Halaqah 29: Cara Mewujudkan Beriman dengan Takdir Allah (Bagian 2)
Halaqah yang ke-29 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah tentang cara mewujudkan beriman dengan takdir Allah bagian 2.
Ketiga kita harus meyakini bahwasanya segala sesuatu yang terjadi adalah dengan kehendak Allah, bergeraknya sesuatu, diamnya sesuatu, cerdasnya seseorang, kebodohan seseorang, kemampuan seseorang, ketidakmampuan seseorang, maka itu adalah dengan kehendak. Tidak mungkin keluar dari kehendak Allah subhanahu wa taala
Sesungguhnya urusan Allah apabila menghendaki sesuatu, Allah tinggal mengatakan Kun jadilah bahkan jadilah sesuatu.
Kita berbicara kita menghadiri majelis ilmu kita membuka zoom untuk mendengarkan kajian maka ini dengan kehendak Allah, Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah yang telah menghendaki kita untuk melakukan kebaikan, bahkan kehendak yang ada dalam diri kita terjadi dengan kehendak Allah siapa yang menjadikan kita menghendaki untuk menghadiri kajian Allah,
Tidaklah kalian menghendaki kecuali dikehendaki oleh Allah Rabbul alamin.
Maka Alhamdulillah yang telah menghendaki untuk menjadikan kita sebagai seorang muslim bahkan menjadikan kita termasuk ahlussunnah bahkan menjadikan kita termasuk orang yang mau meluangkan waktu kita untuk menuntut ilmu agama ini, menghilangkan kebodohan dari diri kita.
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini bergeraknya virus dari satu orang ke orang lain semuanya dengan kehendak Allah kalau Allah menghendaki akan berpindah terus tadi ke orang lain meskipun kita sudah pakai masker kita sudah pakai sanitizer dan seterusnya tapi kalau Allah menghendaki ada saja yang di sana jalan untuk sampainya virus tadi kepada seseorang dan ada sebagian orang mungkin dia karena dia tidak mampu mungkin, untuk membeli masker misalnya dia tidak memakai masker dan ternyata dia berinteraksi dengan orang yang sebenarnya ada virus tadi ternyata dia tidak terkena Kenapa demikian ini adalah karena Allah yang menghendaki virus tadi tidak mengenai orang tadi. Sehingga terkadang ada orang yang mungkin kita lihat tidak memakai aturan protokol kesehatan tapi ternyata dia tidak terkena sementara di sana ada sebagian orang yang sudah berusaha tapi dia terkena juga tapi bukan berarti kemudian kalau begitu sudah kita enggak usah pakai protokol kesehatan, tidak kita diperintahkan untuk mengambil sebab beda antara orang yang pertama dengan orang yang kedua orang yang dia mengambil sebab dan dia ingin melaksanakan apa yang diajarkan dalam agama kita, kita diperintahkan untuk mengambil sebab ketika kita sakit disuruh untuk berobat ketika kita mengetahui disana ada penyakit maka kita disuruh untuk menghindari ini anda syariat Yang di dalam agama kalau kita melakukan itu semuanya karena ingin mengamalkan apa yang diajarkan dalam agama kita maka kita mendapatkan pahala semua terjadi dengan masiatullah, semuanya terjadi dengan kehendak Allah, semua perkara baik itu merupakan kenikmatan maupun berupa musibah.
Kita sekarang mungkin ingin pergi ke Haromain Karena sebab pandemi akhirnya kita tertunda untuk melakukan Safar ke Mekkah melakukan umroh melakukan haji atau berziarah ke Masjid Nabawi maka ini semua dengan takdir Allah subhanahu wata'ala menghendaki yang demikian, dan harus kita yakini Bahwasanya Allah subhanahu wata'ala apabila dia menghendaki sesuatu pasti di sana ada hikmahnya, bukan seperti kita makhluk yang kadang kita menghendaki sesuatu tapi berdasarkan hawa nafsu, kalau Allah subhanahu wata'ala menghendaki sesuatu ini dijadikan oleh Allah bergerak ini dijadikan oleh Allah diam, ini dijadikan oleh Allah beriman ini dijadikan Allah kafir pasti di sana ada hikmahnya.
Allah subhanahu wata'ala tidak melakukan sesuatu dengan sia-sia itu yang ketiga.
Kemudian yang keempat yang harus kita pahami dan harus ada dalam diri kita adalah meyakini bahwasanya segala sesuatu ini adalah diciptakan oleh Allah subhanahu wata'ala, Allah mengatakan,
Allah menciptakan segala sesuatuظ
Baiknya maupun sifat dan juga pekerjaan-pekerjaan, Zat kita adalah Allah yang menciptakan kepala kita, anggota badan, kita sifat yang kita miliki juga Allah yang menciptakan kita dijadikan sebagai seorang yang pemalu atau pemarah atau penyayang maka sifat-sifat tersebut Allah juga yang menciptakan, apa yang kita kerjakan juga Allah yang menciptakan kita berbicara Allah yang menciptakan jalannya kita, Allah subhanahu wata'ala mengatakan
Dan Allah Dialah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan.
