Halaqah 83: Dalil yang Menunjukkan Sifat Kalam Bagi Allah (Bagian 4)
Halaqah yang ke-83 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Pembahasan tentang sifat kalam bagi Allah subhanahu wata'ala. Allah subhanahu wata'ala mengatakan
وَنَادَيْنَاهُ مِن جَانِبِ الطُّورِ الأَيْمَنِ وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيًّا
Dan Kami memanggil dia, هُ disini kembali kepada Nabi Musa ‘alaihissalam, dan nida (panggilan) di dalam bahasa Arab ini adalah kalamun murtafi’ maksudnya adalah ucapan yang suaranya keras, seseorang memanggil fulan maksudnya adalah mengucapkan dengan suara yang keras, adapun pelan-pelan maka ini bukan memanggil, tapi yang namanya memanggil itu adalah dengan suara yang keras yang tinggi menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata'ala berbicara sesuai dengan kehendak Allah subhanahu wata'ala artinya dengan cara yang Allah subhanahu wata'ala kehendaki, mau dengan suara yang keras atau suara yang rendah itu adalah kembali kepada kehendak Allah subhanahu wata'ala, dan suara Kalamullah subhanahu wata'ala tentunya berbeda dengan suara makhluk, suara Kalamullah adalah sesuai dengan keagungan Allah subhanahu wata'ala
وَنَادَيْنَاهُ مِن جَانِبِ الطُّورِ الأَيْمَنِ
Kami panggil dia dari sisi الطُّورِ ini adalah nama gunung, ada yang mengatakan gunung yang berada antara kota Mesir dengan kota Madyan karena saat itu nabi Musa meninggalkan kota Madyan menuju ke Mesir, berarti dia posisinya antara Madyan dengan Mesir.
Dari sisi gunung الطُّورِ الأَيْمَنِ sebelah kanan, dan yang dimaksud dengan sebelah kanan adalah sebelah kanannya Musa, kalau di sana ada gunung dan Musa menghadap sana berarti sebelah kanannya Musa ‘alaihissalam, Allah subhanahu wata'ala berbicara dengan cara yang Dia kehendaki dari sebelah kirinya atau sebelah kanannya sesuai dengan kehendak Allah subhanahu wata'ala, jadi الأَيْمَنِ di sini adalah sebelah kanannya Musa dan bukan sebelah kanannya gunung, karena tidak ada di sana sebelah kanan gunung atas sebelah kiri gunung, tidak disifati dengan sebelah kanan gunung atau sebelah kiri gunung, maksudnya disini adalah sebelah kanannya Musa ‘alaihissalam
وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيًّا
Kami dekatkan dia dalam keadaan dia berbicara dengan pelan-pelan.
Syahidnya di sini berarti di sini ada selain sifat nida (berbicara dengan suara yang keras) kemudian di sini juga ada sifat taqrib yang ada dalam firman Allah subhanahu wata'ala
وَقَرَّبْنَاهُ
dan Kami dekatkan dia, berarti di sini ada sifat taqrib bagi Allah subhanahu wata'ala. Ini menunjukkan bahwasanya Kalamullah ini adalah dengan suara, yaitu Firman Allah subhanahu wata'ala ini dengan suara.
وَقَوْلُـهُ
Dan juga firman Allah subhanahu wata'ala
وَإِذْ نَادَى رَبُّكَ مُوسَى أَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Ketika Rabb mu memanggil Musa, berarti disini ada penetapan sifat nida bagi Allah subhanahu wata'ala, dan yang dimaksud dengan nida adalah berbicara dengan suara yang tinggi. Ketika Rabb mu berbicara atau memanggil Musa dan mengatakan
أَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Hendaklah engkau mendatangi kaum yang dzolim, maksudnya adalah Firaun dan juga orang-orang yang bersamanya yang mereka melakukan kedzoliman, baik kedzoliman yang merupakan kekufuran kesyirikan maupun kedzoliman yang mereka lakukan kepada manusia, seperti yang mereka lakukan kepada Bani Israil
يُقَتِّلُونَ أَبۡنَآءَهُمۡ وَيَسۡتَحۡيُونَ نِسَآءَهُمۡۚ
Mereka membunuh anak-anak laki-laki Bani Israil dan membiarkan wanita wanita mereka dalam keadaan hidup, ini adalah kedzoliman, hendaklah engkau mendatangi kaum yang mereka adalah kaum yang dzolim yaitu dengar kekufuran mereka dengan kesyirikan mereka dan kedzoliman mereka terhadap manusia.
وَقَوْلُـهُ : وَنَادَىٰهُمَا رَبُّهُمَآ أَلَمۡ أَنۡهَكُمَا عَن تِلۡكُمَا ٱلشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَآ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمَا عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٢
Dan Rabb keduanya memanggil keduanya, ini juga sama tidak bisa di bolak-balik atau di ganti harakatnya, kalau yang pertama ada sebagian mereka mungkin ada yang membaca
وَإِذْ نَادَى رَبّكَ مُوسَى
meskipun ini bisa dibantah
أَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
ini adalah ucapan Allah subhanahu wata'ala kepada Musa bukan Musa kepada Allah subhanahu wata'ala, dan dalam ayat ini juga demikian
وَنَادَىٰهُمَا رَبُّهُمَآ
ini juga tidak bisa di bolak-balik dan tidak bisa diganti harokatnya, dan Rabb keduanya yaitu Adam dan juga Hawa memanggil keduanya, yaitu dengan suara yang tinggi
أَلَمۡ أَنۡهَكُمَا
Bukankah Aku telah melarang kalian berdua
عَن تِلۡكُمَا ٱلشَّجَرَةِ
dari pohon tersebut
وَأَقُل لَّكُمَآ
dan Aku telah katakan kepada kalian berdua
إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمَا عَدُوّٞ مُّبِينٞ
Sesungguhnya syaithan bagi kalian berdua adalah musuh yang nyata.
