Halaqah 100: Hadis-Hadis yang Berkaitan dengan Penjelasan Nama dan Sifat Allah (Hadis 6 dan 7 Tentang Sifat Kalam Bagi Allah)
Halaqah yang ke-100 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Hadits-hadits yang merupakan hadits-hadits tentang sifat-sifat Allah subhanahu wata'ala. Beliau mendatangkan dua hadits yang menunjukkan tentang sifat kalam bagi Allah subhanahu wata'ala.
وَقَوْله
Dan juga sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
يقولُ اللَّهُ تَعالَى
Allah subhanahu wata'ala berkata kepada Adam ‘alaihissalam
يا آدَمُ، فيَقولُ: لَبَّيْكَ وسَعْدَيْكَ
Wahai Adam maka Nabi Adam mengatakan لَبَّيْكَ وسَعْدَيْكَ
Allah subhanahu wata'ala mengatakan يا آدَمُ menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata'ala berbicara, karena disebutkan disini يقولُ (Allah subhanahu wata'ala berkata kepada Adam) يا آدَمُ memanggil Nabi Adam, يا disini adalah adatun nida (huruf yang digunakan untuk memanggil), dan nida (memanggil) ini adalah ucapan dengan suara yang keras, itu namanya memanggil.
Maka Nabi Adam mengatakan لَبَّيْكَ وسَعْدَيْكَ, menjawab panggilan Allah subhanahu wata'ala menunjukkan bahwasanya Kalamullah itu bisa didengar buktinya Nabi Adam ‘alaihissalam Beliau menjawab panggilan Allah subhanahu wata'ala dan mengatakan لَبَّيْكَ وسَعْدَيْكَ.
لَبَّيْكَ artinya adalah ijabah ba’da ijabah, kalau diterjemahkan dalam bahasa kita artinya Ya Allah subhanahu wata'ala aku senantiasa menjawab panggilan-Mu setelah menjawab panggilan-Mu artinya terus-menerus menjawab panggilan-Mu, sehingga orang yang melakukan haji dan juga umrah mengatakan
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ
Semoga Allah subhanahu wata'ala memudahkan kita semuanya untuk bisa kembali ke sana untuk berziarah ke Ka’bah ke Baitullah baik dalam rangka umrah maupun dalam rangka haji untuk memenuhi panggilan Allah subhanahu wata'ala.
وسَعْدَيْكَ maksudnya adalah is’adun ba’da is’ad yaitu aku memenuhi panggilan-Mu Ya Allah subhanahu wata'ala dan terus meminta kepada-Mu kebahagiaan, dari kata سَعَادَة (kebahagiaan) yaitu meminta kepada Allah subhanahu wata'ala kebahagiaan setelah kebahagiaan
فَيُنَادِي بِصَوتٍ
kemudian Allah subhanahu wata'ala memanggil (dan sudah berlalu bahwasanya makna nida adalah ucapan dengan suara yang keras) dengan suara, dan ini jelas bahwasanya Allah subhanahu wata'ala Kalam-Nya dengan suara, aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah Kalamullah dengan huruf dan juga dengan suara, ucapan يُنَادِي itu sudah menunjukkan bahwa dia dengan suara dikuatkan lagi بِصَوتٍ (dengan suara) menunjukkan bahwasanya Kalamullah adalah dengan suara
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تُخْرِجَ مِن ذُرِّيَّتِكَ بَعْثًا إلَى النَّارِ
Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala menyuruhmu (yang berbicara adalah Allah subhanahu wata'ala) untuk mengeluarkan dari keturunanmu utusan ke dalam neraka, dari setiap 1000 orang 999 ke dalam neraka dan 1 orang ke dalam surga, termasuk di antara yang masuk ke dalam neraka tadi adalah ya’juj dan juga ma’juj yang disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih tentang banyaknya jumlah mereka.
