Halaqah 15: Menjauhi Bid’ah dan Setiap Bid’ah adalah Sesat (Bagian 4)
Halaqah yang ke-15 dari pembukaan Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah tentang menjauhi bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat bagian 4.
Diantara hal yang menunjukkan tentang keharaman Bid’ah dalil² dari Al Qur’an adalah Firman Allah subhanahu wata'ala,
_pada hari ini Aku telah sempurnakan untuk kalian agama kalian & Aku sempurnakan nikmatKu untuk kalian & Aku ridho-i Islam ini sebagai agama bagi kalian_
Didalam ayat ini Allah subhanahu wata'ala mengabarkan bahwasanya agama Islam ini telah sempurna & masing² dari kita faham makna sempurna, agama yang sempurna yaitu agama yang sudah tidak memerlukan tambahan lagi, Allah subhanahu wata'ala yang menyempurnakan & Dialah yang mengabarkan bahwasanya agama ini (Islam) telah sempurna artinya tidak perlu tambahan lagi apa yang kita perlukan berupa ibadah yang bisa menjadi sebab masuknya seseorang kedalam Surga sudah disampaikan Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, ibadah apa saja yg itu merupakan sebab masuknya seseorang kedalam Surga sudah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, termasuk Aqidah keyakinan sudah disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam inilah makna kesempurnaan & ini yang mengabarkan adalah Allah subhanahu wata'ala sendiri dalam Al Qur’an, Allah yg mengabarkan bahwasanya agama ini sempurna.
Kalau kita melakukan bid’ah didalam agama, melakukan sebuah ibadah yang tidak diajarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pada hakikatnya seseorang meragukan kesempurnaan Islam itu sendiri, berarti syariat & Islam yang dibawa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam itu adalah tidak cukup meyakini bahwasanya itu tidak sempurna sehingga perlu ditambah² supaya lebih indah & lebih sempurna lebih nyaman dilaksanakan & dipraktekan supaya menambah tali ukhuwwah & silaturahim dst.
Maka ini tentunya kalau kita pikirkan ini adalah tuduhan yg keji terhadap Islam bahwasanya Islam belum sempurna sehingga perlu membuat ibadah²- keyakinan² yang baru yang tidak diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Sehingga Al Imam Malik rahimahullah dalam ucapan beliau
_Barangsiapa yang membuat Bid’ah didalam Islam kemudian memandang itu adalah perkara yang baik maka dia telah menyangka/menuduh Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menghianati risalah Allah_
Berarti ada sesuatu yang belum disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada umat nya, sehingga kita amalkan sekarang & ternyata menurut (sebagian orang) ini belum disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tapi diamalkan oleh orang² sekarang, berarti ada sesuatu yang tidak disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam atau dengan kata lain beliau shallallahu 'alaihi wasallam telah menghianati risalah karena Allah mengatakan
.. _hendaklah engkau sampaikan yang diturunkan kepadamu dari Allah_
Ini adalah amanat dari Allah, kalau seseorang sampai membuat Bid’ah didalam agama & menganggap itu adalah baik berarti pada hakikatnya dia telah menuduh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghianati risalah Allah subhanahu wata'ala.
Ini yg pertama celaan terhadap agama Islam & kedua celaan terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Kemudian diantara hal yang menunjukkan tentang haramnya Bid’ah, bahwasanya orang yang melakukan bid’ah didalam agama ini seakan² dia menudukan dirinya sebagai yang membuat syariat, mengatakan ini wajib, sunnah, halal, haram padahal itu tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ketika dia membuat Bid’ah didalam agama maka dia telah menudukan dirinya sebagai pembuat syariat padahal yang berhak untuk membuat syariat adalah Allah subhanahu wata'ala
_Ketahuilah milik Allah penciptaan & juga perintah_
Syariat hanya Allah saja yang berhak untuk mensyariatkan adapun kita kewajibannya adalah mengikuti syariat bukan membuat syariat, Allah subhanahu wata'ala mengatakan,
_apakah mereka memiliki sekutu² yang mensyariatkan bagi mereka dari agama ini apa yang tidak diijinkan oleh Allah_
Ini menunjukkan bahwasanya perbuatan membuat Bid’ah didalam agama ini adalah perkara yang membahayakan seakan² dia menjadikan dirinya sebagai orang yang berhak untuk mensyariatkan padahal yang berhak untuk mensyariatkan satu²nya hanyalah Allah subhanahu wata'ala saja.
