada tempat orang yang kita setorkan hafalan kita mungkin dengan teman-teman maka ini lebih baik, jangan kita sia-siakan waktu yang sangat panjang dan sangat luas ini dalam perkara yang sia-sia, untuk murojaah untuk menghafal untuk berbagai perkara yang bermanfaat insya Allāh.
Untuk perkara-perkara yang disebutkan dalam kitab ini, disebutkan oleh syaikhul Islam didalam aqidah wasithiya di antara yang beliau sebutkan pertama adalah tentang masalah nama dan juga sifat Allāh ﷻ, kemudian beliau menyebutkan aqidah ahlussunnah wal jamaah tentang masalah Iman, kemudian beliau menyebutkan tentang masalah nama yang muslim, kafir, iman, Islam wal ahkam dan hukum-hukum mereka ini semua berkaitan dengan aqidah ahlussunnah yang membedakan antara mereka dengan ahlul bid’ah, beliau juga menyebutkan tentang masalah takdir, beliau juga menyebutkan tentang masalah hari akhir dan beberapa perinciannya seperti misalnya hisab kemudian syafaat kemudian timbangan, surga dan juga neraka beliau sebutkan. Masalah nama dan juga sifat tadi berkaitan dengan beriman kepada Allāh ﷻ, kemudian beliau juga menyebutkan iman dengan takdir iman dengan hari akhir.
Beliau juga menyebutkan tentang masalah karomāt karena disana ada ahlul bid’ah yang berbeda dengan ahlul sunnah didalam masalah karomah, ada yang berlebihan, ada yang menyia-nyiakan, ada yang mengingkari, ada yang meyakini sesuatu yang bukan karomah, diyakini itu sebagai sesuatu karomah, tidak bisa membedakan antara karomat dengan apa yang dinamakan dengan sihir. Kemudian juga beliau menyebutkan tentang sikap ahlul sunnah terhadap pemerintah, ini juga ada ahlul bid’ah yang menyimpang didalam masalah ini, kemudian juga sikap ahlussunnah terhadap para sahabah, sikap ahlussunnah di dalam masalah mashadil talaqqi, yaitu darimana mereka mengambil ilmu ini, mengambil agama ini.
Bahkan beliau juga menyebutkan tentang bagaimana akhlak ahlussunnah, bagaimana suluq mereka dan bagaimana mereka beramar ma’ruf nahi mungkar, dan sikap ahlus sunah dalam berjihad dalam menegakkan syiar-syiar Allāh ﷻ. Kemudian beliau mengakhiri kitabnya dengan menyebutkan berbagai tingkatan ahlussunnah wal jamaah, bahwasanya ternyata mereka ini bukan hanya satu golongan, mereka ada yang ada yang fuqahah ada yang muhadditsun dan mereka semuanya ahlul sunnah, ada yang ahlu tafsir ada yang bermacam-macam jadi mereka semuanya adalah ahlul sunnah yang mengumpulkan mereka adalah keinginan untuk mengikuti sunnah Nabi ﷺ.
Kemudian tentang masalah sebab ditulisnya kitab ini, bahwasanya kitab ini sebabnya adalah sebagian qadhi yang ada di daerah yang dinamakan dengan Wāsith (sebuah daerah di Irak saat itu). Ada seorang qadhi yang beliau ini diceritakan syaikhul Islam datang kepadanya kemudian menceritakan tentang kebodohan yang ada di negara beliau, karena beliau sebagai seorang qadhi melihat bagaimana kerusakan manusia di daerah beliau, banyaknya kebodohan, banyaknya kedzholiman, banyak perkara-perkara agama yang ditinggalkan oleh manusia, maka qadhi ini dengan tawadhonya meminta kepada syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tolong dituliskan sebuah kitab tentang masalah aqidah.
Apa yang menjadi jawaban beliau, beliau mengatakan banyak ulama yang sudah menulis tentang kitab-kitab aqidah, kenapa harus saya. Ini menunjukkan tentang tawadhu’nya syaikhul Islam. Maka qadhi ini pun dia meminta dengan sangat mengulang-ulang permintaan, dan ini menunjukkan seseorang kalau memang memandang itu ada banyak kebaikan ya kita sungguh-sungguh ketika meminta kepada orang lain, artinya di sini meminta kepada gurunya karena dia tahu kedudukan syaikhul Islam dan bagaimana tulisan beliau maka beliau berusaha bukan hanya meminta sekali, ketika tahu itu ditolak kemudian dia mundur ke belakang, tidak, dia punya hirs.
Kemudian qadhi ini yang berasal dari Wāsith mengatakan aku tidak senang kecuali sebuah aqidah yang kamu tulis, meskipun mungkin sama apa yang disebutkan oleh syaikhul Islam dengan yang disebutkan oleh ulama ahlussunnah wal jamaah karena beliau juga mengambil dari ulama ahlus sunnah sebelum beliau, tapi dia ingin tulisan syaikhul Islam. Ini mungkin bisa diambil faedah terkadang tidak ada salahnya seorang ustadz dia mengarang tentang sebuah kitab yang mungkin sama dengan yang dikarang oleh ustadz yang lain atau da’i yang lain, jangan kita mengatakan itu kan ustadz beliau sudah menulis.
Kenapa demikian, karena yang ada di bawah kita mereka ini banyak, ada diantara mereka yang Allāh ﷻ jadikan lebih senang untuk mendengarkan ceramah ustadz fulan karena menurut dia lebih bisa menangkap misalnya, tapi yang lain ternyata pendapatnya berbeda. Dia lebih bisa menangkap kalau yang menyampaikan adalah ustadz fulan. Jadi yang sini memiliki perhatian terhadap kitab-kitab si fulan, yang lainnya memiliki perhatian terhadap kitab-kitab ustadz yang lain sehingga tidak ada salahnya masing-masing menulis kitab. Dan demikian yang dilakukan oleh para salaf, ini menulis tentang aqidah ahlussunnah, ini aqidah ashabul hadits dan sampai sekarang kitab-kitab tersebut dipelajari dan saling melengkapi satu dengan yang lain.
Disini syaikhul Islam akhirnya beliau menulis kitab ini dan beliau tulis ini waktunya setelah shalat ashar, kitab aqidah Wasithiyyah ini dari awal sampai akhir ini beliau tulis setelah shalat ashar dan ini menunjukkan tentang bagaimana berkahnya ilmu beliau dan bagaimana ilmu itu sudah melekat pada diri beliau sehingga ketika diminta untuk menulis aqidah ahlussunnah langsung beliau tulis dalam waktu yang sangat singkat dan ternyata kitab tadi adalah kitab yang mutqan, sangat teliti dan disebutkan dalil-dalilnya dan dengan istidlal yang kuat dan diteliti oleh kawan maupun lawan dan mereka tidak menemukan disana sesuatu yang bertentangan dengan manhaj salaf, ini semua menunjukkan tentang keutamaan beliau.
Dan ini adalah sejarah dari ditulisnya kitab ini dan sampai sekarang kitab ini terus dipelajari oleh para thulabul ‘ilm dan mereka mengambil faedah dari kitab yang berharga ini dan antum bisa lebih mengetahui tentang kedudukan kitab ini kalau antum mempelajari kitab aqidah yang lain.