Halaqah 11: Beriman Kepada Sifat-Sifat Yang Allah Subhanahu wata'ala Sandangkan Pada Diri-Nya di Dalam Kitab-Nya dan Sifat-Sifat yang Rasul-Nya Sandangkan pada-Nya (Bagian 1)
Halaqah yang ke-11 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Beliau mengatakan
وَمِنَ الإيمَانِ بِاللهِ
Dan termasuk iman kepada Allah subhanahu wata’ala, merupakan rukun iman yang pertama dan disini beliau akan berbicara tentang beriman dengan nama dan juga sifat Allah subhanahu wata’ala, mengapa beliau tidak berbicara tentang masalah rububiyah Allah subhanahu wata’ala dan juga uluhiyah Allah subhanahu wata’ala. Wallahu a’lam mungkin beliau ingin mengkonsentrasikan tentang masalah nama dan juga sifat ini karena sebagaimana yang sudah kita sampaikan bahwa asal dari Al aqidah Al wasithiyah ini adalah permintaan dari seorang qadhi yang berasal dari Wasith yang dia mengabarkan tentang keadaan daerahnya, dan mungkin di antara yang disebutkan oleh qadhi tersebut adalah penyimpangan manusia di dalam masalah nama dan juga sifat Allah subhanahu wata’ala sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah beliau ingin mengkonsentrasikan dan memperbanyak tentang masalah beriman kepada nama dan juga sifat Allah subhanahu wata’ala, Allahu a’lam.
Maka beliau mengatakan
وَمِنَ الإيمَانِ بِاللهِ
termasuk beriman kepada Allah subhanahu wata’ala adalah
الإِيمَانُ بِمَا وَصَفَ بِهِ نَفْسَهُ فِي كِتِابِهِ الْعَزِيزِ، وَبِمَا وَصَفَهُ بِهِ رَسُولُهُ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم
Beriman dengan apa-apa yang Allah subhanahu wata’ala sifati diri-Nya di dalam kitab-Nya, وَصَفَ disini ini fa’ilnya adalah dhamir mustatir taqdiru huwa kembali kepada Allah subhanahu wata’ala.
Termasuk beriman kepada Allah subhanahu wata’ala kita beriman, kita meyakini, kita percaya, kita menetapkan dan juga mempercayai apa yang Allah subhanahu wata’ala sifati diri-Nya di dalam kitab-Nya, yaitu dengan percaya dengan sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala yang telah Allah subhanahu wata’ala kabarkan sifat-sifat-Nya tersebut didalam kitab ini maka ini termasuk beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, dan insya Allah namanya orang yang beriman, beriman kepada rukun Iman.
Kalau masing-masing kita memang mengakui dan mempercayai, beriman kepada Allah subhanahu wata’ala maka ketahuilah termasuk di antara iman kepada Allah subhanahu wata’ala adalah beriman dengan sifat Allah subhanahu wata’ala yang telah Allah subhanahu wata’ala kabarkan kepada kita di dalam kitab-Nya.
Kita imani, kita yakini bahwasanya itu adalah sifat Allah subhanahu wata’ala. Misalnya di dalam kitab Allah subhanahu wata’ala, di dalam Al-Qur’an, Allah subhanahu wata’ala mengabarkan tentang bahwasanya Allah subhanahu wata’ala memiliki sifat tinggi
ءَأَمِنتُم مَّن فِي ٱلسَّمَآءِ
[Al Mulk:16]
Apakah kalian merasa aman terhadap Dzat yang berada di atas.
Diantara sifat Allah subhanahu wata’ala yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan dalam Al-Qur’an, Allah subhanahu wata’ala mengatakan
بَلۡ يَدَاهُ مَبۡسُوطَتَانِ
[Al Ma’idah:64]
Akan tetapi kedua tangan Allah subhanahu wata’ala terbentang.
Diantara sifat Allah subhanahu wata’ala yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan di dalam Al-Qur’an bahwasanya Allah subhanahu wata’ala memiliki pendengaran, Allah subhanahu wata’ala memiliki penglihatan dan dalil-dalil yang lain dan sebentar lagi InsyaAllah akan kita pelajari bersama sebagian dari ayat-ayat didalam Al-Qur’an yang menyebutkan tentang sifat Allah subhanahu wata’ala.
Allah subhanahu wata’ala telah menyebutkan di dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang berisi tentang sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala. Tidaklah kita membuka satu halaman di dalam mushaf kecuali akan kita dapatkan di situ sifat Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala mengabarkan kepada kita sebagian sifat-sifat-Nya di dalam Al-Qur’an. Termasuk di antara iman kita kepada Allah subhanahu wata’ala dan keyakinan kita kepercayaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala adalah kita menetapkan dan kita mengimani, membenarkan apa yang Allah subhanahu wata’ala tetapkan di dalam kitab-Nya berupa sifat-sifat-Nya.
