Halaqah 10: Inti Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (Bagian 2)
Halaqah yang ke-10 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Beliau mengatakan Rahimahullah
وَالْجَمَاعَةِ
Dan mereka adalah ahli Al jama’ah, asalnya ahli sunnah ahli al jama’ah. Yang dimaksud dengan jama’ah, ini adalah mashdar, Al jama’ah artinya adalah Al-ijtima’, sehingga ahlussunnah wal jama’ah artinya adalah ahlussunnah wal ijtima’, mereka adalah ahli dalam persatuan. Mereka dinamakan dengan ahli dalam persatuan karena mereka menjaga persatuan umat Islam, yaitu persatuan mereka di atas jalan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka firqoh, mereka adalah sebuah kelompok, mereka adalah sebuah golongan tapi mereka adalah golongan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang terus berkumpul bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menetapi jalan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sampai mereka meninggal dunia.
Sehingga merekalah orang-orang yang menjaga persatuan, berbeda dengan aliran-aliran yang menyimpang ke kiri dan juga menyimpang ke kanan mereka berarti tidak sabar untuk berjalan di atas jalannya Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, maunya terpecahbelah, maunya berpisah-pisah sehingga di sana ada ahlussunnah wal jama’ah dan di sana ada ahlul bid’ati walfurqoh, karena bid’ah ini berarti mengharuskan adanya perpecahan. Adapun sunnah, kalau semua kita mengamalkan maka ini akan membawa kita kepada persatuan, jadi orang yang sebenarnya menjaga persatuan Islam, menjaga persatuan kaum muslimin adalah ahlussunnah wal jama’ah, berarti aqidah mereka inilah yang akan kita pelajari, aqidah firqoh yang selamat dan merekalah yang ditolong oleh Allah subhanahu wata’ala dan mereka adalah orang yang ahli didalam sunnah dan merekalah yang menjaga persatuan umat, aqidah mereka yang akan kita pelajari di dalam kitab ini.
Apa aqidah mereka yang menjadikan mereka memiliki sifat-sifat yang mulia seperti itu aqidah mereka itu intinya adalah pada rukun iman yang enam, aqidah mereka dari sekian banyak masa’il (permasalahan) aqidah, maka ini intinya adalah pada rukun iman yang ke enam, sehingga beliau mengatakan di sini
اعْتِقَادُ الْفِرْقَةِ النَّاجِيَةِ الْمَنْصُورَةِ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ: أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ وَهُوَ الإِيمانُ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ، والإِيمَانِ بِالْقَدَرِ خِيْرِهِ وَشَرِّهِ
Rukun iman yang enam, beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, malaikat malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, rasul rasul-Nya, dan beriman dengan kebangkitan setelah kematian, dan beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk. Ini adalah rukun iman yang enam yang disebutkan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam Firman-Nya
وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلۡكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۧنَ
[Al Baqarah:177]
yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan didalam Firman-Nya
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ
Kemudian setelahnya Allah subhanahu wata’ala mengatakan
وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ
[Al Baqarah:285]
Berarti disebutkan lima rukun iman ditambah dengan rukun iman yang keenam yaitu yang disebutkan oleh Allah subhanahu wata’ala
إِنَّا كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَٰهُ بِقَدَرٖ
[Al Qamar:49]
Dan disebutkan oleh Allah subhanahu wata’ala
وَخَلَقَ كُلَّ شَيۡءٖ فَقَدَّرَهُۥ تَقۡدِيرٗا
[Al Furqan:2]
Dan ayat-ayat yang lain yang menunjukkan tentang keharusan kita untuk beriman dengan takdir. Dan keenam rukun Iman ini disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits yaitu hadits Jibril yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umar bin Khattab bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh malaikat Jibril yang menjelma sebagai seorang laki-laki beliau mengatakan
فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ
Dan kabarkan kepadaku tentang masalah Iman, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ
Itu adalah dalil yang menunjukkan tentang rukun Iman yang enam ini, jadi rukun iman yang enam ini adalah inti dari aqidah ahlussunnah wal jama’ah sehingga tidak heran ketika misalnya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ketika beliau menulis kitab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang beliau tulis adalah penjelasan dari rukun iman yang enam. Demikian pula Syaikh bin Baz kalau tidak salah beliau juga mengarang sebuah kitab yang judulnya Al Aqidah shahihah wa ma yudhoduha, aqidah yang benar dan apa yang bertentangan dengannya, beliau juga bahas penjelasan tentang rukun iman yang enam.
Jadi inti dari aqidah kita umat Islam adalah benar rukun iman yang enam ini sehingga kalau kita ingin mengajari aqidah kepada orang lain maka ajarkanlan kepada mereka rukun iman yang enam. Beriman kepada Allah subhanahu wata’ala yang didalamnya ada iman kepada rububiyah Allah subhanahu wata’ala, kepada uluhiyah Allah subhanahu wata’ala, kepada nama dan juga sifat Allah subhanahu wata’ala. Kemudian beriman dengan malaikat bahwasanya malaikat ini ada, dia adalah makhluk Allah subhanahu wata’ala yang memiliki sifat baik sifat yang ma’nawi maupun sifat yang khalqi, maka kita beriman dengan nama-namanya dengan sifat-sifatnya sesuai dengan apa yang ada dalam dalil.
