Halaqah 175: Aqidah Ahlu Sunah terhadap Atsar Rasulullah dan Para Salaf (Bagian 3)
Halaqah yang ke-175 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Bagaimana aqidah ahlussunnah terhadap atsar-atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan juga para Salaf. Beliau mengatakan rahimahullah
Cara mereka dalam beragama adalah dengan mengikuti jalan orang-orang yang mendahului kita yang terdahulu dari kalangan kaum Muhajirin dan Anshar, ini juga Jalan Ahlussunnah Wal Jama’ah, yang membedakan antara mereka dengan kelompok-kelompok sesat yaitu mengikuti jalan kaum Muhajirin dan Anshor, jalan mereka sama dengan jalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam cara mereka beragama adalah dengan mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak ada yang lain, sehingga mengikuti jalan mereka sama dengan kita mengikuti jalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, jalan mereka yaitu jalannya orang-orang Muhajirin dan Anshar adalah mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Jadi di sini bukan berarti beda antara jalannya Muhajirin dan Anshar dengan jalannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahkan jalannya kaum Muhajirin dan Anshor adalah mengikuti sunnah, dalil bahwasanya jalan Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah mengikuti jalannya orang-orang Muhajirin dan Anshar yaitu Allah subhanahu wata'ala mengatakan
Dan orang-orang yang assabiqun (orang-orang yang mendahului), mendahului dalam kebaikan mereka yang pertama kali beriman mereka yang pertama kali melakukan shalat lima waktu mereka yang melakukan pertama kali shalat-shalat sunnah puasa yang wajib puasa yang sunnah, yang pertama kali mengamalkan para sahabat Muhajirin dan Anshar mereka adalah assabiqun
orang-orang yang pertama, maksudnya adalah pertama dari sisi yang pertama dari umat ini, mereka adalah orang-orang yang pertama di antara umat Islam dan merekalah yang mendahului kita dalam kebaikan karena tidak semua orang yang pertama kemudian dia mendahului dalam kebaikan, ada orang-orang yang dia harusnya dari sisi waktu dia orang yang pertama tapi dia bermalas-malasan ada sebagian orang yang demikian, tapi para sahabat kaum Muhajirin dan juga Anshar mereka adalah orang-orang yang pertama sekaligus mereka adalah orang-orang yang mendahului kita dalam kebaikan, assabiqun mendahului kita dalam kebaikan dan mereka adalah al-awwalun orang-orang yang pertama diantara umat islam
dari kalangan Muhajirin dan juga Anshar, Al-Muhajirin mereka adalah orang-orang yang berhijrah ke Kota Madinah diantaranya adalah Abu Bakar Umar Utsman Ali dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah termasuk Muhajir, mereka adalah orang-orang yang berhijrah ke Kota Madinah
dan juga orang-orang Anshor, yang dimaksud dengan Anshor adalah yang menolong dan mereka adalah penduduk kota Madinah baik dari qabilah Aus maupun khazraj yang mereka adalah orang-orang yang telah masuk ke dalam agama Islam maka mereka dinamakan dengan Anshor karena mereka memberikan pertolongan kepada orang-orang Muhajirin dengan harta mereka dengan jiwa mereka dan mereka melakukan itu semua dengan ikhlas mencintai orang-orang yang hijrah kepada mereka.
Bahkan disebutkan ada di antara mereka yang memiliki dua istri dan menawarkan kepada Muhajirin karena mereka datang ke Madinah dalam keadaan tidak membawa sesuatu apapun, menawarkan untuk mentalak istrinya kemudian dia nikahi istrinya tersebut, demikian sampai kecintaan para Anshar terhadap Muhajirin. Kemudian Allah subhanahu wata'ala mengatakan setelahnya
Dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, di sini syahidnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, yang dimaksud dengan هم disini kembali kepada
dan orang-orang yang mengikuti mereka (kaum Muhajirin dan Anshar)
Allah subhanahu wata'ala ridha kepada mereka dan merekapun ridha Allah subhanahu wata'ala, هم disini kembali kepada tiga golongan yang disebutkan sebelumnya yaitu Al-Muhajirin wal Anshar kemudian yang ketiga adalah yang mengikuti mereka dengan baik, dan mereka adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Jadi jalan mereka adalah mengikuti jalan para Muhajirin dan Anshar, apa yang dilakukan oleh kaum Muhajirin dan Anshar mereka ikuti, yang tidak dilakukan oleh mereka maka mereka tidak mengikuti jalan tersebut, mereka adalah orang-orang yang mengikuti jalannya kaum Muhajirin dan Anshar sehingga dalam beragama mereka berpegang dengan Al-Qur’an dan Hadits tapi mereka tidak lupa untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits dengan pemahaman kaum Muhajirin dan Anshar karena ini adalah ittiba’.