Apakah hanya di dalam Al-Qur’an Allah subhanahu wata’ala menyebutkan sifat-Nya, tidak. Ada di antara sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan melalui lisan rasul-Nya kalau kita cari dalam Al-Qur’an tidak ada tapi disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan dia juga adalah termasuk Wahyu
وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ [ الـنحـم:3]
Dia yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berbicara dari hawa nafsunya
إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ [ الـنحـم:4]
Tidaklah itu kecuali Wahyu yang diwahyukan kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Itu adalah wahyu, sebagaimana Al-Qur’an adalah wahyu maka ucapan dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga merupakan wahyu yang harus kita yakini
وَبِمَا وَصَفَهُ بِهِ رَسُولُهُ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم
Dan beriman dengan apa yang رَسُولُهُ, utusan-Nya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah mensifati Allah subhanahu wata’ala dengan sifat tersebut.
Allah subhanahu wata’ala memilih nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjadi rasul, menjadi utusan, utusan Allah subhanahu wata’ala untuk kita, menjadi perantara antara Dia dengan kita. Diantara yang Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bawa adalah tentang sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala mengabarkan kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam diantara sifat Allah subhanahu wata’ala adalah demikian dan demikian dikabarkan kepada kita, maka termasuk beriman kepada Allah subhanahu wata’ala adalah kita mensifati Allah subhanahu wata’ala dengan sifat yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ini termasuk iman kita kepada Allah subhanahu wata’ala yang harus dilakukan oleh seorang yang beriman dan ini menunjukkan kepada kita isyarat dari mu’allif bahwasanya yang namanya nama dan juga sifat Allah subhanahu wata’ala ini adalah tauqifiyah yaitu kita menerima jadi dan bahwasanya tidak boleh kita menetapkan sifat Allah subhanahu wata’ala kecuali berdasarkan dalil. Dari mana dalil tersebut kita dapatkan, dari kitabihi atau dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak boleh kita mengada-ngada membuat sifat diantara sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala atau mengada-ngada nama diantara nama-nama Allah subhanahu wata’ala. Kembali kepada dalil, apa yang memang datang di dalam dalilnya kita tetapkan yang tidak ada dalilnya maka tidak boleh kita tetapkan.
Kemudian di antara yang bisa kita ambil faedahnya dari ucapan beliau
وَمِنَ الإيمَانِ بِاللهِ: الإِيمَانُ بِمَا وَصَفَ بِهِ نَفْسَهُ
dan seterusnya, di sana ada yang dinamakan dengan isbat yaitu menetapkan, jadi termasuk beriman kepada Allah subhanahu wata’ala adalah kita menetapkan, yaitu menetapkan apa yang Allah subhanahu wata’ala tetapkan untuk diri-Nya dan menetapkan apa yang telah ditetapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk Allah subhanahu wata’ala. Maka nama dan juga sifat yang Allah subhanahu wata’ala tetapkan dan juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tetapkan kita sebagai orang yang beriman harus menetapkan, tidak ada pilihan yang lain, kata para salaf hendaklah kalian jalankan sebagaimana datangnya. Allah subhanahu wata’ala mengatakan
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ ءَامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ [ النساء:136]
Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kalian kepada Allah subhanahu wata’ala dan juga rasul-Nya
Kita disuruh untuk beriman, disuruh untuk percaya, meyakini Allah subhanahu wata’ala dan juga rasul-Nya, di antaranya adalah termasuk masalah nama dan juga sifat Allah subhanahu wata’ala.
Kemudian setelah itu beliau memberikan kaidah yang lain, pertama kita tetapkan kemudian beliau menambah kaidah yang lain dan ini adalah kaidah yang penting yang harus kita pahami sebelum kita masuk pada perincian penyebutan sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala di dalam Al-Qur’an maupun di dalam hadits.
Yang akan beliau sebutkan di sini adalah kaidah-kaidah yang penting yang di atasnya Ahlul sunnah wal jamaah yang insya Allah dengan kita memegang kaidah ini apapun yang sampai kepada kita tentang sifat Allah subhanahu wata’ala tidak akan masalah bagi kita, bukan sesuatu yang musykilah, bukan sesuatu yang problem bagi kita selama kita memegang kaidah.
Dan kaidah yang beliau sebutkan di sini adalah kaidah para salaf kaidah yang berjalan di atasnya para sahabah, para tabi’in, para tabi’-tabi’in, inilah aqidah ahlussunnah wal jamaah dari zaman dahulu dan sampai dekatnya hari kiamat, mereka menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allah subhanahu wata’ala dan juga Rasul-Nya, bukan menolak, Allah subhanahu wata’ala menetapkan kemudian ada di antara manusia yang menafikan. Allah subhanahu wata’ala mengatakan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala memiliki sifat Rahmah, ada sebagian orang menolak Allah subhanahu wata’ala tidak memiliki sifat Rahmah karena sifat kasih sayang ini seperti makhluk. Allah subhanahu wata’ala menetapkan bahwasanya Allah subhanahu wata’ala memiliki dua tangan, ada sebagian orang mengatakan tidak, Allah subhanahu wata’ala tidak memiliki dua tangan. Ini berarti bukan menetapkan apa yang Allah subhanahu wata’ala tetapkan tapi dia menolak, menafikan apa yang Allah subhanahu wata’ala tetapkan, tentunya ini bertentangan dengan ikrar kita terhadap Allah subhanahu wata’ala dan iman kita kepada Allah subhanahu wata’ala dan juga rasul-Nya.