Maka kita harus meyakini Bahwasanya Allah subhanahu wata'ala Dialah yang menciptakan segala sesuatu dan segala sesuatu di sini merasuk di dalamnya ketaatan maupun kemaksiatan taatnya seseorang Allah subhanahu wata'ala menciptakan, kemaksiatan yang dilakukan oleh seseorang Allah subhanahu wata'ala yang menciptakan.
Ini adalah empat Maroqibul Qodar yang harus ada pada diri, kita sehingga kita dinamakan orang yang beriman dengan Takdir.
Apakah sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah pasti dicintai oleh Allah? jawabannya tidak. Allah subhanahu wata'ala terkadang menghendaki sesuatu dan Allah tidak mencintai sesuatu tersebut, Allah menciptakan kemaksiatan tapi Allah tidak mencintai kemaksiatan, Allah menciptakan iblis dan Allah tidak suka dengan iblis dan tidak mencintai iblis, harus kita pahami bahwasanya kehendak Allah ada dua ada Iradah syar’iyah dan ada Iradah Kauniyah, ada kehendak Allah yang dinamakan dengan Iradah Kauniyah yang berkaitan dengan alam semesta ini secara umum maka yang demikian itu tidak berkaitan dengan mahabatullah. Allah mencipta dan bukan berarti Allah mencintai apa yang dia ciptakan tersebut, ini berkaitan dengan iradah kaumnya dan di sana ada iradah syar’iyah, kehendak Allah yang berkaitan dengan syariat seperti misalnya Allah menghendaki Allah menginginkan orang beriman dengan Rasul yang telah diutus, Allah menghendaki yang demikian ini dinamakan syar’iyah, apakah ini masih terjadi terwujud? jawabannya tidak buktinya banyak orang yang mereka tidak beriman dengan Rasul, padahal Allah subhanahu wata'ala menginginkan untuk supaya mereka itu beriman ini adalah Iradah syar’iyah yang berkaitan dengan mahabatullah Dan Iradah syar’iyah yang belum tentu terjadi berbeda dengan iradah Kauniyah,
Sesungguhnya perkaranya apabila Allah menghendaki sesuatu tinggal mengatakan Kun jadilah maka akan terjadi sesuatu tersebut.
Adapun Iradah Syar’iyah maka ini belum tentu terjadi, kalau Iradah Kauniyah belum tentu dicintai adapun Iradah Syar’iyah pasti dicintai oleh Allah subhanahu wata'ala.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]
Ketiga kita harus meyakini bahwasanya segala sesuatu yang terjadi adalah dengan kehendak Allah, bergeraknya sesuatu, diamnya sesuatu, cerdasnya seseorang, kebodohan seseorang, kemampuan seseorang, ketidakmampuan seseorang, maka itu adalah dengan kehendak. Tidak mungkin keluar dari kehendak Allah subhanahu wa taala
۞ إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
[QS Yasin 82]Sesungguhnya urusan Allah apabila menghendaki sesuatu, Allah tinggal mengatakan Kun jadilah bahkan jadilah sesuatu.
Kita berbicara kita menghadiri majelis ilmu kita membuka zoom untuk mendengarkan kajian maka ini dengan kehendak Allah, Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah yang telah menghendaki kita untuk melakukan kebaikan, bahkan kehendak yang ada dalam diri kita terjadi dengan kehendak Allah siapa yang menjadikan kita menghendaki untuk menghadiri kajian Allah,
۞ وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
[QS At Takwir 29]Tidaklah kalian menghendaki kecuali dikehendaki oleh Allah Rabbul alamin.
Maka Alhamdulillah yang telah menghendaki untuk menjadikan kita sebagai seorang muslim bahkan menjadikan kita termasuk ahlussunnah bahkan menjadikan kita termasuk orang yang mau meluangkan waktu kita untuk menuntut ilmu agama ini, menghilangkan kebodohan dari diri kita.
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini bergeraknya virus dari satu orang ke orang lain semuanya dengan kehendak Allah kalau Allah menghendaki akan berpindah terus tadi ke orang lain meskipun kita sudah pakai masker kita sudah pakai sanitizer dan seterusnya tapi kalau Allah menghendaki ada saja yang di sana jalan untuk sampainya virus tadi kepada seseorang dan ada sebagian orang mungkin dia karena dia tidak mampu mungkin, untuk membeli masker misalnya dia tidak memakai masker dan ternyata dia berinteraksi dengan orang yang sebenarnya ada virus tadi ternyata dia tidak terkena Kenapa demikian ini adalah karena Allah yang menghendaki virus tadi tidak mengenai orang tadi. Sehingga terkadang ada orang yang mungkin kita lihat tidak memakai aturan protokol kesehatan tapi ternyata dia tidak terkena sementara di sana ada sebagian orang yang sudah berusaha tapi dia terkena juga tapi bukan berarti kemudian kalau begitu sudah kita enggak usah pakai protokol kesehatan, tidak kita diperintahkan untuk mengambil sebab beda antara orang yang pertama dengan orang yang kedua orang yang dia mengambil sebab dan dia ingin melaksanakan apa yang diajarkan dalam agama kita, kita diperintahkan untuk mengambil sebab ketika kita sakit disuruh untuk berobat ketika kita mengetahui disana ada penyakit maka kita disuruh untuk menghindari ini anda syariat Yang di dalam agama kalau kita melakukan itu semuanya karena ingin mengamalkan apa yang diajarkan dalam agama kita maka kita mendapatkan pahala semua terjadi dengan masiatullah, semuanya terjadi dengan kehendak Allah, semua perkara baik itu merupakan kenikmatan maupun berupa musibah.