Mereka yang terlebih dahulu mengamalkan Al-Qur’an dan mengamalkan hadits dan bersama mereka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan mereka yang telah dipuji oleh Allah subhanahu wata'ala dan juga Rasul-Nya sehingga Ahlussunnah Wal Jama’ah mereka mengikuti kaum Muhajirin dan Anshar di dalam memahami Al-Qur’an dan Hadits, bukan hanya sekedar datang ayat kemudian dia memahami sendiri tidak kembali kepada pemahaman para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum, datang hadits kemudian dia amalkan sendiri dan tidak kembali kepada pemahaman para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum, itu bukan jalannya Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Tetap mereka melihat bagaimana dahulu para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum beramal, terkadang diceritakan oleh sahabat itu sendiri terkadang diceritakan oleh murid-murid mereka para tabi’in, mereka menceritakan bagaimana dahulu para sahabat radhiyallahu ta’ala anhum beramal, Ahlussunnah Wal Jama’ah mereka mengikuti para sahabat dan ini sekali lagi yang membedakan antara mereka dengan kelompok-kelompok sesat, karena kelompok-kelompok sesat mereka tersesat dan mereka menyimpang dari jalan yang lurus diantara sebab utamanya adalah tidak kembali kepada pemahaman para sahabat di dalam memahami Al-Qur’an dan juga Hadits.
Antum tanya mereka tentang dalil dari bid’ah yang mereka lakukan, mungkin saja mereka mendatangkan untuk antum satu atau lebih ayat mendatangkan lima hadits tapi sayang mereka tidak memahami ayat dan juga hadits tersebut dengan pemahaman para sahabat radhiyallahu ta’ala anhum. Orang khawarij yang mereka dengungkan adalah Firman Allah subhanahu wata'ala
Tidaklah hukum kecuali hanya untuk Allah subhanahu wata'ala, maksud mereka adalah ingin menguatkan keyakinan mereka orang yang tidak berhukum dengan selain hukum Allah subhanahu wata'ala maka dia telah keluar dari agama Islam, hukum adalah untuk Allah subhanahu wata'ala kemudian akhirnya mereka mengatakan si fulan berhukum dengan hukum manusia maka dia telah keluar dari agama islam berarti si fulan yang dia adalah termasuk sahabat dia termasuk orang yang keluar dari agama Islam, dari mana pemahaman seperti itu.
Kemudian juga orang-orang yang mengkafirkan pelaku dosa besar mendatangkan hadits
atau mendatangkan Firman Allah subhanahu wata'ala
kekal di dalamnya, mereka berdalil dengan Al-Qur’an, bahkan orang yang tidak shalat sekalipun bisa berdalil dengan Al-Qur’an, seperti Firman Allah subhanahu wata'ala
Dan sembahlah Allah subhanahu wata'ala sampai datang kepadamu keyakinan, kalau sudah yakin maka tidak usah menyembah karena batas menyembah kepada Allah subhanahu wata'ala adalah sampai datang keyakinan kalau sudah yakin maka tidak perlu seseorang menyembah, berdalil dengan Al-Qur’an, bahkan orang-orang Nasrani kalau kita biarkan dengan cara seperti ini mereka juga bisa berdalil dengan Al-Qur’an misalnya Allah subhanahu wata'ala banyak di dalam Al-Qur’an mengatakan Inna
Dan Inna artinya adalah kami (sesungguhnya kami) dan kami artinya adalah lebih dari satu berarti Tuhan lebih dari satu, orang-orang Nasrani juga bisa berdalil dengan Al-Qur’an dengan keumuman-keumuman seperti itu, atau misalnya Firman Allah subhanahu wata'ala ketika Allah subhanahu wata'ala mewahyukan kepada Maryam dan mengabarkan tentang sifat putra yang dikandung oleh Maryam
Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala memberikan kabar gembira kepadamu dengan sebuah kalimat dari Allah subhanahu wata'ala, mungkin mereka memahami kalimat dari-Nya berarti Isa itu adalah dari Allah subhanahu wata'ala, dia adalah orang yang didekatkan, kemudian dia mengatakan ini menunjukkan bahwasanya Isa lebih afdhal daripada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kenapa kita tidak mengikuti Yesus, ini disampaikan oleh mereka dalam debat-debat antara mereka dengan orang Islam, Allah subhanahu wata'ala mengatakan demikian ini dalam Quran demikian.