Ini Allah subhanahu wata'ala berbicara kepada Nabi Adam ‘alaihissalam dan juga istri Beliau Hawa, setelah keduanya memakan sesuatu yang dilarang oleh Allah subhanahu wata'ala dan akhirnya terlepas pakaian keduanya, dan Allah subhanahu wata'ala mengatakan kepada keduanya bukankah Aku telah melarang kalian berdua dari pohon ini dan Aku sudah katakan kepada kalian berdua bahwasanya syaithan ini adalah musuh yang nyata bagi kalian.
Di sini menunjukkan tentang bahwasanya Allah subhanahu wata'ala memiliki sifat kalam dari dua sisi, yang pertama adalah
وَنَادَىٰهُمَا
nida ini adalah kalam, kemudian yang kedua adalah
وَأَقُل لَّكُمَآ
dan Aku katakan kepada kalian berdua, berarti di sini sifat qaul kemudian yang yang pertama tadi adalah sifat nida dan dua-duanya adalah satu jenis kalam.
وَقَوْلُه: وَيَوۡمَ يُنَادِيهِمۡ فَيَقُولُ أَيۡنَ شُرَكَآءِيَ ٱلَّذِينَ كُنتُمۡ تَزۡعُمُونَ ٧٤
Firman Allah subhanahu wata'ala yang artinya Dan di hari dimana Allah subhanahu wata'ala akan memanggil mereka, yaitu berkata kepada orang-orang musyrikin yang mereka menyekutukan Allah subhanahu wata'ala di dunia
أَيۡنَ شُرَكَآءِيَ ٱلَّذِينَ كُنتُمۡ تَزۡعُمُونَ
Di manakah sekutu sekutu-Ku menurut anggapan mereka, karena Allah subhanahu wata'ala tidak ada sekutu bagi-Nya tapi menurut apa yang mereka lakukan mereka telah menjadikan sekutu bagi Allah subhanahu wata'ala, Allah subhanahu wata'ala mengatakan kepada mereka mana sekutu sekutu-Ku yang dulu kalian sangka mereka adalah sekutu-sekutu bagi Allah subhanahu wata'ala.
Orang-orang musyrikin akan ditanya oleh Allah subhanahu wata'ala tentang pertanyaan ini karena mereka menyekutukan Allah subhanahu wata'ala tanpa ilmu, semuanya adalah persangkaan saja, mereka mengikuti persangkaan mereka saja, seperti ucapan mereka bahwasanya si fulan ini mereka adalah yang akan memberikan syafa’at untuk kami di sisi Allah subhanahu wata'ala, dari mana mereka mengucapkan ini itu adalah persangkaan mereka saja, tidak ada dasarnya tidak ada ilmunya dan itu adalah sifat orang-orang musyrikin semuanya, mereka menyekutukan Allah subhanahu wata'ala tanpa ilmu, tidak berdasarkan ilmu.
وَقَوْلُه
Dan juga Firman Allah subhanahu wata'ala
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ
Ayat yang sebelumnya di situ ada يُنَادِيهِمۡ فَيَقُولُ berarti di sini dari dua sisi juga, sisi yang pertama يُنَادِيهِم berarti di sini ada sifat nida, فَيَقُولُ di sini ada sifat qaul, kemudian juga pada ayat ini
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ
Pada hari dimana Allah subhanahu wata'ala memanggil mereka kemudian Allah subhanahu wata'ala berkata, berarti dari dua sisi juga, dari Firman Allah يُنَادِيهِم dengan فَيَقُولُ
مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ
Apa yang telah kalian jawab atau bagaimana kalian menjawab para Rasul-Ku, ini bisa kita ambil qa’idah bahwasanya kita akan ditanya tentang tauhid kita dan kita akan ditanya tentang bagaimana kita mengikuti para Rasul, ayat yang pertama tadi
وَيَوۡمَ يُنَادِيهِمۡ فَيَقُولُ أَيۡنَ شُرَكَآءِيَ ٱلَّذِينَ كُنتُمۡ تَزۡعُمُونَ
berkaitan dengan masalah tauhid, apakah sudah mengesakan Allah subhanahu wata'ala dalam ibadah
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ
dan di hari dimana Allah subhanahu wata'ala memanggil mereka dan berkata kepada mereka bagaimana kalian menjawab para Rasul, yaitu sudahkah kalian ittiba’ kepada para Rasul, berarti al-muttaba’ah akan ditanyakan tauhid juga akan ditanyakan.
Ini adalah ayat-ayat yang semuanya menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata'ala memiliki sifat kalam sesuai dengan keagungan Allah subhanahu wata'ala.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]