Disini kenapa Allah subhanahu wata'ala mengatakan إِنَّ الله (sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala) padahal yang berbicara adalah Allah subhanahu wata'ala seakan-akan yang berbicara adalah bukan Allah subhanahu wata'ala, para ulama menjelaskan penggunaan uslub seperti ini adalah untuk menunjukkan keagungan Allah subhanahu wata'ala, yang berbicara adalah Allah subhanahu wata'ala kemudian Allah subhanahu wata'ala mengatakan إِنَّ الله maka ini menunjukkan tentang keagungan Allah subhanahu wata'ala menunjukkan tentang kebesaran Allah subhanahu wata'ala, dan ini seperti Firman Allah subhanahu wata'ala
إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا
[An-Nisa’:58]
Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala menyuruh kalian untuk menunaikan amanat kepada yang berhak. Maka ini menunjukkan tentang pengagungan terhadap Allah subhanahu wata'ala.
مُتَّفقٌ عَلَيْهِ
Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menunjukkan sifat di antara sifat-sifat Allah subhanahu wata'ala yaitu sifat Al-Kalam bagi Allah subhanahu wata'ala.
Maka yang seperti ini di antara Hikmah yang bisa kita ambil adalah tentang harusnya seseorang memiliki rasa takut karena penduduk neraka ini jumlahnya sangat banyak, dari 1000 orang ada 999 yang masuk ke dalam neraka, kalau kita bayangkan 1000 orang yang ada di sekitar kita satu orang saja yang masuk kedalam surga, maka seorang muslim antara takut dan berharap, takut apabila masuk ke dalam 999 tadi dan dia berharap dia adalah termasuk 1 orang yang masuk ke dalam surganya Allah subhanahu wata'ala.
Dan ini menunjukkan bahwasanya keselamatan ini adalah nikmat yang sangat berharga yang Allah subhanahu wata'ala berikan kepada seseorang, diberikan dia sebab-sebab keselamatan yaitu Islam Iman dan dikenalkan kita sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan dimudahkan kita untuk menempuh jalan menuntut ilmu dan ini semua adalah sebab-sebab masuknya seseorang ke dalam surga, tauhid sunnah
فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ
من لقي الله لا يشرك به شيئا دخل الجنة
Orang yang bertemu dengan Allah subhanahu wata'ala dalam keadaan dia tidak menyekutukan Allah subhanahu wata'ala dengan sesuatu apapun maka dia masuk dalam surga
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Barang siapa yang menempuh sebuah jalan mencari ilmu di dalamnya, maka Allah subhanahu wata'ala akan mudahkan dia masuk kedalam surga.
Maka seorang muslim antara takut dan berharap, senantiasa ada rasa takut di dalam hatinya dan dia memiliki rasa harap ketika dia melihat rahmat Allah subhanahu wata'ala yang begitu luas yang Allah subhanahu wata'ala berikan kepada dirinya.
Kemudian hadits yang kedua tentang masalah kalam ini
وَقَوْله
Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
ما من أحدٍ إلا سيُكلِّمُه ربُّه ليس بينه وبينه حاجب ولا ترجمانُ
Tidaklah ada di antara kalian kecuali Allah subhanahu wata'ala akan berbicara kepadanya (disini syahidnya, berarti masing-masing dari kita akan diajak bicara oleh Allah subhanahu wata'ala) tidak ada antara dia dan dia (antara Allah subhanahu wata'ala dan hamba tersebut) penghalang dan penerjemah (artinya kita berbicara dengan bahasa kita, dan Allah subhanahu wata'ala Dia-lah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu bahkan bahasa Allah subhanahu wata'ala yang menciptakan dan ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah subhanahu wata'ala sehingga saat itu ketika Allah subhanahu wata'ala berbicara dengan kita maka tidak ada di sana penerjemah).
Disini tidak disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah siapa yang meriwayatkan hadits ini tapi dia diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim (muttafaqun ‘alaih), dan hadits ini menunjukkan tentang satu sifat diantara sifat-sifat Allah subhanahu wata'ala yang harus kita tetapkan yaitu sifat Al-Kalam karena disitu disebutkan سيُكلِّمُه, Allah subhanahu wata'ala akan berbicara kepada masing-masing diantara kita dan tidak ada antara kita dengan Allah subhanahu wata'ala ترجمانُ (penerjemah, yang menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa yang lain).
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]