Halaqah 01: Muqaddimah Khulashah Ta’dzhimul ‘Ilm
Halaqah yang pertama dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Khulashah Ta’dzhimul ‘Ilm yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Shalih Ibn Abdillah Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullahu ta’ala.
Beliau adalah Dr. Shalih Ibn Abdillah Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullahu ta’ala seorang ulama di kerajaan Saudi Arabia dan beliau adalah pengajar di Masjid Nabawi dan juga di Masjidil Haram, dan karangan beliau yang akan kita bahas ini adalah termasuk tulisan yang sangat bermanfaat berkaitan dengan adab-adab seorang penuntut ilmu.
Dan seorang yang ingin mendapatkan ilmu agama maka seharusnyalah dia mempelajari adab-adab di dalam menuntut ilmu, ilmu bukan hanya didapatkan dengan semangat tapi harus disertai dengan adab-adab. Kalau dia tidak memperhatikan adab-adab ini maka dikhawatirkan dia tidak bisa mendapatkan ilmu yang dia inginkan atau dengan susah payah dia mendapatkan ilmu tersebut.
Dan kitab yang akan kita pelajari bersama dia tidak terlalu panjang sehingga perlu pembahasan yang berbulan bulan demikian pula tidak terlalu pendek, namun sedang dan kita berharap semoga Allah subhanahu wata'ala memberkahi waktu kita sehingga kita bisa menyelesaikan kitab ini dan tentunya kita berharap kita bisa mengambil manfaat dan bisa mengamalkan apa yang kita pelajari bersama ini.
Beliau mengatakan hafidzahullahu ta’ala
memulai kitabnya dengan basmalah karena mengikuti Allah subhanahu wata'ala di dalam Al-Qur’an karena Allah subhanahu wata'ala memulai kitabnya dengan بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ dan juga mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena Beliau ketika mengirim surat-surat yang isinya adalah dakwah maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memulai surat-surat tersebut dengan basmalah, dan kitab ini isinya adalah dakwah dan juga peringatan.
Kemudian beliau mengatakan
setelah Basmalah maka beliau memuji Allah subhanahu wata'ala kemudian mengucapkan shalawat dan salam untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak lupa beliau juga mengucapkan shalawat dan salam untuk keluarga Beliau shallallahu 'alaihi wasallam para sahabat Beliau shallallahu 'alaihi wasallam radhiallahu ta’ala ‘anhum jami’an.
Kemudian beliau mengatakan
Adapun setelah itu
maka ini adalah ringkasan atau inti lafadz dari kitabku yang bernama Ta’dzhimul ‘Ilm, makanya judulnya adalah Khulashah Ta’dzhimul ‘Ilm, khulashah artinya adalah inti, kitab beliau ini adalah inti dari kitab beliau yang lain yaitu Ta’dzhimul ‘Ilm, berarti Ta’dzhimul ‘Ilm tentunya itu lebih luas karena ini adalah intinya.
Beliau melakukan hal ini yaitu menjadikan di sana kitab yang lain selain Ta’dzhimul ‘Ilm dan itu merupakan inti dari kitab Ta’dzhimul ‘Ilm, beliau mengatakan maksud beliau adalah untuk dihafalkan, maka ini diperlukan lafadz yang sedikit, dan semakin dalam maknanya maka tentunya ini lebih bagus untuk dijadikan hafalan.
Sehingga karena tujuannya adalah untuk dihafal maka diambillah dari kitab Ta’dzhimul ‘Ilm intinya, jadi terkadang dirubah lafadznya, ini perbedaan wallahu a’lam antara ikhtishar dengan khulashah, kalau ikhtishar ini dihilangkan seperti misalnya Mukhtashar Shahih Al-Bukhari maka dihilangkan sanadnya misalnya, tapi kalau khulashah maka ini mungkin saja di situ ada perubahan lafadz karena yang dimaksud dengan khulashah adalah naqawah yaitu intinya.
Kemudian dijadikan di sana contoh dari setiap bab, beliau berusaha mendatangkan intinya kemudian mendatangkan permisalannya
dibuat tidak sepanjang Ta’dzhimul ‘Ilm tapi dijadikan di sana intinya saja kemudian dibuat di sana permisalan adalah supaya menjadi seperti matahari di siang hari bagi para penuntut ilmu, maksudnya di sini adalah supaya menjadi lebih jelas perkaranya sebagaimana terangnya matahari di siang hari sehingga mudah dipahami oleh para penuntut ilmu agama.