Kalau kita lihat intinya adalah tidak kembali kepada pemahaman Muhajirin dan Anshar sehingga mereka sesat ini yang membedakan antara Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan aliran-aliran yang sesat, kita kembali kepada para sahabat, banyak di sana orang yang tidak mengikuti para sahabat, semakin seseorang jauh dari mengikuti para sahabat semakin jauh dan semakin sesat, bahkan di sana ada orang-orang yang mereka mencela para sahabat atau mengkafirkan para sahabat, orang-orang rafidhah yang mereka mengkafirkan Abu Bakar dan juga Umar dan sebagian besar sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Semakin seseorang membenci para sahabat dan mengkafirkan mereka maka semakin jauh dari jalan yang lurus tapi semakin seseorang mendekat dan semakin dia cinta kepada para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum maka dia semakin berada di atas jalan yang lurus, dan mereka bertingkat-tingkat, sampai aliran-aliran tersebut juga bertingkat-tingkat satu dengan yang lain, ada di antara mereka yang sangat jauh dan ada di antara mereka yang lebih dekat dari itu dan lebih dekat dari itu,
Termasuk tadi yang mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, disebutkan oleh Syaikhul Islam sebagai cara Ahlussunnah Wal Jama’ah karena disana ada orang yang jauh dari sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena mencela para sahabat dan menganggap bahwasanya apa yang dibawa oleh para sahabat berupa hadis-hadits ini semuanya palsu dan tidak benar.
Atau ada di antara mereka yang masalah hadits ahad kalau di dalam masalah aqidah tidak boleh kita amalkan misalnya, atau hadis-hadits yang menurut mereka tidak masuk akal maka mereka tolak hadits yang berkaitan dengan syafa’at dan seterusnya mereka tolak, ini bukan caranya Ahlussunnah Wal Jama’ah mereka adalah orang-orang yang mengikuti sunnah dan mereka mengikuti jalannya kaum Muhajirin dan juga Anshar.
Bagaimana aqidah ahlussunnah terhadap atsar-atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan juga para Salaf. Beliau mengatakan rahimahullah
وَاتِّبَاعُ سَبِيلِ السَّابِقِينَ الأَوَّلِينَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنْصَارِ
Cara mereka dalam beragama adalah dengan mengikuti jalan orang-orang yang mendahului kita yang terdahulu dari kalangan kaum Muhajirin dan Anshar, ini juga Jalan Ahlussunnah Wal Jama’ah, yang membedakan antara mereka dengan kelompok-kelompok sesat yaitu mengikuti jalan kaum Muhajirin dan Anshor, jalan mereka sama dengan jalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam cara mereka beragama adalah dengan mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak ada yang lain, sehingga mengikuti jalan mereka sama dengan kita mengikuti jalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, jalan mereka yaitu jalannya orang-orang Muhajirin dan Anshar adalah mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Jadi di sini bukan berarti beda antara jalannya Muhajirin dan Anshar dengan jalannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahkan jalannya kaum Muhajirin dan Anshor adalah mengikuti sunnah, dalil bahwasanya jalan Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah mengikuti jalannya orang-orang Muhajirin dan Anshar yaitu Allah subhanahu wata'ala mengatakan
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ
Dan orang-orang yang assabiqun (orang-orang yang mendahului), mendahului dalam kebaikan mereka yang pertama kali beriman mereka yang pertama kali melakukan shalat lima waktu mereka yang melakukan pertama kali shalat-shalat sunnah puasa yang wajib puasa yang sunnah, yang pertama kali mengamalkan para sahabat Muhajirin dan Anshar mereka adalah assabiqun
ٱلۡأَوَّلُونَ
orang-orang yang pertama, maksudnya adalah pertama dari sisi yang pertama dari umat ini, mereka adalah orang-orang yang pertama di antara umat Islam dan merekalah yang mendahului kita dalam kebaikan karena tidak semua orang yang pertama kemudian dia mendahului dalam kebaikan, ada orang-orang yang dia harusnya dari sisi waktu dia orang yang pertama tapi dia bermalas-malasan ada sebagian orang yang demikian, tapi para sahabat kaum Muhajirin dan juga Anshar mereka adalah orang-orang yang pertama sekaligus mereka adalah orang-orang yang mendahului kita dalam kebaikan, assabiqun mendahului kita dalam kebaikan dan mereka adalah al-awwalun orang-orang yang pertama diantara umat islam
مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ
dari kalangan Muhajirin dan juga Anshar, Al-Muhajirin mereka adalah orang-orang yang berhijrah ke Kota Madinah diantaranya adalah Abu Bakar Umar Utsman Ali dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah termasuk Muhajir, mereka adalah orang-orang yang berhijrah ke Kota Madinah
وَٱلۡأَنصَارِ
dan juga orang-orang Anshor, yang dimaksud dengan Anshor adalah yang menolong dan mereka adalah penduduk kota Madinah baik dari qabilah Aus maupun khazraj yang mereka adalah orang-orang yang telah masuk ke dalam agama Islam maka mereka dinamakan dengan Anshor karena mereka memberikan pertolongan kepada orang-orang Muhajirin dengan harta mereka dengan jiwa mereka dan mereka melakukan itu semua dengan ikhlas mencintai orang-orang yang hijrah kepada mereka.
