Halaqah 28: Cara Mewujudkan Beriman dengan Takdir Allah
Halaqah yang ke-28 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah tentang cara mewujudkan beriman dengan takdir Allah.
Bagaimana cara mewujudkan Beriman dengan takdir Allah.
Secara singkat cara beriman dengan takdir Allah adalah dengan beriman terhadap empat perkara yang dinamakan dengan Maratibul Qadar, dinamakan dengan tingkatan-tingkatan takdir.
Yang pertama seseorang tidak dinamakan beriman dengan takdir sampai dia beriman dengan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu, harus kalau memang kita ingin menjadi seseorang yang mewujudkan beriman dengan takdir harus beriman dan mempercayai bahwa ilmu Allah meliputi segala sesuatu, Allah subhanahu wata'ala mengetahui apa yang sudah terjadi dan yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi bahkan sesuatu yang tidak terjadi seandainya dia terjadi bagaimana dia Allah subhanahu wa ta’ala dalilnya dalam firman Allah subhanahu wata'ala
Dan Allah subhanahu wata'ala adalah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu,
Sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu.
Wahai Rabb Kami IlmuMu dan juga rahmatMu meliputi segala sesuatum
Diantaranya adalah apa yang terjadi di masa yang lalu maupun apa yang terjadi di masa yang akan datang sebelum terjadi segala sesuatu Allah sudah tahu sebelum terjadi segala sesuatu Allah sudah tahu sebelumnya, akan terjadi musibah seseorang akan mendapatkan nikmat akan terjadi corona di tahun sekian, berapa yang meninggal dan sampai kapannya itu semuanya di bawah ilmu Allah tidak ada yang sama bagi Allah subhanahu wata'ala ,
Dan disisi Allah kunci-kunci ilmu ghaib, tidak mengetahuinya kecuali Dia.
Diantara perkara yang ghaib adalah apa yang terjadi di masa yang akan datang termasuk diantaranya apakah seseorang selama di dunia dia termasuk orang yang beriman atau orang yang kafir apakah dia kelak di dalam surga atau di dalam neraka itu semua adalah di bawah ilmu Allah.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan,
Tidak ada Diantara kalian kecuali sudah diketahui kedudukannya tempatnya di Surga atau di Neraka.
Allah subhanahu wata'ala mengetahui segala sesuatu sebelum terjadi dan ini yang diingkari oleh ghulatul Qadariyah orang-orang yang ekstrem dari golongan Qadariyah mereka mengingkari tentang ilmu Allah terhadap apa yang terjadi dimasa yang akan datang mereka meyakini kalau sudah terjadi baru Allah kalau belum terjadi maka Allah belum tahu ini adalah keyakinan ekstremnya orang-orang Qodariyyah dan ini mengeluarkan mereka dari agama Islam sebagaimana yang disebutkan oleh Abdullah bin Umar itu yang pertama meyakini Bahwasanya Allah subhanahu wata'ala mengetahui segala sesuatu termasuk diantaranya adalah seluruh perkara sebelum terjadinya maka Allah Maha mengetahuinya.
Kemudian yang kedua adalah beriman Bahwasanya Allah subhanahu wata'ala menulis segala sesuatu sebelum terjadi baik berupa kenikmatan maupun musibah Allah tulis di dalam sebuah kitab yang dinamakan dengan Lauful Mahfudz, Allah subhanahu wata'ala mengatakan
Tidaklah menimpa sebuah musibah yang terjadi di Bumi ataupun yang menimpa kalian secara khusus musibah yang mengenai mengenai harta seseorang atau mengenai fisik seseorang atau yang menimpa penduduk bumi secara umum, bencana² alam kecuali itu didalam kitab sebelum Kami menciptakan musibah.
Yaitu di dalam Lauful Mahfudz didalam kitab yang terjaga ini menunjukkan tentang segala sesuatu sudah ditulis oleh Allah subhanahu wata'ala .
Sehingga Allah mengatakan،
Dan segala sesuatu kami telah menulisnya didalam kitab yang jelas.
Yaitu didalam kitab Lauful Mahfudz, apa yang ditulis di sana segala sesuatu sampai sedetail²nya perkara ditulis oleh Allah subhanahu wata'ala di dalam Lauful Mahfudz, tidak ada yang ditinggalkan oleh Allah.
Tidaklah Kami meninggalkan didalam kitab Al Lauful Mahfudz sedikitpun.
Termasuk berkedipnya mata kita bergeraknya darah kita, Allah subhanahu wata'ala tulis semuanya didalam Lauful Mahfudz, tidak ada yang ditinggalkan oleh Allah, rezeki, jodoh ajal ibadah iman dan juga kekufuran bahkan termasuk diantaranya adalah apakah seseorang di dalam Surga atau di dalam Neraka, maka semuanya sudah ditulis oleh Allah ini juga harus kita yakini berdasarkan dalil dari Al-Qur’an demikian pula dari sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Semuanya Allah telah menciptakan takdir bagi seluruh makhluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan Langit dan juga Bumi.
Sudah ditulis taqdir² tersebut, rezeki, keturunan usia amalan dan tidak mungkin terjadi didunia ini kecuali apa yang sudah Allah tulis tidak mungkin terjadi di dunia ini kecuali apa yang sudah Allah tulis tidak mungkin kita melakukan sesuatu yang tidak Allah tulis dalam Allah itu yang kedua.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]
Bagaimana cara mewujudkan Beriman dengan takdir Allah.
Secara singkat cara beriman dengan takdir Allah adalah dengan beriman terhadap empat perkara yang dinamakan dengan Maratibul Qadar, dinamakan dengan tingkatan-tingkatan takdir.