Kemudian bukan hanya dari sisi keilmuan dan kejelasan dan juga kepahaman tapi supaya mereka mempersiapkan dirinya setelah itu yaitu setelah memahami untuk mengamalkan dan juga mengingat-ingat atau mengambil pelajaran, dia bisa mengamalkan kalau dia bisa memahami, dia bisa memahami kalau dibuat bukunya tadi dicarikan intinya dan dibuat permisalan. Karena terkadang kalau terlalu panjang kitabnya mungkin sebagian penuntut ilmu malah tidak paham, kalau tidak bagaimana dia bisa mengamalkan dan bagaimana dia bisa mengambil pelajaran, tapi ketika dibuat intinya maka dia bisa memahami kemudian setelah itu dia bisa mengamalkan, dan itu yang kita harapkan, tujuan kita menuntut ilmu adalah untuk mengamalkan bukan hanya sekedar dihafal.
Maka tentunya ini adalah maksud yang sangat baik dan muafaq dari Syaikh, beliau menjadikan di sana inti dari kitab Ta’dzhimul ‘Ilm Kemudian beliau beri nama dengan Khulashah Ta’dzhimul ‘Ilm tujuannya adalah supaya bisa dipahami oleh kita semuanya dan dari situ bisa kita amalkan dan kita bisa mengambil pelajaran.
Kemudian beliau berdoa
Maka aku meminta kepada Allah subhanahu wata'ala untukku dan untuk mereka (para penuntut ilmu), beliau mendoakan untuk beliau sendiri karena asalnya memang kita mendoakan untuk diri kita sendiri kemudian tidak lupa beliau mendoakan untuk para penuntut ilmu, mendoakan dengan kebaikan yaitu supaya mereka melazimi dan berpegang teguh dengan simpul-simpul (prinsip-prinsip) pengagungan terhadap ilmu, bukan hanya sekedar memahami kitab beliau tapi juga berpegang teguh dan istiqamah di atas simpul pengagungan tadi, kemudian dan juga keberuntungan mendapatkan karunia yang besar dari Allah subhanahu wata'ala.
Dan yang pertama tadi yang kita baca adalah mukadimah dari kitab Khulashah Ta’dzhimul ‘Ilm.
Beliau adalah Dr. Shalih Ibn Abdillah Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullahu ta’ala seorang ulama di kerajaan Saudi Arabia dan beliau adalah pengajar di Masjid Nabawi dan juga di Masjidil Haram, dan karangan beliau yang akan kita bahas ini adalah termasuk tulisan yang sangat bermanfaat berkaitan dengan adab-adab seorang penuntut ilmu.
Dan seorang yang ingin mendapatkan ilmu agama maka seharusnyalah dia mempelajari adab-adab di dalam menuntut ilmu, ilmu bukan hanya didapatkan dengan semangat tapi harus disertai dengan adab-adab. Kalau dia tidak memperhatikan adab-adab ini maka dikhawatirkan dia tidak bisa mendapatkan ilmu yang dia inginkan atau dengan susah payah dia mendapatkan ilmu tersebut.
Dan kitab yang akan kita pelajari bersama dia tidak terlalu panjang sehingga perlu pembahasan yang berbulan bulan demikian pula tidak terlalu pendek, namun sedang dan kita berharap semoga Allah subhanahu wata'ala memberkahi waktu kita sehingga kita bisa menyelesaikan kitab ini dan tentunya kita berharap kita bisa mengambil manfaat dan bisa mengamalkan apa yang kita pelajari bersama ini.
Beliau mengatakan hafidzahullahu ta’ala
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
memulai kitabnya dengan basmalah karena mengikuti Allah subhanahu wata'ala di dalam Al-Qur’an karena Allah subhanahu wata'ala memulai kitabnya dengan بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ dan juga mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena Beliau ketika mengirim surat-surat yang isinya adalah dakwah maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memulai surat-surat tersebut dengan basmalah, dan kitab ini isinya adalah dakwah dan juga peringatan.
Kemudian beliau mengatakan
الحمدُ لله الْمعظَّمِ بالتَّوحيد، وصلَّى الله وسلَّم على عبدِهِ ورسولِهِ محمَّدٍ الْمخصوصِ بأجلِّ المزيد، وعلى آله وصحبه أُولي الفضل والرَّأي السَّديد
setelah Basmalah maka beliau memuji Allah subhanahu wata'ala kemudian mengucapkan shalawat dan salam untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak lupa beliau juga mengucapkan shalawat dan salam untuk keluarga Beliau shallallahu 'alaihi wasallam para sahabat Beliau shallallahu 'alaihi wasallam radhiallahu ta’ala ‘anhum jami’an.