Bahkan disebutkan ada di antara mereka yang memiliki dua istri dan menawarkan kepada Muhajirin karena mereka datang ke Madinah dalam keadaan tidak membawa sesuatu apapun, menawarkan untuk mentalak istrinya kemudian dia nikahi istrinya tersebut, demikian sampai kecintaan para Anshar terhadap Muhajirin. Kemudian Allah subhanahu wata'ala mengatakan setelahnya
وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ
Dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, di sini syahidnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, yang dimaksud dengan هم disini kembali kepada
ٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ
dan orang-orang yang mengikuti mereka (kaum Muhajirin dan Anshar)
رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ
Allah subhanahu wata'ala ridha kepada mereka dan merekapun ridha Allah subhanahu wata'ala, هم disini kembali kepada tiga golongan yang disebutkan sebelumnya yaitu Al-Muhajirin wal Anshar kemudian yang ketiga adalah yang mengikuti mereka dengan baik, dan mereka adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Jadi jalan mereka adalah mengikuti jalan para Muhajirin dan Anshar, apa yang dilakukan oleh kaum Muhajirin dan Anshar mereka ikuti, yang tidak dilakukan oleh mereka maka mereka tidak mengikuti jalan tersebut, mereka adalah orang-orang yang mengikuti jalannya kaum Muhajirin dan Anshar sehingga dalam beragama mereka berpegang dengan Al-Qur’an dan Hadits tapi mereka tidak lupa untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits dengan pemahaman kaum Muhajirin dan Anshar karena ini adalah ittiba’.
Mereka yang terlebih dahulu mengamalkan Al-Qur’an dan mengamalkan hadits dan bersama mereka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan mereka yang telah dipuji oleh Allah subhanahu wata'ala dan juga Rasul-Nya sehingga Ahlussunnah Wal Jama’ah mereka mengikuti kaum Muhajirin dan Anshar di dalam memahami Al-Qur’an dan Hadits, bukan hanya sekedar datang ayat kemudian dia memahami sendiri tidak kembali kepada pemahaman para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum, datang hadits kemudian dia amalkan sendiri dan tidak kembali kepada pemahaman para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum, itu bukan jalannya Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Tetap mereka melihat bagaimana dahulu para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum beramal, terkadang diceritakan oleh sahabat itu sendiri terkadang diceritakan oleh murid-murid mereka para tabi’in, mereka menceritakan bagaimana dahulu para sahabat radhiyallahu ta’ala anhum beramal, Ahlussunnah Wal Jama’ah mereka mengikuti para sahabat dan ini sekali lagi yang membedakan antara mereka dengan kelompok-kelompok sesat, karena kelompok-kelompok sesat mereka tersesat dan mereka menyimpang dari jalan yang lurus diantara sebab utamanya adalah tidak kembali kepada pemahaman para sahabat di dalam memahami Al-Qur’an dan juga Hadits.
Antum tanya mereka tentang dalil dari bid’ah yang mereka lakukan, mungkin saja mereka mendatangkan untuk antum satu atau lebih ayat mendatangkan lima hadits tapi sayang mereka tidak memahami ayat dan juga hadits tersebut dengan pemahaman para sahabat radhiyallahu ta’ala anhum. Orang khawarij yang mereka dengungkan adalah Firman Allah subhanahu wata'ala
إِنِ ٱلۡحُكۡمُ إِلَّا لِلَّهِۖ
Tidaklah hukum kecuali hanya untuk Allah subhanahu wata'ala, maksud mereka adalah ingin menguatkan keyakinan mereka orang yang tidak berhukum dengan selain hukum Allah subhanahu wata'ala maka dia telah keluar dari agama Islam, hukum adalah untuk Allah subhanahu wata'ala kemudian akhirnya mereka mengatakan si fulan berhukum dengan hukum manusia maka dia telah keluar dari agama islam berarti si fulan yang dia adalah termasuk sahabat dia termasuk orang yang keluar dari agama Islam, dari mana pemahaman seperti itu.