Kemudian juga kita beriman dengan kitab-Nya, bahwasanya Allah subhanahu wata’ala menurunkan kitab kepada manusia lewat para rasul, yang didalamnya ada petunjuk, ada diantaranya yang diberitahukan kepada kita tentang namanya, ada di antaranya tidak diberitahukan kepada kita tentang namanya. Jadi kita yakini bahwasanya kitab tersebut yang paling akhir adalah Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya ini adalah di mansukh dengan Al-Qur’an, kewajiban kita adalah beramal dengan apa yang ada di dalam Al-Qur’an.
Beriman dengan para rasul, bahwasanya Allah subhanahu wata’ala mengutus para rasul kepada manusia dan masing-masing umat diutus kepadanya Rasul dan kewajiban kita adalah beriman secara global dan Allah subhanahu wata’ala mengutus para rasul, ada di antara yang diberitahukan kepada kita namanya dan ada diantaranya yang tidak diberitahukan kepada kita. Maka yang diberitahukan kepada kita, kita tetapkan namanya dan adapun beriman dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka ini beriman secara terperinci karena kita diperintahkan untuk mengikuti syariat Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kemudian juga beriman dengan hari akhir, yaitu beriman dengan seluruh apa yang terjadi setelah kematian, baik adzab kubur maupun nikmat kubur, kemudian hari kebangkitan kepada Mahsyar, hari dikumpulkannya manusia, dihisabnya manusia kemudian sampai masuknya manusia ke dalam surga dan juga neraka.
Beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk dan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala mengetahui segala sesuatu sebelum terjadinya dan Allah subhanahu wata’ala menulis segala sesuatu dan tidak lah terjadi sesuatu kecuali dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala dan sesuai dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala, kemudian juga bahwasanya segala sesuatu adalah dengan diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala, ini adalah penjelasan secara singkat dari beriman dengan enam perkara ini.
Tadi disebutkan oleh beliau disini
وَالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ
Dan beriman dengan kebangkitan setelah kematian, dan dalam lafadz yang lain wal yaumil akhir, beriman dengan hari akhir, yang beliau datang kan di sini adalah satu lafadz di dalam sebuah riwayat, ada memang di sebagian riwayat disebutkan وَالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ yaitu beriman dengan kebangkitan setelah kematian.
Dan didalam sebuah hadits ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kedatangan sebuah rombongan, utusan dari sebuah qabilah, maka beliau memerintahkan kepada mereka dengan lima perkara, yaitu beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan beriman dengan kebangkitan setelah kematian. Sebagaimana kita tahu bahwasanya orang-orang kafir saat itu mereka mengingkari kebangkitan setelah kematian, kalau kebangkitan setelah kematian saja diingkari apalagi pengumpulan, hisab, surga dan neraka, bangkit saja tidak. Karena ini adalah inti dari pengingkaran itu semua sehingga disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beriman dengan kebangkitan, karena ketika sudah beriman dengan kebangkitan berarti dia konsekuensinya ada di sana hisab, di sana ada hasyr dan seterusnya.
Makanya disini beliau menggunakan lafadz ini
وَالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ
Kemudian beliau menjelaskan disini
وَمِنَ الإيمَانِ بِاللهِ
Diantara beriman kepada Allah subhanahu wata’ala adalah
الإِيمَانُ بِمَا وَصَفَ بِهِ نَفْسَهُ فِي كِتِابِهِ الْعَزِيزِ، وَبِمَا وَصَفَهُ بِهِ رَسُولُهُ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم ؛ مِنْ غَيْرِ تَحْرِيفٍ وَلاَ تَعْطِيلٍ، وَمِنْ غَيْرِ تَكْيِيفٍ وَلاَ تَمْثِيلٍ
بَلْ يُؤْمِنُونَ بِأَنَّ اللهَ ِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
Beliau mengatakan
وَمِنَ الإيمَانِ بِاللهِ
Diantara iman kepada Allah subhanahu wata’ala, setelah beliau menyebutkan secara global maka beliau ingin menjelaskan sekarang tentang rukun iman yang pertama namun yang beliau jelaskan pada rukun iman yang pertama ini tidak secara keseluruhan, beliau tidak berbicara terlebih dahulu tentang rububiyah kemudian uluhiyah tapi langsung berbicara tentang masalah nama dan juga sifat Allah subhanahu wata’ala mengatakan
وَمِنَ الإيمَانِ بِاللهِ
Diantara iman kepada Allah subhanahu wata’ala, dan setelahnya beliau akan berbicara tentang iman kepada nama dan juga sifat Allah subhanahu wata’ala secara panjang lebar. Dimulai dengan kaidah secara umum dan ini bagusnya kitab beliau dan seperti yang sudah kita sebutkan bahwasanya kitab ini adalah kitab yang sangat bernilai dan sangat berharga.
Beliau memulai dengan kaidah secara umum, bagaimana ahlussunnah wal jama’ah, Al firqotun najiyah, Ath-Tha’ifah Al-Manshūrah, mereka memahami nama dan juga sifat Allah subhanahu wata’ala, akan beliau sebutkan kaidah nya secara umum, kemudian setelah itu akan diperinci dengan menyebutkan satu persatu dari sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan dalam Al-Qur’an atau yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam didalam sunnah Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]