Kita sekarang mungkin ingin pergi ke Haromain Karena sebab pandemi akhirnya kita tertunda untuk melakukan Safar ke Mekkah melakukan umroh melakukan haji atau berziarah ke Masjid Nabawi maka ini semua dengan takdir Allah subhanahu wata'ala menghendaki yang demikian, dan harus kita yakini Bahwasanya Allah subhanahu wata'ala apabila dia menghendaki sesuatu pasti di sana ada hikmahnya, bukan seperti kita makhluk yang kadang kita menghendaki sesuatu tapi berdasarkan hawa nafsu, kalau Allah subhanahu wata'ala menghendaki sesuatu ini dijadikan oleh Allah bergerak ini dijadikan oleh Allah diam, ini dijadikan oleh Allah beriman ini dijadikan Allah kafir pasti di sana ada hikmahnya.
Allah subhanahu wata'ala tidak melakukan sesuatu dengan sia-sia itu yang ketiga.
Kemudian yang keempat yang harus kita pahami dan harus ada dalam diri kita adalah meyakini bahwasanya segala sesuatu ini adalah diciptakan oleh Allah subhanahu wata'ala, Allah mengatakan,
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
Allah menciptakan segala sesuatuظ
Baiknya maupun sifat dan juga pekerjaan-pekerjaan, Zat kita adalah Allah yang menciptakan kepala kita, anggota badan, kita sifat yang kita miliki juga Allah yang menciptakan kita dijadikan sebagai seorang yang pemalu atau pemarah atau penyayang maka sifat-sifat tersebut Allah juga yang menciptakan, apa yang kita kerjakan juga Allah yang menciptakan kita berbicara Allah yang menciptakan jalannya kita, Allah subhanahu wata'ala mengatakan
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
Dan Allah Dialah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan.
Maka kita harus meyakini Bahwasanya Allah subhanahu wata'ala Dialah yang menciptakan segala sesuatu dan segala sesuatu di sini merasuk di dalamnya ketaatan maupun kemaksiatan taatnya seseorang Allah subhanahu wata'ala menciptakan, kemaksiatan yang dilakukan oleh seseorang Allah subhanahu wata'ala yang menciptakan.
Ini adalah empat Maroqibul Qodar yang harus ada pada diri, kita sehingga kita dinamakan orang yang beriman dengan Takdir.
Apakah sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah pasti dicintai oleh Allah? jawabannya tidak. Allah subhanahu wata'ala terkadang menghendaki sesuatu dan Allah tidak mencintai sesuatu tersebut, Allah menciptakan kemaksiatan tapi Allah tidak mencintai kemaksiatan, Allah menciptakan iblis dan Allah tidak suka dengan iblis dan tidak mencintai iblis, harus kita pahami bahwasanya kehendak Allah ada dua ada Iradah syar’iyah dan ada Iradah Kauniyah, ada kehendak Allah yang dinamakan dengan Iradah Kauniyah yang berkaitan dengan alam semesta ini secara umum maka yang demikian itu tidak berkaitan dengan mahabatullah. Allah mencipta dan bukan berarti Allah mencintai apa yang dia ciptakan tersebut, ini berkaitan dengan iradah kaumnya dan di sana ada iradah syar’iyah, kehendak Allah yang berkaitan dengan syariat seperti misalnya Allah menghendaki Allah menginginkan orang beriman dengan Rasul yang telah diutus, Allah menghendaki yang demikian ini dinamakan syar’iyah, apakah ini masih terjadi terwujud? jawabannya tidak buktinya banyak orang yang mereka tidak beriman dengan Rasul, padahal Allah subhanahu wata'ala menginginkan untuk supaya mereka itu beriman ini adalah Iradah syar’iyah yang berkaitan dengan mahabatullah Dan Iradah syar’iyah yang belum tentu terjadi berbeda dengan iradah Kauniyah,
اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
Sesungguhnya perkaranya apabila Allah menghendaki sesuatu tinggal mengatakan Kun jadilah maka akan terjadi sesuatu tersebut.
Adapun Iradah Syar’iyah maka ini belum tentu terjadi, kalau Iradah Kauniyah belum tentu dicintai adapun Iradah Syar’iyah pasti dicintai oleh Allah subhanahu wata'ala.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]