Halaqah 22: Sunnah adalah Atsar-Atsar Rasulullah (Bagian 1)
Halaqah yang ke-22 dari pembukaan Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah tentang sunnah adalah atsar-atsar Rasulullah bagian 1.
Dan beliau mengatakan
Dan Sunnah menurut Kami adalah atsar² Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Yang dimaksud dengan As Sunnah didalam ucapan beliau
adalah sunnah dengan makna hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Karena sebagaimana telah berlalu terkadang sunnah maknanya adalah agama ini secara keseluruhan seperti sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
Maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahkum
Maksudnya adalah dengan agamaku yang mencakup apa yang ada di dalam Alquran dan juga hadis maka ini adalah sunnah secara umum.
Terkadang sunnah maknanya lebih khusus daripada itu yaitu hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kalau misalnya disebutkan di sana Al-Qur’an kemudian setelahnya disebutkan as-slSunnah maka yang dimaksud adalah Hadits seperti misalnya sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya kitab Allah dan Sunnahku.
Kitab Allah dan Sunnah RasulNya dari sini kita bisa mengartikan sunnah sebagai hadits karena disebutkan sebelumnya kita bahwa kitab Allah yaitu Alquran ketika disebutkan sebelumnya Al-Qur’an maka ini dimaksud dengan sunnah di sini adalah hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sehingga seorang ulama atau seorang Dai terkadang dia mengatakan dalilnya adalah dengan Alquran dan sunnah dan juga ijma berarti yang dimaksud dengan sunnah di sini adalah hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
menurut kami itu (menurut ahlussunnah wal jamaah) yang dimaksud dengan Sunnah adalah
Atsar²nya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Kalau diartikan dalam bahasa kita adalah bekas². kalau ada seseorang yang berjalan kemudian di sana ada bekas telapak kakinya maka dikatakan
Ini adalah bekas dari dari telapak kaki fulan
Dari sini kita mengetahui bahwasanya makna dari
adalah bekas atau apa yang ditinggalkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan apa yang ditinggalkan oleh beliau shallallahu 'alaihi wasallam/ bekas-bekas beliau shallallahu 'alaihi wasallam yang sampai kepada kita terkadang berupa ucapan beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan terkadang pula berupa perilaku dan juga amalan beliau bukan berupa ucapan tapi berupa perilaku beliau yang di nukio dan ceritakan oleh para sahabat dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam demikian dan demikian maka ini juga termasuk peninggalan beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Jadi hadits bukan hanya ucapan beliau saja beliau mengatakan misalnya
Barangsiapa yang mengamalkan sebuah amalan tidak ada contohnya dari kami maka itu adalah tertolak.
atau beliau mengatakan
Ini adalah ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Ini adalah bekas-bekas dan juga peninggalan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang sampai kepada kita dinukil dari generasi ke generasi oleh para rawi² yang tsiqoh dan sampai kepada umat didengar oleh mereka dan diamalkan oleh mereka.
Maka ini termasuk atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam itu termasuk Hadits Nabi.
Terkadang atsar beliau adalah berupa perilaku atau amalan tidak terbatas pada ucapan saja tapi juga pada amalan misalnya dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika akan masuk ke dalam rumah beliau bersiwak, bisa maka ini adalah amalan yang dinukil dari beliau shallallahu 'alaihi wasallam, dahulu beliau shallallahu 'alaihi wasallam misalnya dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti ucapan Aisyah dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senang untuk mendahulukan sebelah kanan ketika beliau bersuci dan ketika beliau memakai sendal dan di seluruh perkara-perkara yaitu perkara yang baik maka ini juga termasuk sunnah.
Syahidnya disini bahwasanya Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan peninggalan beliau hadits-hadits beliau maka terkadang berupa ucapan dan juga berupa perbuatan.