Didalam ayat yang lain Allah subhanahu wata'ala mengatakan,
_Dan sesungguhnya ini adalah jalanku yang lurus maka hendaklah kalian mengikutinya & janganlah kalian mengikuti jalan² yang lain sehingga kalian berpecah belah dari jalan Allah_
Yang demikian adalah wasiat Allah kepada kalian supaya kalian bertaqwa.
Sesungguhnya ini adalah jalanku yg lurus, apa jalan beliau shallallahu 'alaihi wasallam? Jalan beliau adalah Islam yang murni – فَٱتَّبِعُوهُ – maka hendaklah kalian mengikuti jalan Islam yang murni saja, yang belum dimasuki ajaran² yang baru.
Maka ikutilah jalan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, karena beliau menempuh jalan Islam yang murni bukan Islam yang sudah ditambah² oleh sebagian orang itulah yg diharuskan untuk diikutkan.
_Dan janganlah kalian mengikuti jalan² yang lain_.
Mujahid rahimahullah (murid Abdullah Ibn Abbas radiallahu anhu) seorang salaf & seorang Ahli tafsir ketika beliau mentafsirkan firman Allah
Janganlah kalian mengikuti jalan², beliau mengatakan Al Bid’ah wal subhat.
Yang dimaksud dengan jalan² disini yg kita Tidak boleh mengikutinya ini adalah Bid’ah² & subhat².
Berarti ini adalah dalil yg menunjukkan tentang diharamkannya bid’ah karena Allah mengatakan
Dan janganlah kalian mengikuti
Jalan² (Bid’ah²).
Itu juga jalan² juga namun bukan jalan Allah itu bukan jalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tapi itu adalah jalan syaitan.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]
Diantara hal yang menunjukkan tentang keharaman Bid’ah dalil² dari Al Qur’an adalah Firman Allah subhanahu wata'ala,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
[QS Al Maidah 3]_pada hari ini Aku telah sempurnakan untuk kalian agama kalian & Aku sempurnakan nikmatKu untuk kalian & Aku ridho-i Islam ini sebagai agama bagi kalian_
Didalam ayat ini Allah subhanahu wata'ala mengabarkan bahwasanya agama Islam ini telah sempurna & masing² dari kita faham makna sempurna, agama yang sempurna yaitu agama yang sudah tidak memerlukan tambahan lagi, Allah subhanahu wata'ala yang menyempurnakan & Dialah yang mengabarkan bahwasanya agama ini (Islam) telah sempurna artinya tidak perlu tambahan lagi apa yang kita perlukan berupa ibadah yang bisa menjadi sebab masuknya seseorang kedalam Surga sudah disampaikan Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, ibadah apa saja yg itu merupakan sebab masuknya seseorang kedalam Surga sudah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, termasuk Aqidah keyakinan sudah disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam inilah makna kesempurnaan & ini yang mengabarkan adalah Allah subhanahu wata'ala sendiri dalam Al Qur’an, Allah yg mengabarkan bahwasanya agama ini sempurna.
Kalau kita melakukan bid’ah didalam agama, melakukan sebuah ibadah yang tidak diajarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pada hakikatnya seseorang meragukan kesempurnaan Islam itu sendiri, berarti syariat & Islam yang dibawa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam itu adalah tidak cukup meyakini bahwasanya itu tidak sempurna sehingga perlu ditambah² supaya lebih indah & lebih sempurna lebih nyaman dilaksanakan & dipraktekan supaya menambah tali ukhuwwah & silaturahim dst.