Yang pertama seseorang tidak dinamakan beriman dengan takdir sampai dia beriman dengan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu, harus kalau memang kita ingin menjadi seseorang yang mewujudkan beriman dengan takdir harus beriman dan mempercayai bahwa ilmu Allah meliputi segala sesuatu, Allah subhanahu wata'ala mengetahui apa yang sudah terjadi dan yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi bahkan sesuatu yang tidak terjadi seandainya dia terjadi bagaimana dia Allah subhanahu wa ta’ala dalilnya dalam firman Allah subhanahu wata'ala
۞…وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
[QS Al Ahzab 40]Dan Allah subhanahu wata'ala adalah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu,
۞…اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
[QS Al Ankabut 62]Sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu.
۞..رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَّعِلْمًا..
[QS Ghafir 7]Wahai Rabb Kami IlmuMu dan juga rahmatMu meliputi segala sesuatum
Diantaranya adalah apa yang terjadi di masa yang lalu maupun apa yang terjadi di masa yang akan datang sebelum terjadi segala sesuatu Allah sudah tahu sebelum terjadi segala sesuatu Allah sudah tahu sebelumnya, akan terjadi musibah seseorang akan mendapatkan nikmat akan terjadi corona di tahun sekian, berapa yang meninggal dan sampai kapannya itu semuanya di bawah ilmu Allah tidak ada yang sama bagi Allah subhanahu wata'ala ,
اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
۞ وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا..
Dan disisi Allah kunci-kunci ilmu ghaib, tidak mengetahuinya kecuali Dia.
Diantara perkara yang ghaib adalah apa yang terjadi di masa yang akan datang termasuk diantaranya apakah seseorang selama di dunia dia termasuk orang yang beriman atau orang yang kafir apakah dia kelak di dalam surga atau di dalam neraka itu semua adalah di bawah ilmu Allah.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan,
«مَا مِنْكُمْ مِنْ نَفْسٍ إِلَّا وَقَدْ عُلِمَ مَنْزِلُهَا مِنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ»
Tidak ada Diantara kalian kecuali sudah diketahui kedudukannya tempatnya di Surga atau di Neraka.
Allah subhanahu wata'ala mengetahui segala sesuatu sebelum terjadi dan ini yang diingkari oleh ghulatul Qadariyah orang-orang yang ekstrem dari golongan Qadariyah mereka mengingkari tentang ilmu Allah terhadap apa yang terjadi dimasa yang akan datang mereka meyakini kalau sudah terjadi baru Allah kalau belum terjadi maka Allah belum tahu ini adalah keyakinan ekstremnya orang-orang Qodariyyah dan ini mengeluarkan mereka dari agama Islam sebagaimana yang disebutkan oleh Abdullah bin Umar itu yang pertama meyakini Bahwasanya Allah subhanahu wata'ala mengetahui segala sesuatu termasuk diantaranya adalah seluruh perkara sebelum terjadinya maka Allah Maha mengetahuinya.
Kemudian yang kedua adalah beriman Bahwasanya Allah subhanahu wata'ala menulis segala sesuatu sebelum terjadi baik berupa kenikmatan maupun musibah Allah tulis di dalam sebuah kitab yang dinamakan dengan Lauful Mahfudz, Allah subhanahu wata'ala mengatakan
۞ مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
[QS Al Hadid 22]Tidaklah menimpa sebuah musibah yang terjadi di Bumi ataupun yang menimpa kalian secara khusus musibah yang mengenai mengenai harta seseorang atau mengenai fisik seseorang atau yang menimpa penduduk bumi secara umum, bencana² alam kecuali itu didalam kitab sebelum Kami menciptakan musibah.
Yaitu di dalam Lauful Mahfudz didalam kitab yang terjaga ini menunjukkan tentang segala sesuatu sudah ditulis oleh Allah subhanahu wata'ala .
Sehingga Allah mengatakan،
۞..وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُّبِينٍ
[QS Yasin 12]Dan segala sesuatu kami telah menulisnya didalam kitab yang jelas.
Yaitu didalam kitab Lauful Mahfudz, apa yang ditulis di sana segala sesuatu sampai sedetail²nya perkara ditulis oleh Allah subhanahu wata'ala di dalam Lauful Mahfudz, tidak ada yang ditinggalkan oleh Allah.
۞ ..مَّا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِن شَيْءٍ ۚ…
[QS Al An’am 38]Tidaklah Kami meninggalkan didalam kitab Al Lauful Mahfudz sedikitpun.
Termasuk berkedipnya mata kita bergeraknya darah kita, Allah subhanahu wata'ala tulis semuanya didalam Lauful Mahfudz, tidak ada yang ditinggalkan oleh Allah, rezeki, jodoh ajal ibadah iman dan juga kekufuran bahkan termasuk diantaranya adalah apakah seseorang di dalam Surga atau di dalam Neraka, maka semuanya sudah ditulis oleh Allah ini juga harus kita yakini berdasarkan dalil dari Al-Qur’an demikian pula dari sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
إنَّ اللَّهَ قدَّرَ مقاديرَ الخلائقِ قبلَ أن يخلقَ السَّمواتِ والأرضَ بخمسينَ ألفَ سنةٍ وَكانَ عرشُهُ على الماءِ
Semuanya Allah telah menciptakan takdir bagi seluruh makhluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan Langit dan juga Bumi.
Sudah ditulis taqdir² tersebut, rezeki, keturunan usia amalan dan tidak mungkin terjadi didunia ini kecuali apa yang sudah Allah tulis tidak mungkin terjadi di dunia ini kecuali apa yang sudah Allah tulis tidak mungkin kita melakukan sesuatu yang tidak Allah tulis dalam Allah itu yang kedua.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]