Dan terkadang pula hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan atsar beliau ini merupakan taqrir yaitu persetujuan dari beliau shallallahu 'alaihi wasallam, beliau tidak mengucapkan dan beliau tidak melakukan tapi dilakukan sebuah perkara di depan beliau tidak mengingkari maka ini dianggap sebagai Taqrir Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membolehkannya demikian, karena seandainya itu adalah sebuah kemungkaran maka pasti akan diingatkan dan akan dilarang oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ini adalah kewajiban beliau sebagai seorang Rasul apabila tahu itu adalah sebuah kemungkaran maka harus beliau menyampaikan kepada umat.
Sesungguhnya tidak ada seorang Nabi sebelumku kecuali wajib atasnya untuk menyampaikan kepada mereka mengajarkan kepada mereka kebaikan yang dia tahu dan mengingatkan mereka dari kejelekan yang biasa .
Sehingga tidak mungkin Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membiarkan sebuah kemungkaran sementara beliau tahu itu adalah sebuah kemungkaran dan kewajiban adalah mengingkarinya sehingga kalau Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membiarkan ini adalah dianggap sebagai Sunnah Taqririyyah Sunnah yang berupa taqrir berarti perkara tersebut adalah perkara yang diperbolehkan contoh misalnya ada seorang sahabat yang mengatakan,
Kami dahulu melakukan Azl sedangkan Al-Qur’an dalam keadaan turun.
Artinya itu mereka lakukan dan Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seandainya perbuatan Azl ini yaitu menumpahkan air mani di luar kemaluan ini adalah sesuatu yang diharamkan tentunya akan datang di sana pengharaman namun ketika itu dilakukan oleh para sahabat dan tidak ada di sana dalil baik dari Alquran maupun dari Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang menunjukkan tentang keharamannya menunjukkan ke dalam perbuatan yang diperbolehkan.
Tayyib itu adalah contoh dari sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan juga Atsar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang berupa taqrir.
Dari sini kita mengetahui bahwasanya Atsar terkadang maksudnya adalah Hadits Nabi
Berarti maksudnya adalah hadits² Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
***
Dan beliau mengatakan
وَالسُّنَّةُ عِنْدَنَا آثَارُ رَسُولِ اَللَّهِ
Dan Sunnah menurut Kami adalah atsar² Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Yang dimaksud dengan As Sunnah didalam ucapan beliau
وَالسُّنَّةُ عِنْدَنَا
adalah sunnah dengan makna hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Karena sebagaimana telah berlalu terkadang sunnah maknanya adalah agama ini secara keseluruhan seperti sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّينَ
Maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahkum
Maksudnya adalah dengan agamaku yang mencakup apa yang ada di dalam Alquran dan juga hadis maka ini adalah sunnah secara umum.
Terkadang sunnah maknanya lebih khusus daripada itu yaitu hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kalau misalnya disebutkan di sana Al-Qur’an kemudian setelahnya disebutkan as-slSunnah maka yang dimaksud adalah Hadits seperti misalnya sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya kitab Allah dan Sunnahku.
Kitab Allah dan Sunnah RasulNya dari sini kita bisa mengartikan sunnah sebagai hadits karena disebutkan sebelumnya kita bahwa kitab Allah yaitu Alquran ketika disebutkan sebelumnya Al-Qur’an maka ini dimaksud dengan sunnah di sini adalah hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sehingga seorang ulama atau seorang Dai terkadang dia mengatakan dalilnya adalah dengan Alquran dan sunnah dan juga ijma berarti yang dimaksud dengan sunnah di sini adalah hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
عندنا
menurut kami itu (menurut ahlussunnah wal jamaah) yang dimaksud dengan Sunnah adalah
آثَارُ رَسُولِ اَللَّهِ
Atsar²nya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Kalau diartikan dalam bahasa kita adalah bekas². kalau ada seseorang yang berjalan kemudian di sana ada bekas telapak kakinya maka dikatakan
هذا ٱتار فولا
Ini adalah bekas dari dari telapak kaki fulan
Dari sini kita mengetahui bahwasanya makna dari
آثَارُ رَسُولِ اَللَّه
adalah bekas atau apa yang ditinggalkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan apa yang ditinggalkan oleh beliau shallallahu 'alaihi wasallam/ bekas-bekas beliau shallallahu 'alaihi wasallam yang sampai kepada kita terkadang berupa ucapan beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan terkadang pula berupa perilaku dan juga amalan beliau bukan berupa ucapan tapi berupa perilaku beliau yang di nukio dan ceritakan oleh para sahabat dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam demikian dan demikian maka ini juga termasuk peninggalan beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Jadi hadits bukan hanya ucapan beliau saja beliau mengatakan misalnya
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa yang mengamalkan sebuah amalan tidak ada contohnya dari kami maka itu adalah tertolak.
