Halaqah 124: Beriman Kepada Hari Akhir dengan Pembahasan tentang Shirath (Bagian 4)

thumbnail-cadangan
Halaqah yang ke-124 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Beliau mengatakan

عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ

sesuai dengan kadar amalan mereka, sebagaimana mereka mendapatkan cahaya sesuai dengan kadar amalan mereka disini juga akan terlihat kembali peran amal shaleh bahwasanya cepat dan lambatnya seseorang ketika melewati jembatan ash-shirath sesuai dengan amalan dia di dunia.

Jadi orang-orang yang beriman di sini masuk didalamnya adalah para nabi para shiddiqun para syuhada orang-orang yang soleh termasuk diantaranya adalah orang-orang yang melakukan dosa baik dosa kecil maupun dosa besar karena mereka semuanya adalah orang-orang yang beriman dengan berbagai tingkatan mereka, sebagaimana kita tahu bahwasanya Islam ada tiga tingkatan Islam Iman dan juga Ihsan mereka ada al-muqarrabun ada ashabul yamin ada yang lain ada beberapa tingkatan, yang jelas semua orang yang beriman mereka akan melewati jembatan ini tidak terkecuali.

Termasuk diantaranya orang-orang yang tidak dihisab pun akan melewati jembatan ini, sehingga Allah subhanahu wata'ala mengatakan dalam Al-Qur’an

وَإِن مِّنكُمۡ إِلَّا وَارِدُهَاۚ

Dan tidak ada diantara kalian kecuali dia akan melewatinya, melewati neraka tidak ada kecuali berarti semuanya termasuk diantaranya adalah para nabi dengan ketinggian derajat yang mereka miliki tapi mereka akan melewati jembatan ini mau tidak mau.

كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتۡمٗا مَّقۡضِيّٗا ٧١

yang demikian adalah sesuatu yang ketetapan / keharusan yang sudah Allah subhanahu wata'ala putuskan, Allah subhanahu wata'ala sudah memutuskan bahwasanya semuanya yaitu semua orang yang beriman akan melewati jahannam ini, kemudian Allah subhanahu wata'ala mengatakan

ثُمَّ نُنَجِّي ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ

kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa, dan ini menunjukkan tentang peran ketaqwaan termasuk diantaranya adalah ketika seseorang menyeberangi jembatan ash-shirath, bertaqwa yang dikatakan oleh Allah subhanahu wata'ala

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ

yang dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

اتق الله حيثما كنت

hendaklah engkau bertakwa kepada Allah subhanahu wata'ala dimanapun engkau berada, menjalankan perintah Allah subhanahu wata'ala dengan ikhlas mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggalkan larangan Allah subhanahu wata'ala dengan ikhlas sesuai dengan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dengannya Allah subhanahu wata'ala menyelamatkan seseorang dari terjatuh kedalam jahannam

وَّنَذَرُ ٱلظَّٰلِمِينَ فِيهَا جِثِيّٗا ٧٢

dan kami akan membiarkan orang-orang yang dzhalim masuk kedalam neraka dalam keadaan mereka berlutut, sebagaimana ini Allah subhanahu wata'ala sebutkan dalam surat Maryam ayat 71-72.

Di dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudri disebutkan bahwasanya jembatan ini adalah jembatan yang sangat menggelincirkan, ini bukan jembatan yang nyaman dilewati oleh seorang ini adalah jembatan yang sangat menggelincirkan, bayangkan jembatan yang berada dan dipasang diatas jahannam yang sangat besar dan didalamnya atau di bawah jembatan ini siksa dan juga adzab, api yang menyala-nyala dan jahannam yang sangat dalam ditambah lagi jembatan yang akan dilewati oleh orang-orang beriman ini adalah jembatan yang sangat menggelincirkan mudah sekali seseorang terpeleset, hasbunallah wani’mal wakil hanya Allah subhanahu wata'ala yang mencukupi kita dan Dia lah sebaik-baik penolong.

Itu sudah sifat yang sangat mengerikan ditambah lagi yang semakin menjadikan seseorang takut di atasnya ada besi-besi pengait yang dinamakan dengan كلاليب dan ini adalah besi-besi yang menyambar-nyambar sewaktu-waktu diperintahkan oleh Allah subhanahu wata'ala untuk menyambar orang yang Allah subhanahu wata'ala perintahkan, dan disebutkan dalam hadits disana ada duri yang keras yang bentuknya seperti duri sa’dan yang ma’ruf di kalangan orang-orang arab, mereka mengenal duri sa’dan bentuknya seperti itu tapi tentunya hakikatnya berbeda.

Disebutkan dalam shahih Muslim, Abu Sa’id yang meriwayatkan hadits ini beliau mengatakan

بلغني أن الجسر أدق من الشعرة وأحد من السيف

Abu Sa’id seorang sahabat mengatakan telah sampai kepadaku bahwasanya jembatan ini lebih lembut daripada rambut, berarti dia ukurannya lebih kecil daripada rambut, seandainya kita melewati jembatan yang terbuat dari rambut kalau kita di dunia pasti kita jatuh apalagi ini adalah lebih kecil dan lebih lembut daripada rambut manusia dan sifatnya lagi lebih tajam daripada pedang, seandainya pedang yang kita lewati di dunia kita berjalan di atasnya dengan kaki kita maka ini sesuatu yang mengerikan berjalan ke atas pedang yang tajam, apalagi disini disifati jembatan tersebut lebih tajam daripada pedang.