Maka ini tentunya kalau kita pikirkan ini adalah tuduhan yg keji terhadap Islam bahwasanya Islam belum sempurna sehingga perlu membuat ibadah²- keyakinan² yang baru yang tidak diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Sehingga Al Imam Malik rahimahullah dalam ucapan beliau
من ابتدع في الإسلام بدعة يراها حسنة ، فقد زعم أن محمدا shallallahu 'alaihi wasallam خان الرسالة
_Barangsiapa yang membuat Bid’ah didalam Islam kemudian memandang itu adalah perkara yang baik maka dia telah menyangka/menuduh Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menghianati risalah Allah_
Berarti ada sesuatu yang belum disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada umat nya, sehingga kita amalkan sekarang & ternyata menurut (sebagian orang) ini belum disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tapi diamalkan oleh orang² sekarang, berarti ada sesuatu yang tidak disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam atau dengan kata lain beliau shallallahu 'alaihi wasallam telah menghianati risalah karena Allah mengatakan
..بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ..
[QS Al Maidah 67].. _hendaklah engkau sampaikan yang diturunkan kepadamu dari Allah_
Ini adalah amanat dari Allah, kalau seseorang sampai membuat Bid’ah didalam agama & menganggap itu adalah baik berarti pada hakikatnya dia telah menuduh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghianati risalah Allah subhanahu wata'ala.
Ini yg pertama celaan terhadap agama Islam & kedua celaan terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Kemudian diantara hal yang menunjukkan tentang haramnya Bid’ah, bahwasanya orang yang melakukan bid’ah didalam agama ini seakan² dia menudukan dirinya sebagai yang membuat syariat, mengatakan ini wajib, sunnah, halal, haram padahal itu tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ketika dia membuat Bid’ah didalam agama maka dia telah menudukan dirinya sebagai pembuat syariat padahal yang berhak untuk membuat syariat adalah Allah subhanahu wata'ala
…أَلَا لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلْأَمْرُ…
[QS Al Araf 54]_Ketahuilah milik Allah penciptaan & juga perintah_
Syariat hanya Allah saja yang berhak untuk mensyariatkan adapun kita kewajibannya adalah mengikuti syariat bukan membuat syariat, Allah subhanahu wata'ala mengatakan,
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
[QS Ash Shura : 21]_apakah mereka memiliki sekutu² yang mensyariatkan bagi mereka dari agama ini apa yang tidak diijinkan oleh Allah_
Ini menunjukkan bahwasanya perbuatan membuat Bid’ah didalam agama ini adalah perkara yang membahayakan seakan² dia menjadikan dirinya sebagai orang yang berhak untuk mensyariatkan padahal yang berhak untuk mensyariatkan satu²nya hanyalah Allah subhanahu wata'ala saja.
Didalam ayat yang lain Allah subhanahu wata'ala mengatakan,
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
[QS Al an’am : 153]_Dan sesungguhnya ini adalah jalanku yang lurus maka hendaklah kalian mengikutinya & janganlah kalian mengikuti jalan² yang lain sehingga kalian berpecah belah dari jalan Allah_
ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم
Yang demikian adalah wasiat Allah kepada kalian supaya kalian bertaqwa.
Sesungguhnya ini adalah jalanku yg lurus, apa jalan beliau shallallahu 'alaihi wasallam? Jalan beliau adalah Islam yang murni – فَٱتَّبِعُوهُ – maka hendaklah kalian mengikuti jalan Islam yang murni saja, yang belum dimasuki ajaran² yang baru.
فَٱتَّبِعُوهُ
Maka ikutilah jalan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, karena beliau menempuh jalan Islam yang murni bukan Islam yang sudah ditambah² oleh sebagian orang itulah yg diharuskan untuk diikutkan.
وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ
_Dan janganlah kalian mengikuti jalan² yang lain_.
Mujahid rahimahullah (murid Abdullah Ibn Abbas radiallahu anhu) seorang salaf & seorang Ahli tafsir ketika beliau mentafsirkan firman Allah
وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ
Janganlah kalian mengikuti jalan², beliau mengatakan Al Bid’ah wal subhat.
Yang dimaksud dengan jalan² disini yg kita Tidak boleh mengikutinya ini adalah Bid’ah² & subhat².
Berarti ini adalah dalil yg menunjukkan tentang diharamkannya bid’ah karena Allah mengatakan
وَلَا تَتَّبِعُواْ
Dan janganlah kalian mengikuti
ٱلسُّبُلَ
Jalan² (Bid’ah²).
Itu juga jalan² juga namun bukan jalan Allah itu bukan jalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tapi itu adalah jalan syaitan.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]