atau beliau mengatakan
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ …
Ini adalah ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ،
بُنِي الإسلامُ عَلى خَمْسٍ
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ
Ini adalah bekas-bekas dan juga peninggalan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang sampai kepada kita dinukil dari generasi ke generasi oleh para rawi² yang tsiqoh dan sampai kepada umat didengar oleh mereka dan diamalkan oleh mereka.
Maka ini termasuk atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam itu termasuk Hadits Nabi.
Terkadang atsar beliau adalah berupa perilaku atau amalan tidak terbatas pada ucapan saja tapi juga pada amalan misalnya dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika akan masuk ke dalam rumah beliau bersiwak, bisa maka ini adalah amalan yang dinukil dari beliau shallallahu 'alaihi wasallam, dahulu beliau shallallahu 'alaihi wasallam misalnya dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti ucapan Aisyah dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senang untuk mendahulukan sebelah kanan ketika beliau bersuci dan ketika beliau memakai sendal dan di seluruh perkara-perkara yaitu perkara yang baik maka ini juga termasuk sunnah.
Syahidnya disini bahwasanya Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan peninggalan beliau hadits-hadits beliau maka terkadang berupa ucapan dan juga berupa perbuatan.
Dan terkadang pula hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan atsar beliau ini merupakan taqrir yaitu persetujuan dari beliau shallallahu 'alaihi wasallam, beliau tidak mengucapkan dan beliau tidak melakukan tapi dilakukan sebuah perkara di depan beliau tidak mengingkari maka ini dianggap sebagai Taqrir Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membolehkannya demikian, karena seandainya itu adalah sebuah kemungkaran maka pasti akan diingatkan dan akan dilarang oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ini adalah kewajiban beliau sebagai seorang Rasul apabila tahu itu adalah sebuah kemungkaran maka harus beliau menyampaikan kepada umat.
إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ خير ما يعلمه لهم، وينذرهم شر ما يعلمه لهم
Sesungguhnya tidak ada seorang Nabi sebelumku kecuali wajib atasnya untuk menyampaikan kepada mereka mengajarkan kepada mereka kebaikan yang dia tahu dan mengingatkan mereka dari kejelekan yang biasa .
Sehingga tidak mungkin Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membiarkan sebuah kemungkaran sementara beliau tahu itu adalah sebuah kemungkaran dan kewajiban adalah mengingkarinya sehingga kalau Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membiarkan ini adalah dianggap sebagai Sunnah Taqririyyah Sunnah yang berupa taqrir berarti perkara tersebut adalah perkara yang diperbolehkan contoh misalnya ada seorang sahabat yang mengatakan,
كُنَّا نَعْزِلُ وَالْقُرْآنُ يَنْزِلُ
Kami dahulu melakukan Azl sedangkan Al-Qur’an dalam keadaan turun.
Artinya itu mereka lakukan dan Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seandainya perbuatan Azl ini yaitu menumpahkan air mani di luar kemaluan ini adalah sesuatu yang diharamkan tentunya akan datang di sana pengharaman namun ketika itu dilakukan oleh para sahabat dan tidak ada di sana dalil baik dari Alquran maupun dari Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang menunjukkan tentang keharamannya menunjukkan ke dalam perbuatan yang diperbolehkan.
Tayyib itu adalah contoh dari sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan juga Atsar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang berupa taqrir.
Dari sini kita mengetahui bahwasanya Atsar terkadang maksudnya adalah Hadits Nabi
آثار رسول الله
Berarti maksudnya adalah hadits² Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]