Kemudian juga orang-orang yang mengkafirkan pelaku dosa besar mendatangkan hadits
لاَ يَزْنِى الزَّانِى حِينَ يَزْنِى وَهْوَ مُؤْمِنٌ
atau mendatangkan Firman Allah subhanahu wata'ala
وَمَن يَقۡتُلۡ مُؤۡمِنٗا مُّتَعَمِّدٗا فَجَزَآؤُهُۥ جَهَنَّمُ خَٰلِدٗا فِيهَا
kekal di dalamnya, mereka berdalil dengan Al-Qur’an, bahkan orang yang tidak shalat sekalipun bisa berdalil dengan Al-Qur’an, seperti Firman Allah subhanahu wata'ala
وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ ٱلۡيَقِينُ ٩٩
Dan sembahlah Allah subhanahu wata'ala sampai datang kepadamu keyakinan, kalau sudah yakin maka tidak usah menyembah karena batas menyembah kepada Allah subhanahu wata'ala adalah sampai datang keyakinan kalau sudah yakin maka tidak perlu seseorang menyembah, berdalil dengan Al-Qur’an, bahkan orang-orang Nasrani kalau kita biarkan dengan cara seperti ini mereka juga bisa berdalil dengan Al-Qur’an misalnya Allah subhanahu wata'ala banyak di dalam Al-Qur’an mengatakan Inna
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ تَنزِيلٗا ٢٣
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ ١
Dan Inna artinya adalah kami (sesungguhnya kami) dan kami artinya adalah lebih dari satu berarti Tuhan lebih dari satu, orang-orang Nasrani juga bisa berdalil dengan Al-Qur’an dengan keumuman-keumuman seperti itu, atau misalnya Firman Allah subhanahu wata'ala ketika Allah subhanahu wata'ala mewahyukan kepada Maryam dan mengabarkan tentang sifat putra yang dikandung oleh Maryam
إِنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٖ مِّنۡهُ ٱسۡمُهُ ٱلۡمَسِيحُ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ وَجِيهٗا فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ ٤٥
Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala memberikan kabar gembira kepadamu dengan sebuah kalimat dari Allah subhanahu wata'ala, mungkin mereka memahami kalimat dari-Nya berarti Isa itu adalah dari Allah subhanahu wata'ala, dia adalah orang yang didekatkan, kemudian dia mengatakan ini menunjukkan bahwasanya Isa lebih afdhal daripada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kenapa kita tidak mengikuti Yesus, ini disampaikan oleh mereka dalam debat-debat antara mereka dengan orang Islam, Allah subhanahu wata'ala mengatakan demikian ini dalam Quran demikian.
Kalau kita lihat intinya adalah tidak kembali kepada pemahaman Muhajirin dan Anshar sehingga mereka sesat ini yang membedakan antara Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan aliran-aliran yang sesat, kita kembali kepada para sahabat, banyak di sana orang yang tidak mengikuti para sahabat, semakin seseorang jauh dari mengikuti para sahabat semakin jauh dan semakin sesat, bahkan di sana ada orang-orang yang mereka mencela para sahabat atau mengkafirkan para sahabat, orang-orang rafidhah yang mereka mengkafirkan Abu Bakar dan juga Umar dan sebagian besar sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Semakin seseorang membenci para sahabat dan mengkafirkan mereka maka semakin jauh dari jalan yang lurus tapi semakin seseorang mendekat dan semakin dia cinta kepada para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum maka dia semakin berada di atas jalan yang lurus, dan mereka bertingkat-tingkat, sampai aliran-aliran tersebut juga bertingkat-tingkat satu dengan yang lain, ada di antara mereka yang sangat jauh dan ada di antara mereka yang lebih dekat dari itu dan lebih dekat dari itu,
Termasuk tadi yang mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, disebutkan oleh Syaikhul Islam sebagai cara Ahlussunnah Wal Jama’ah karena disana ada orang yang jauh dari sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena mencela para sahabat dan menganggap bahwasanya apa yang dibawa oleh para sahabat berupa hadis-hadits ini semuanya palsu dan tidak benar.
Atau ada di antara mereka yang masalah hadits ahad kalau di dalam masalah aqidah tidak boleh kita amalkan misalnya, atau hadis-hadits yang menurut mereka tidak masuk akal maka mereka tolak hadits yang berkaitan dengan syafa’at dan seterusnya mereka tolak, ini bukan caranya Ahlussunnah Wal Jama’ah mereka adalah orang-orang yang mengikuti sunnah dan mereka mengikuti jalannya kaum Muhajirin dan juga Anshar.