Kemudian beliau mengatakan
أمَّا بعدُ
Adapun setelah itu
فهذه من كتابي “تعظيمِ العلمِ” خُلاصةُ اللَّفظ، أُعِدَّت بالتقاطها لمقصَد الحفظ، فاستُخرِج منه للمنفعة المذكورة اللُّباب، وجُعِل فيه الأُنموذج من كلِّ بابٍ
maka ini adalah ringkasan atau inti lafadz dari kitabku yang bernama Ta’dzhimul ‘Ilm, makanya judulnya adalah Khulashah Ta’dzhimul ‘Ilm, khulashah artinya adalah inti, kitab beliau ini adalah inti dari kitab beliau yang lain yaitu Ta’dzhimul ‘Ilm, berarti Ta’dzhimul ‘Ilm tentunya itu lebih luas karena ini adalah intinya.
Beliau melakukan hal ini yaitu menjadikan di sana kitab yang lain selain Ta’dzhimul ‘Ilm dan itu merupakan inti dari kitab Ta’dzhimul ‘Ilm, beliau mengatakan maksud beliau adalah untuk dihafalkan, maka ini diperlukan lafadz yang sedikit, dan semakin dalam maknanya maka tentunya ini lebih bagus untuk dijadikan hafalan.
فاستُخرِج منه للمنفعة المذكورة اللُّباب
Sehingga karena tujuannya adalah untuk dihafal maka diambillah dari kitab Ta’dzhimul ‘Ilm intinya, jadi terkadang dirubah lafadznya, ini perbedaan wallahu a’lam antara ikhtishar dengan khulashah, kalau ikhtishar ini dihilangkan seperti misalnya Mukhtashar Shahih Al-Bukhari maka dihilangkan sanadnya misalnya, tapi kalau khulashah maka ini mungkin saja di situ ada perubahan lafadz karena yang dimaksud dengan khulashah adalah naqawah yaitu intinya.
وجُعِل فيه الأُنموذج من كلِّ بابٍ
Kemudian dijadikan di sana contoh dari setiap bab, beliau berusaha mendatangkan intinya kemudian mendatangkan permisalannya
ليكونَ في نفوس الطَّلبة شمسَ النَّهار، ويتَرشَّحوا بعدَه إلى العمل والادِّكار
dibuat tidak sepanjang Ta’dzhimul ‘Ilm tapi dijadikan di sana intinya saja kemudian dibuat di sana permisalan adalah supaya menjadi seperti matahari di siang hari bagi para penuntut ilmu, maksudnya di sini adalah supaya menjadi lebih jelas perkaranya sebagaimana terangnya matahari di siang hari sehingga mudah dipahami oleh para penuntut ilmu agama.
Kemudian bukan hanya dari sisi keilmuan dan kejelasan dan juga kepahaman tapi supaya mereka mempersiapkan dirinya setelah itu yaitu setelah memahami untuk mengamalkan dan juga mengingat-ingat atau mengambil pelajaran, dia bisa mengamalkan kalau dia bisa memahami, dia bisa memahami kalau dibuat bukunya tadi dicarikan intinya dan dibuat permisalan. Karena terkadang kalau terlalu panjang kitabnya mungkin sebagian penuntut ilmu malah tidak paham, kalau tidak bagaimana dia bisa mengamalkan dan bagaimana dia bisa mengambil pelajaran, tapi ketika dibuat intinya maka dia bisa memahami kemudian setelah itu dia bisa mengamalkan, dan itu yang kita harapkan, tujuan kita menuntut ilmu adalah untuk mengamalkan bukan hanya sekedar dihafal.
Maka tentunya ini adalah maksud yang sangat baik dan muafaq dari Syaikh, beliau menjadikan di sana inti dari kitab Ta’dzhimul ‘Ilm Kemudian beliau beri nama dengan Khulashah Ta’dzhimul ‘Ilm tujuannya adalah supaya bisa dipahami oleh kita semuanya dan dari situ bisa kita amalkan dan kita bisa mengambil pelajaran.
Kemudian beliau berdoa
فأسألُ اللهَ لي ولهم لزومَ معاقدِ التَّعظيم، والفوزَ بجوامعِ فضلِهِ العظيم
Maka aku meminta kepada Allah subhanahu wata'ala untukku dan untuk mereka (para penuntut ilmu), beliau mendoakan untuk beliau sendiri karena asalnya memang kita mendoakan untuk diri kita sendiri kemudian tidak lupa beliau mendoakan untuk para penuntut ilmu, mendoakan dengan kebaikan yaitu supaya mereka melazimi dan berpegang teguh dengan simpul-simpul (prinsip-prinsip) pengagungan terhadap ilmu, bukan hanya sekedar memahami kitab beliau tapi juga berpegang teguh dan istiqamah di atas simpul pengagungan tadi, kemudian dan juga keberuntungan mendapatkan karunia yang besar dari Allah subhanahu wata'ala.
Dan yang pertama tadi yang kita baca adalah mukadimah dari kitab Khulashah Ta’dzhimul ‘Ilm.