Sehingga ini termasuk detik-detik dimana manusia tidak ingat kecuali dirinya sendiri, bagaimana dia akan berjalan sendirian di sebuah jembatan yang panjang yang dibawahnya adalah siksa dan juga neraka yang sangat dalam dan jembatan tersebut adalah jembatan yang sangat kecil lebih kecil daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang dan disekitarnya ada besi-besi pengait dan juga duri sa’dan, tentunya ini semua menjadikan seorang dia dalam keadaan takut dalam keadaan mengerikan dengan apa yang dia lihat di depan.

Tentunya masing-masing dari kita saat itu ingin segera dan ingin cepat melewati jembatan yang sangat mengerikan tadi, meskipun seseorang mungkin dia selamat di akhir tapi dia berjalan pelan-pelan di atas jembatan yang demikian sifatnya ini sesuatu yang sangat mengerikan meskipun mungkin dia selamat tapi tentunya keinginan seseorang dan angan-angan seseorang adalah bagaimana dia melewati jembatan tadi dalam keadaan yang secepat mungkin dia melewati jembatan, dan ternyata cepat dan lambatnya seseorang ketika melewati jembatan tadi adalah sesuai dengan cepat dan lambatnya dia dalam mengijabahi dalam menjawab perintah-perintah Allah subhanahu wata'ala di dunia.

Kalau dia di dunia termasuk orang-orang yang bersegera dalam kebaikan tidak menunda-nundanya maka semoga orang yang demikian di akhirat termasuk orang yang segera dan cepat dalam melewati jembatan ash-shirath, tapi sebaliknya orang yang di dunia lemah malas dalam beramal shaleh hatinya dalam keadaan sangat malas dalam beramal shaleh maka demikian keadaan dia di akhirat sesuai dengan kadar amal seseorang dan kadar bersegeranya seseorang dalam menjalankan syariat Allah subhanahu wata'ala disitulah cepat dan lambatnya seseorang melewati jembatan ash-shirath. Sehingga disebutkan didalam hadits

فَمِنْهُمْ مَنْ يَمُرُّ كَلَمْحِ الْبَصَرِ

ada diantara mereka yang melewati jembatan ash-shirath ini seperti kedipan mata, subhanallah sangat cepat sekali mengedip matanya dia sudah sampai ke seberang, tentunya masing-masing dari kita ingin melewati jembatan yang sangat mengerikan dalam waktu yang sangat singkat sekedip mata

وَمِنْهُم مَن يَمُرُّ كَالْبَرْقِ

dan ada diantara mereka yang melewati seperti kilat, dia sangat cepat tapi dia lebih lambat tentunya daripada yang pertama, yang pertama seperti kedipan mata ini semua sesuai dengan amalan seseorang tidak ada yang didzhalimi oleh Allah subhanahu wata'ala, orang yang di dunia tingkatannya lebih tinggi maka dia akan diberikan lebih tinggi oleh Allah subhanahu wata'ala dan diberikan kemudahan lebih banyak daripada yang lain

وَمِنْهُم مَن يَمُرُّ كَالرِّيحِ

dan ada di antara mereka yang melewati jembatan ash-shirath seperti secepat angin, dan angin kalau sedang cepat-cepatnya dia juga bisa berjalan dengan cepat ratusan mil/jam

ومِنْهُم مَن يَمُرُّ كَالْفَرَسِ الْجَوَادِ

dan ada diantara mereka yang melewati jembatan ash-shirath seperti kuda yang bagus kualitasnya

وَمِنْهُم مَن يَمُرُّ كَرِكَابِ الإِبِلِ

disana ada yang berjalan melewati jembatan ash-shirath seperti unta yang larinya kencang

ومِنْهُم مَن يَعْدُو عَدْوًا

dan ada diantara mereka yang berlari

وَمِنْهُم مَن يَمْشِي مَشْيًا

dan ada diantara mereka yang berjalan, ada yang berlari dan ada yang berjalan biasa

وَمِنْهُم مَن يَزْحَفُ زَحْفًا

dan ada diantara mereka yang menyeret dirinya, yaitu dia berjalan dengan menyeret pantatnya sehingga dia berjalan diatas jembatan ash-shirath tadi sangat pelan sekali

وَمَنْهُم مَن يُخْطَفُ

ada diantara mereka ini yang tersambar, yaitu tersambar dengan besi pengait dan juga duri sa’dan, dan yang dimaksud dengan يُخْطَفُ adalah disambar dengan cepat

وَيُلْقَى فِي جَهَنَّمَ

kemudian dia terlempar ke dalam jahannam, yaitu yang awalnya berada di atas ash-shirath tadi karena tersambar akhirnya dia terlempar ke dalam jahannam, mereka adalah orang-orang yang beriman yang melakukan dosa-dosa besar di dunia yang Allah subhanahu wata'ala kehendaki dia untuk masuk ke dalam neraka karena dosa yang berada dibawah syirik ini adalah kembali kepada kehendak Allah subhanahu wata'ala

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ
[An-Nisa’:48]

Dan Allah subhanahu wata'ala mengampuni dosa yang dibawa syirik bagi siapa yang Allah subhanahu wata'ala kehendaki.

Ada diantara mereka yang Allah subhanahu wata'ala ampuni sehingga dia tidak tersambar besi pengait atau duri sa’dan dengan sebab dosanya dan ada diantara mereka yang tidak diampuni oleh Allah subhanahu wata'ala akhirnya Allah subhanahu wata'ala memerintahkan besi pengait tadi untuk menyambar orang tersebut, man sya’allah orang yang Allah subhanahu wata'ala kehendaki.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]
Show comments
Hide comments

0 Komentar:

Posting Komentar